visitaaponce.com

Tak Bosan di Kota Pemerintahan

Tak Bosan di Kota Pemerintahan
Paviliun Astaka Maroko(MI/Fetry Wuryasti)

TROTOAR yang luas, kota yang tidak padat penduduk, area yang berbukit-bukit seperti kawasan perumahan Sentul, Jawa Barat. Penggambaran seperti itu yang saya dapat ketika memasuki Kota Putrajaya, Malaysia. Begitu di dalam kota, tampak tata kota modern yang dipisahkan danau buatan Tasik Putrajaya, menjadi wilayah permukiman dan kawasan gedung pemerintahan.

Kawasan Putrajaya memiliki luas 46 kilometer persegi dan merupakan bekas lahan perkebunan kelapa sawit. Jaraknya dari Kuala Lumpur sekitar 35 km atau kurang lebih 45 menit dengan mobil. Infrastruktur kota ini masih terus dibangun, antara lain pengadaan MRT tahap 2 yang kelak akan memungkinkan pelancong lebih mudah menyambangi Putrajaya dari Kuala Lumpur.

Sejak 2001, kota ini ditahbiskan sebagai kota administrasi atau pusat pemerintahan negara Malaysia, menggantikan Kuala Lumpur. Namun, kini tak melulu soal administrasi negara, Putrajaya pun menjelma destinasi yang asyik dengan menyimpan 1.001 atraksi, terutama buat mereka yang menyenangi kegiatan tur jalan kaki dan aktivitas luar ruang.

Tiga hari berada di Putrajaya, tampak bahwa kota itu memang juga dibangun dengan visi untuk menarik pundi dari pariwisata. Layaknya kota-kota maju, ruang pedestrian tersedia lapang, demikian pula area publik dan taman. Bahkan, Putrajaya menyediakan pula area untuk taman bermain maupun ruang berkumpul para muda-mudi di area foodtruck, dari wilayah Presint 1 sampai 20--istilah untuk distrik di Putrajaya--menawarkan atraksi yang berbeda.

Begitu masuk kota, pelancong akan disambut Jembatan Seri Saujana, jembatan utama di Kota Putrajaya. Desain jembatan ini berupa kombinasi unik dari struktur jembatan dengan penyangga kabel simetris dan baja melengkung. Di mata saya, jembatan ini bak versi mini Sydney Harbour Bridge di Sydney, Australia.

Pengunjung juga dapat menyimak sejumlah gedung ikonik yang kerap dijadikan latar foto oleh para wisatawan, seperti balai kota Perbadanan Putrajaya, Istana Kehakiman, Masjid Putra, Kantor Perdana Menteri, Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin, dan Millenium Monumen. Tiap bangunan, dikatakan Syaiful, staf pemandu Marina Putrajaya, memiliki cerita masing-masing.

Pada pagi hari, saya sengaja berjalan kaki di area sekitar kompleks gedung pemerintahan. Umumnya gedung cantik yang biasanya pertama kali dikunjungi turis ialah Kantor Perdana Menteri, berupa gedung megah dengan halaman seluas lapangan. Lapangan besar ini berada tepat di depan gerbang yang begitu megah.

Kemudian pelancong akan berkeliling danau menggunakan Cruise Tasik selama 30 menit menikmati pemandangan kota dan landmark dengan biaya 50 ringgit atau sekitar Rp170 ribu per orang. Setelah itu, mereka bisa mampir ke Masjid Putra yang mendapat nama alias Masjid Merah karena dominasi warna merah di bangunannya, dari kubah hingga dinding bangunan. Tak ketinggalan sebuah menara tinggi yang juga berwarna merah.

Masih ada lagi masjid yang tak kalah cantik, yaitu Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin. Masjid tersebut juga biasa disebut Masjid Besi karena bangunannya banyak menggunakan stainless steel hingga ke tiang dan atap.

Jembatan Sri Wawasan pun tak luput dikagumi. Terbentang sepanjang 240 meter, jembatan itu menghubungkan area residensial dengan wilayah pemerintahan. Jembatan ikonik yang menjadi ciri khas Putrajaya itu terinspirasi dari Jembatan Swan atau Jembatan Erasmus di Rotterdam Belanda.

Lalu, berseberangan jauh, di Presint 11, terdapat Astaka Maroko, paviliun yang di antara penduduk setempat, menandakan ikatan kuat antara Malaysia dan Maroko. Dindingnya dihiasi dengan kaligrafi Islam dan ukiran rumit yang dibuat seniman terampil di Maroko dan diangkut ke Malaysia.

 

Taman

Bagi yang senang kegiatan outdoor, rute lari terbentang sepanjang Tasik Putrajaya serta taman-taman di presint lainnya. Selagi di Putrajaya, saya sempat menyambangi Taman Saujana Hijau, seluas 41 hektare, yang mencakup punggung bukit dan tiga bukit memanjang di Presint 11.

Lanskapnya berbeda dari taman-taman lain di Putrajaya dengan lebih banyak menggunakan pohon pinus dan tumbuhan runjung lainnya ketimbang tanaman tropis. Taman ini dibagi menjadi 3 zona; Taman Eropa, Taman Oriental, dan Taman Inggris (Bustan Eropah, Bustan Oriental, dan Bustan Inggris). Banyak penduduk setempat yang memanfaatkan taman ini untuk berlari pagi atau sore.

Pelancong yang mencari atraksi bersama keluarga bisa merapat ke Skyride Festival Park di Presint 2. Taman bermain itu baru-baru ini menawarkan dua wahana baru, yaitu balon udara dengan helium yang terbang statis vertikal 150 meter selama 45 menit, serta sky warrior rainforest challenge, yaitu adu ketangkasan melewati berbagai objek-objek penghalang. Untuk anak-anak, terdapat skykids warrior yang akan melatih ketahanan dan koordinasi mereka.

Di malam hari, Millenium Monument, yang berlokasi tak jauh dari Skyride Festival Park dapat menjadi pilihan. Monumen tersebut merekam jejak sejarah pembentukan negeri Malaysia hingga visi-misi sampai 2020. Tiap cerita tahun dituliskan di atas panel kaca transparan yang diberi cahaya lampu kilau pada malam hari.

Tiga hari di Putrajaya sungguh mengasyikkan. Putrajaya ternyata membuktikan kota administrasi pemerintahan tak melulu membosankan. (M-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat