visitaaponce.com

Ilmuwan Berhasil Ungkap Penampakan Lubang Hitam di Pusat Bima Sakti

Ilmuwan Berhasil Ungkap Penampakan Lubang Hitam di Pusat Bima Sakti
Pakar astrofisika Michael Johnson berbicara saat mengumumkan gambar pertama Sagitarius A*, lubang hitam di Galaksi Bima Sakti(Jose Luis Magana / AFP)

SETELAH kerja tak kenal lelah bertahun-tahun, sebuah tim astronom internasional akhirnya berhasil mengungkap gambar pertama dari lubang hitam supermasif di pusat galaksi Bima Sakti. Sebuah benda kosmik yang disebut sebagai Sgitarius A*.

Gambar yang dihasilkan oleh tim ilmuwan global yang dikenal sebagai Kolaborasi Event Horizon Telescope (EHT) itu adalah konfirmasi visual langsung pertama dari keberadaan objek tak kasat mata ini, dan muncul tiga tahun setelah gambar pertama hitam lubang dari galaksi yang jauh.

"Selama beberapa dekade, kita telah mengetahui tentang objek kompak yang berada di jantung galaksi kita yang empat juta kali lebih besar dari Matahari ," kata astronom Harvard University Sara Issaoun dalam konferensi pers di Garching, Jerman, Kamis (12/5).

"Hari ini, saat ini, kami memiliki bukti langsung bahwa objek ini adalah lubang hitam."

Lubang hitam adalah wilayah ruang di mana tarikan gravitasi begitu kuat sehingga tidak ada yang bisa lolos, termasuk cahaya.

Gambar yag dirilis tersebut tidak menggambarkan lubang hitam karena benar-benar gelap, tetapi berupa gas bercahaya yang mengelilingi fenomena itu dalam lingkaran cahaya terang melengkung.

“Pengamatan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini telah sangat meningkatkan pemahaman tentang apa yang terjadi di pusat galaksi kita,” kata ilmuwan proyek EHT Geoffrey Bower, dari Academia Sinica Taiwan, dalam sebuah pernyataan.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam The Astrophysical Journal Letters.

Teleskop virtual

Lubang hitam di Galaksi BIma Sakti ini disebut Sagitarius A* -- disingkat Sgr A*, dan diucapkan "sadge-ay-star" . Nama ini diambil karena karena deteksi arah dari konstelasi Sagitarius.

Terletak 27.000 tahun cahaya dari Bumi, keberadaan lubang hitam ini telah diasumsikan sejak 1974, dengan deteksi sumber radio yang tidak biasa di pusat galaksi.

Pada 1990-an, para astronom memetakan orbit bintang paling terang di dekat pusat Bima Sakti, mengkonfirmasi keberadaan objek kompak supermasif di sana -- pekerjaan yang diganjar hadiah Nobel Fisika pada 2020.

Meskipun keberadaan lubang hitam dianggap sebagai satu-satunya penjelasan yang masuk akal, gambar baru ini memberikan bukti visual langsung pertama keberadaannya.

Untuk menangkap gambar dari objek yang begitu jauh ini perlu menghubungkan delapan observatorium radio raksasa di seluruh planet untuk membentuk satu teleskop virtual "seukuran Bumi" yang disebut EHT.

"EHT dapat melihat tiga juta kali lebih tajam dari mata manusia," kata ilmuwan Jerman Thomas Krichbaum dari Institut Max Planck untuk Radio Astronomi kepada wartawan.

EHT mengamati  Sgr A* di beberapa malam selama berjam-jam berturut-turut. Proses yang sama digunakan untuk menghasilkan gambar pertama lubang hitam yang dirilis pada 2019 dan disebut M87* karena berada di galaksi Messier 87.

Pembuktian Einstein

Kedua lubang hitam itu memiliki kemiripan yang mencolok, meskipun faktanya Sgr A* 2.000 kali lebih kecil dari M87*.

"Di dekat tepi lubang hitam ini, mereka terlihat sangat mirip," kata Sera Markoff, ketua bersama Dewan Sains EHT, dan seorang profesor di Universitas Amsterdam.

Keduanya berperilaku seperti yang diprediksi oleh teori Relativitas Umum Einstein tahun 1915, yang menyatakan bahwa gaya gravitasi dihasilkan dari kelengkungan ruang dan waktu, dan objek kosmik mengubah geometri ini.

Penampakan gambar lubang hitam ini dihasilkan oleh lebih dari 300 peneliti di 80 negara selama lima tahun terakhir.

"Fakta bahwa kita dapat membuat gambar dari satu, sesuatu yang seharusnya tidak terlihat ... Saya pikir itu sangat menarik," kata Katie Bouman, seorang profesor Caltech yang memainkan peran kunci dalam menghasilkan gambar ini,kepada AFP .

Para ilmuwan sekarang ingin membandingkan dua lubang hitam itu untuk menguji teori tentang bagaimana gas berperilaku di sekitar mereka,  sebuah fenomena yang dianggap berperan dalam pembentukan bintang dan galaksi baru. (M-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat