visitaaponce.com

Mengolah Limbah Jadi Cuan, Omzet Capai Rp20 Juta per Bulan

Mengolah Limbah Jadi Cuan, Omzet Capai Rp20 Juta per Bulan
Sari Priskila, pemilik Madam Retro(MI)

Keputusan Sari Priskila mengolah limbah kayu adalah kunci perjalanan Madam Retro dalam dunia furnitur. Produk dekorasi rumah bergaya antik dan klasik itu mulai berjalan pada 2016.

Hal yang memicu Sari untuk memulai usahanya adalah karena ia terdampak pengurangan karyawan dari perusahaan tempatnya bekerja saat itu. Dia mengaku bukan tipe orang yang betah untuk berdiam diri di rumah. Karenanya dia memutuskan membuat barang dari kayu bekas dan limbah kayu.

Awalnya, Sari memanfaatkan kayu-kayu bekas untuk diolah menjadi hiasan yang dapat mempercantik interior rumah. Kayu itu berasal dari sekitaran tempatnya tinggal di Jakarta Timur.

Baca juga : Koekis Keren Ramaikan Industri Kudapan Indonesia

"Kebetulan di dekat tempat tinggal saya itu banyak kayu, baru ataupun bekas. Dari kayu itu, saya bisa buat beberapa produk, ada teflon, dan lainnya," kata dia kepada Media Indonesia beberapa waktu lalu.

Produk-produk itu kemudian ia pasarkan ke berbagai kafe, restoran, hingga tempat pangkas rambut. Tak disangka peminat dari produk bergaya antik cukup tinggi. Karenanya Sari mulai memperluas material bekas untuk diolah dan diproduksi.

Ban motor bekas, besi dan aluminium bekas, tong bekas, hingga pelat nomor bekas dikreasikan oleh Sari menjadi barang yang multiguna, alih-alih menjadi hiasan semata. Hal itu yang menurutnya menjadi keunikan tersendiri dari barang-barang Madam Retro.

Baca juga : Hexagon Sulap Limbah Jadi Perhiasan yang Diminati Pasar Dunia

"Barang-barang bekas itu kan tidak dilirik, tapi itu justru yang mendorong saya agar membuat sesuatu dari barang bekas, supaya bisa mempercantik rumah, kafe, dan sebagainya," jelas Sari.

Dalam proses produksi, Sari dibantu oleh dua orang untuk mengurusi produk dari kayu, dan dua orang lagi untuk mengurusi produk yang berkaitan dengan lukisan maupun mural.

Sari juga memiliki bengkel (workshop) produksi di Kalimalang, Jakarta Timur. Itu menurutnya dapat menjadi daya tarik bagi calon pembeli, sekaligus memastikan bahwa produk yang diproduksi berasal dari barang bekas.

Baca juga : BRI Komitmen Dukung Perekonomian Melalui Pemberdayaan UMKM

Saat memulai bisnis Madam Retro, Sari merogoh kocek hingga Rp50 juta untuk keperluan modal. Pembelian alat-alat kerja, bahan baku, hingga renovasi lahan milik kakaknya untuk dijadikan bengkel menjadi output dari modal yang ia keluarkan.

Produk-produk yang kini dihasilkan Madam Retro di antaranya, boks multifungsi, dekorasi dinding, gantungan kunci, teko, hingga meja. Adapun harga dari produk yang dijual di Madam Retro berkisar Rp100 ribu hingga Rp400 ribu.

Madam Retro juga telah banyak mengikuti pameran kerajinan tangan (crafts) di Indonesia. Saat ini bisnis Sari terus berkembang. Dalam sebulan, secara rerata ia mengantongi omzet hingga Rp20 juta. Bahkan di awal-awal merintis usaha, Sari pernah meraup omzet hingga Rp80 juta dalam satu bulan.

Baca juga : KUR Terbukti Perkuat Bisnis Pelaku UMKM

Dia menilai saat itu gempuran media sosial belum sekuat saat ini. Kini Sari merasa tertantang untuk memasarkan dan menjual produknya melalui sarana digital. Namun hal tersebut diakui tak mudah.

Sebab, Sari mengurus semua urusan Madam Retro seorang diri. Dia juga berperan sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurus anak di rumah. "Jadi medsos itu mungkin saya yang kurang. Sekarang ini kan semua harus serba digital. dan itu saya kesulitan, seperti berjualan di TikTok," kata dia.

"Saya sebenarnya ada di Tokped, Shopee, tapi sejauh ini belum ada pelanggan dari sana. Kebanyakan memang pelanggan itu direct, dia lihat, dia beli. Jadi memang saya kurang di medsos itu," lanjutnya.

Menurut dia, pendampingan untuk bisa merambah dan bermain di platform digital merupakan hal yang penting. Sari acap kali mengikuti pelatihan dan pendampingan dari berbagai pihak, termasuk PT Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Dukungan dari bank BRI, kata Sari, telah membantu geliat bisnisnya. Sebab, ia diikutsertakan dalam BRILianpreneur pada tahun lalu. Tahun ini pun dia berharap bisa kembali ikut serta dalam ajang tahunan milik BRI itu.

"Tamu saya yang kemarin ketemu di sana (BRILianpreneur) memesan produk. Di sana itu jadi tempat temu jaringan, bertemu dengan perajin lain. tukar ide juga, ketemu dengan tamu lain. ini membuka jaringan bagi kami. Program ini sangat membantu UMKM untuk bisa memamerkan barang-barang yang dibuat," terang Sari. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat