Ngabuburit Sambil Belajar Sejarah
Sudah punya rencana ngabuburit mau ngapain? Bila belum ada rencana, coba tiru aktivitas komunitas Indonesia Hidden Heritage (IHH). Komunitas yang giat memperkenalkan sejarah Indonesia ini mengadakan Historical Walking Trip selama Ramadan ini.
“Ngabuburit ala Indonesia Hidden Heritage ini diadakan setiap Sabtu atau Minggu agar anggota komunitas yang bekerja dari Senin hingga Jumat dapat mengisi libur akhir pekan mereka dengan kegiatan positif,” ujar Founder Indonesia Hidden Heritage, Nova Farida Lestari dalam siaran pers yang diterima Media Indonesia hari ini.
Tahun ini ada dua acara yang digelar, Ngabuburit Kota Tua Gondangdia dan Ngabuburit ke Pecinan. “Jejak Kolonial amat kental di kawasan Gondangdia. Sementara di Pecinan, kita dapat melihat betapa kuatnya tradisi dan budaya Tionghoa melalui bangunan-bangunan bersejarah yang ada di sana,” kata Nova.
Kota Tua Gondangdia
Banyak bangunan bersejarah zaman Hindia Belanda di kawasan ini. Peserta yang mengikuti tur ini mengunjungi sejumlah tempat, seperti Gedung Joang 45, lalu ke Masjid Cut Meutia, Pasar Gondangdia, dan Tugu Kunstkring Palaes.
Gedung Joang 45 dibangun tahun 1938 ini dulu berfungsi sebagai hotel. Namun sekarang menjadi museum. Bahkan pada masa penjajahan Belanda, gedung ini menjadi markas pergerakan kemerdekaan.
Berikutnya ada Rumah Menteng 37 yang direnovasi guna menyerupai bentuk aslinya. Rumah ini dulu milik CF Starkey, direktur NV Java Neon Company, lalu diubah menjadi rumah penampungan bagi perempuan yang mengalami keterbatasan ekonomi yang dimotori Christian Women Union.
Selanjutnya Pasar Gondangdia yang dulu disebut Pasar Boplo, diambil dari kata De Bouwploeg. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, De Boewploeg adalah pengembang perumahan elit di kawasan Menteng yang kantornya berlokasi di bangunan yang sekarang menjadi Masjid Cut Meutia.
Bangunan bersejarah lain di kawasan Gondangdia adalah Kunstkring Paleis. Ketika dibuka pada 17 April 1914, Kunstkring merupakan pusat eksibisi seni dan restoran mewah. Lukisan karya pelukis ternama, Pablo Picasso dan Vincent van Gogh pernah dipamerkan di sini.
Pecinan
Sementara jalur Pecinan berkeliling ke Kampung China atau Pecinaan di kawasan Glodok, Jakarta Barat, yang terkenal sejak 1700an. Kawasan ini merupakan sentra perdagangan selama lebih dari 200 tahun. Di sini tradisi Tionghoa masih kental.
Selain ke Pecinaan, IHH juga mengunjungi Masjid Lautze, Gedung Arsip Nasional, Gedung Candra Naya, Petak Sembilan, dan Vihara Dharma Bhakti.
Gedung Candra Naya adalah cagar budaya yang awalnya merupakan hunian pemimpin masyarakat etnis Tionghoa pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Mayor Khow Kim An. Bangunan tersohor di era tahun 1800-1900an ini dulu satu-satunya prototipe rumah lengkap yang dimiliki Batavia.
Sementara itu, Vihara Dharma Bhakti merupakan simbol China Town di Batavia sejak era pendudukan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Vihara berusia tiga abad lebih ini menandai awal mula peradaban warga keturunan etnis Tionghoa di Pecinan Glodok.(RO/M-3)
Baca juga : Adaptasi Iklim oleh Petani Tebu
Terkini Lainnya
PDIP Prioritaskan Andika Perkasa Calon Gubernur DKI Jakarta
Kaesang Maju Pilgub Jakarta, NasDem: Semua Punya Hak Sama
Ini 7 Tempat Kuliner Malam di Jakarta yang Wajib Dicoba
PDIP Masih Kaji Usung Anies di Pilkada Jakarta
Gibran Ikut Pj Gubernur Blusukan ke Kali di Jakarta Barat
Partisipasi Warga Jakarta untuk Pemilu 2024 Capai 78%
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap