visitaaponce.com

Tantangan Public Relations Hadapi Artificial Intelligence

Tantangan Public Relations Hadapi Artificial Intelligence
AI generatif hanya menyajikan sebagian, tidak semua dari data yang diperlukan untuk mengukur dampak PR.(Dokumentasi pribadi.)

ARTIFICIAL Intelligence (AI) secara umum dianggap positif di Jepang. Jepang memiliki aptitude yang relatif tinggi mengenai AI, termasuk AI generatif. Karenanya, diyakini kemunculan AI generatif diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup Jepang dalam arti yang lebih luas.

Itu disampaikan Kanasugi Kenji, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Jepang untuk Republik Indonesia pada ASEAN SPOT seri ke-12 bertajuk ASEAN SPOT: AI & The Future of PR In ASEAN belum lama ini di Prof. Dr. Djajusman Auditorium & Performance Hall, Kampus B, LSPR Jakarta. ASEAN Public Relations Network (APRN) bekerja sama dengan LSPR OMNI dari Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR menggelar acara itu.

Membicarakan tentang hubungan antara Artificial Intelligence dan Public Relations, Senior Vice President Community & Esports Global at UniPin Debora Imanuella mengutarakan bahwa PR sangat penting dalam esports untuk mengelola reputasi, membangun awareness, membina hubungan sesama, menavigasi krisis, dan mendorong pertumbuhan industri. "Strategi PR yang efektif berkontribusi pada kesuksesan jangka panjang dan keberlanjutan organisasi esports, tim, pemain, dan industri secara keseluruhan," ujar Debora.

Baca juga: Pemerintah Harus Tegas dalam Mengantisipasi Perkembangan AI

Ditambahkan Director, Analytics & Insight Maverick Indonesia Felicia Nugroho bahwa ada beberapa hal mendasar yang perlu kita ketahui dalam penggunaan Al generatif, terutama untuk penelitian dan pengukuran PR. Kita tidak dapat bergantung pada Al generatif 100% dalam melakukan penelitian. Kita harus menggunakan data untuk keputusan strategis. Menurutnya, AI generatif hanya menyajikan sebagian, tidak semua dari data yang diperlukan untuk mengukur dampak PR. Ada bagian lain dari PR yang merupakan inti dari PR, yaitu hubungan antarmanusia.

Di sisi lain, Executive Director Indonesia Blockchain and Metaverse Center Tuhu Nugraha menyampaikan bahwa kita harus punya kreativitas, bukan berarti kita tidak punya nilai dibandingkan AI. Ini karena AI hanya akan menggantikan keterampilan kognitif tetap tidak dapat menggantikan manusia dalam hal emosi, imajinasi, kreativitas, pemecahan masalah, dan menemukan cara baru untuk melakukan dan menciptakan sesuatu. AI hanya dapat memproses dan mengolah data historis.

Baca juga: Artificial Intelligence Jangan Sampai Mengendalikan Manusia

President of ASEAN PR Network dan Founder & CEO Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Prita Kemal Gani juga menjelaskan bahwa kita sekarang berada di era ASEAN 2023. Dirinya menyaksikan empat era transformasi public relations. Pada saat menjadi praktisi PR, semua masih menjalankan tugas perhumasan secara tradisional seperti membawakan press release dan foto ke kantor, sebut saja PR 1.0. Kemudian berubah menjadi PR 2.0 dengan kelahiran PR online karena semua bisa dilakukan melalui digital atau online (website). Kemudian menuju PR 3.0 era media sosial. "Sekarang waktunya PR 4.0, era AI dan big data berarti semua PR harus siap dengan semua data dan informasi secara akurat," pungkasnya. (RO/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat