visitaaponce.com

Lampu Runa Berdayakan Perajin Wayang Golek

Lampu Runa Berdayakan Perajin Wayang Golek
Noro Ardanto menjalankan bisnis Lampu Runa(MI/M. Ilham Ramadhan Avisena)

KERESAHAN atas menukiknya pasar wayang golek di Indonesia mendorong Noro Ardanto menjalankan bisnis Lampu Runa. Perajin wayang golek yang terus dihantui sepi pesanan diberdayakan untuk membuat produk Lampu Runa.

"Ide besarnya, 'Bring the life back to the traditional Indonesian puppet making skills' kami ingin para perajin dengan keahliannya, bisa mendapatkan penghasilan yang layak, dari keahliannya. Sehingga, warisan budaya yang luar biasa ini, bisa terus ada hingga ke masa yang akan datang," kata Noro kepada Media Indonesia, Senin (29/4).

Bisnis Lampu Runa mulai berjalan di 2013. Nama Runa, kata Noro, diambil dari gabungan kedua anaknya, yakni Rumi dan Narini. Di tahun yang sama pula Noro mengikutsertakan Lampu Runa pameran di Style Vietnam 2013.

Baca juga : Strategi Perkuat Usaha Ultra Mikro

Itu merupakan rangkaian program dari Export Coaching Program selama satu tahun yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Ekspor Nasional, BEDO Bali dan CBI (Center for the Promotion of Imports from developing countries) dari Uni Eropa.

Pasar dari produk Lampu Runa, kata Noro, mulai dipertajam pada lampu custom-made. Dengan kata lain, pelanggan memesan lampu dengan bentuk karakter sesuai dirinya atau orang yang akan diberi hadiah.

"Pelanggan kami saat ini meliputi perorangan, perusahaan swasta dan BUMN. Rata-rata mereka memesan untuk hadiah ulang tahun, pernikahan atau kenang-kenangan pada karyawan maupun pimpinan," jelasnya.

Baca juga : KUR BRI Hidupkan Kembali Usaha Kerak Telor Ishak

Lampu Runa saat ini memiliki dua pengukir dan dua pengecat untuk mengerjakan pesanan lampu custom-made. Sementara lebih dari 10 perajin diberdayakan untuk mengerjakan produk wholesaler.

Perjalanan Lampu Runa tak selalu mulus. Noro menyampaikan, sedianya produk Lampu Runa diarahkan untuk pasar ekspor, yakni ke Brasil dan Belgia. Namun margin keuntungan yang didapatkan dari penjualan ekspor tidak sesuai seperti yang diharapkan. "Bisa jadi, karena kami belum menemukan pembeli yang tepat," kata dia.

Namun Sepulang dari Vietnam, Lampu Runa memamerkan produk-produknya di Casa by Bravacasa atau Bazaar Art Jakarta yang kini bernama Art Jakarta. Memamerkan karya kami di pameran high art ternyata berdampak positif.

Baca juga : Agen BRILink Bantu Dorong Pertumbuhan Usaha Skala Mikro

Pengunjung yang rerata penikmat seni, sangat mengapresiasi karya-karya Lampu Runa. "Sejak itu, Lampu Runa mulai sering diliput berbagai majalah lifestyle dan program-program televisi," kata Noro.

Dengan menyasar pasar menengah atas dan atas, serta berjualan retail, Lampu Runa bisa mendapatkan margin keuntungan yang cukup untuk membayar para perajin di atas rata-rata upah pasaran.

"Tapi penjualan retail memiliki kekurangan juga, kami mulai memiliki banyak stok yang tidak bergerak, sehingga harus dipasarkan dengan diskon cukup besar. Saat ini, pesanan-pesanan lampu custom-made yang menopang usaha kami," jelas Noro.

Baca juga : Lacedream Macrame Sukses Tembus Pasar Ekspor dan Berdayakan Perempuan

Perluasan pasar dan jaringan dirasa perlu untuk meningkatkan penjualan. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sedianya menjadi salah satu bank yang mengakomodasi kebutuhan itu.

Program yang rutin digelar perseroan ialah BRILianpreneur. BRILianpreneur merupakan upaya dan wujud nyata BRI untuk mendorong bangkitnya UMKM di Indonesia. Dalam program itu, UMKM terpilih berpotensi mendapatkan pasar dan jaringan baru untuk mendukung usahanya.

"Suatu saat Lampu Runa ditawari untuk ikut dalam program Brilianpreneur, sejak itu secara teratur kami menjadi pesertanya," kata Noro.

Dia berharap usahanya dapat terus bertahan. Noro juga tengah mengulik agar produk yang dapat diproduksi massal namun tak menghilangkan gagasan besar dari terciptanya Lampu Runa.

"Karena lampu-lampu kami dibuat secara manual oleh para perajin, tentu tidak mudah untuk meningkatkan kapasitas produksi. Kami sedang terus mencari ide desain produk-produk yang bisa diproduksi semi-massal, tapi tetap memiliki sentuhan tangan para perajin. Sehingga ide besar Bring the life back to the traditional puppet making skills bisa terus hidup," pungkas Noro. (Mir/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat