visitaaponce.com

Lacedream Macrame Sukses Tembus Pasar Ekspor dan Berdayakan Perempuan

Lacedream Macrame Sukses Tembus Pasar Ekspor dan Berdayakan Perempuan
Pemilik Lacedream Macrame, Fitri Aprilia(MI)

Pemilik Lacedream Macrame, Fitri Aprilia, berkomitmen dan memiliki mimpi besar untuk membuat perempuan berdaya. Mimpi itu kemudian diaplikasikan melalui pelibatan perajin-perajin perempuan untuk ikut membantu produksi makrame dibawah payung Lacedream Macrame.

Makrame merupakan kerajinan tangan simpul-menyimpul dengan menggunakan berbagai macam benang. Khusus produk Lacedream Macrame, benang yang digunakan ialah benang katun pilihan.

Produk Lacedream Macrame sepenuhnya dapat dipastikan dibuat oleh tangan andal dari perempuan-perempuan Indonesia. Sedikitnya, Fitri telah melibatkan dan memberdayakan 50 perempuan di sejumlah wilayah untuk ikut memproduksi beragam jenis makrame.

Baca juga : Hexagon Sulap Limbah Jadi Perhiasan yang Diminati Pasar Dunia

"Kita ini basisnya di Depok. Namun, saya ingin merangkul perajin-perajin, khususnya yang perempuan. Karena saya maunya perempuan yang ada di Depok, Bogor, Bali, dan Bantul bisa berdaya. Jadi ini seperti komunitas buat saya," kata Fitri beberapa waktu lalu.

Alasan Fitri memberdayakan perempuan begitu sederhana. Ia yang juga ibu rumah tangga ingin perempuan bisa berbuat lebih banyak dan menghasilkan, alih-alih mati kutu tak melakukan apa-apa di rumah.

"Saya mau ibu rumah tangga di rumah bisa menghasilkan uang, bisa berdaya, melakukan banyak hal dari rumah yang menghasilkan. Saya selalu katakan perempuan di rumah itu bisa berdaya, tidak semata urus anak dan dapur saja," tuturnya.

Baca juga : Mengolah Limbah Jadi Cuan, Omzet Capai Rp20 Juta per Bulan

Lacedream Macrame, berdiri dan berjalan sejak 2019. Produk-produk yang dihasilkan juga telah diperdagangkan ke berbagai negara. Malaysia, Singapura, Australia, Kuwait, hingga Amerika Serikat merupakan negara-negara tujuan ekspor dari produk hasil sulam benang katun yang Fitri kelola.

Pesatnya perkembangan usaha Lacedream Macrame, imbuh Fitri, tak luput dari sentuhan tangan piawai para perempuan tangguh yang terlibat dalam proses produksi makrame. "Makrame ini 100% manual pakai tangan, handmade, benar-benar pakai tenaga manusia, bukan alat atau mesin," jelasnya.

Fitri juga mengaku kerap mengikuti berbagai pameran produk kriya. Salah satunya ialah BRILianpreneur milik PT Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dari program yang ditujukan untuk pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) itu, Fitri mengaku banyak mendapatkan manfaat bagi kelangsungan usahanya.

Baca juga : Koekis Keren Ramaikan Industri Kudapan Indonesia

Jaringan pasar dan distributor yang lebih luas menjadi salah satu manfaat yang dirasakan oleh Fitri. "Itu dari mulai kita ajukan data, itu mereka benar-benar support, customer dicarikan, market dicarikan, business matching dicarikan mereka. Jadi luar biasa impact-nya, positifnya itu luar biasa," jelasnya.

Fitri juga merupakan nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI. Ia mulai menjadi nasabah sejak 2020. Saat itu pinjaman KUR yang ia terima sebesar Rp25 juta dan pada kali kedua ia menerima fasilitas pembiayaan KUR senilai Rp50 juta.

Satu Nafas Berdayakan Perempuan

Semangat memberdayakan perempuan sedianya seirama dengan apa yang dijalankan oleh bank BRI. Salah satunya diwujudkan melalui aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) yang dituangkan dalam program BRI Bertani di Kota (BRInita).

Baca juga : BRI Komitmen Dukung Perekonomian Melalui Pemberdayaan UMKM

Dalam program itu BRI mengambil bagian penting dengan melakukan pemberdayaan masyarakat, terutama kaum perempuan dengan membuat ekosistem urban farming yang berkelanjutan, di daerah kota padat penduduk, agar dapat mengambil nilai, di sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Program BRInita saat ini telah dimplementasikan di 21 Lokasi yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia yang sebagian besar pengelolaannya dijalankanan oleh kelompok usaha wanita.

"Sasaran dari program ini adalah lokasi padat penduduk dan pemukiman kumuh yang memiliki penggiat lingkungan setempat (local heroes) yang merupakan anggota kelompok (Kelompok Wanita Tani atau PKK atau Ibu-ibu)," kata Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto.

"BRInita tidak hanya pembangunan sarana fisik saja, melainkan juga terdapat pelatihan berkelanjutan yang diharapkan untuk menjaga kelestarian tanaman dan kelangsungan hidup eksosistem sekitar," tambahnya

Catur menambahkan, BRInita adalah program pemberdayaan perempuan, untuk dapat mengambil peran besar, tidak hanya di lingkungan keluarga saja, namun banyak berkarya di lingkungan sosial dan masyarakat luas. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat