Sejumlah Mitos Tabir Surya yang Perlu Anda Abaikan Demi Kulit Lebih Sehat
Cuaca terik yang melanda Indonesia dan banyak negara lain belakangan ini barangkali mengingatkan Anda untuk lebih rajin memakai tabir surya.
Dalam hal melindungi kulit dari sinar matahari yang merusak yang dapat menyebabkan kulit terbakar, lepuh dan kanker, tabir surya adalah garis pertahanan terbaik Anda.
Semua orang tahu bahwa tabir surya itu penting, tetapi ada sejumlah mitos atau kesalahpahaman yang beredar tentang topik tersebut, seperti dikutip dari CNET.com, Minggu (23/4) sebagai berikut:
1. Semua tabir surya adalah sama
Ya, tujuan dari semua tabir surya adalah untuk melindungi kulit Anda dari kerusakan akibat sinar matahari. Tetapi, setiap produk bekerja secara berbeda, tergantung bahan dan tingkat perlindungan mataharinya.
Biasanya, ada dua kategori besar tabir surya - kimia (chemical) dan fisik (physic/mineral). Tabir surya kimia mengandung avobenzone dan oxybenzone, yang menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi panas. Sementara itu, tabir surya fisik memiliki bahan seperti seng oksida dan titanium oksida, yang memantulkan sinar.
Mana yang terbaik, tentu akan bergantung kepada jenis kulit dan kondisi tubuh Anda. Umpama, perempuan hamil sebaiknya menggunakan tabir surya fisik untuk mengurangi penyerapan bahan kimia tidak diinginkan ke dalam kulit.
2. SPF yang lebih tinggi lebih baik
Angka SPF (sun protection factor) yang lebih tinggi tidak selalu lebih baik secara signifikan. SPF 50 memblokir sekitar 98% sinar UV, sementara itu SPF 100 hanya memblokir 99%, perbedaan kecil.
SPF lebih tinggi cenderung memberi orang rasa aman yang salah terhadap sinar matahari. Terkadang, menyebabkan pengguna malas mengaplikasikan ulang tabir surya, yang akhirnya berbuntut kerusakan kulit.
Angka SPF mengindikasikan berapa lama tabir surya melindungi dari sinar UVA dan UVB. Metrik ini didasarkan pada berapa lama kulit Anda terbakar di bawah sinar matahari tanpa perlindungan. Jika Anda menerapkan SPF 30, ini akan memakan waktu 30 kali lebih lama -- total 300 menit kulit Anda ‘terlindungi’.
Perlu diingat, angka itu bersifat teknis. Ada hal seperti keringat, minyak kulit, atau produk yang tidak sengaja terhapus, yang tentu berpengaruh terhadap durasi ketahanan tabir surya di kulit kita. American Academy of Dermatology merekomendasikan penggunaan spektrum luas, SPF 30 atau lebih tinggi, dengan aplikasi ulang setiap 2 jam.
3. Riasan dengan tabir surya sudah cukup melindungi
Menggunakan pelembap atau riasan yang mengandung SPF adalah cara yang bagus untuk menambahkan perlindungan bagi kulit. Namun, itu bukan pengganti tabir surya. Dalam praktiknya, kita tidak mendapat semua kadar SPF yang tertera dalam kemasan jika hanya mengaplikasikan lapisan tipis produk riasan bersangkutan.
Jika Anda bertanya-tanya bagaimana cara mengaplikasikan tabir surya setelah merias wajah, Anda bisa mengoleskan tabir surya di atas riasan dengan spons kecantikan.
4. Hanya perlu memakai tabir surya saat cuaca panas
Beberapa orang beranggapan bahwa tabir surya tidak diperlukan jika cuaca mendung.
Meskipun awan memang mengurangi sinar matahari yang mengenai kulit Anda, ia tersebut tidak cukup kuat untuk menghalanginya sepenuhnya. Lebih dari 90% sinar UV melewati awan.
5. Anda akan kekurangan vitamin jika memakai tabir surya
Vitamin D adalah vitamin esensial yang dibuat saat protein di kulit kita bereaksi terhadap sinar UVB dari matahari. Pada dasarnya, kita membutuhkan sinar matahari untuk memproduksi jumlah vitamin D yang diperlukan untuk tubuh kita menyerap kalsium dan fosfor.
Tidak ada tabir surya yang menghalangi 100% sinar matahari, bahkan jika kemasannya mengatakan 100 SPF. Anda masih akan mendapatkan sekitar 2% hingga 3% sinar UVB, cukup bagi tubuh Anda untuk membuat vitamin D.
6. Kulit yang lebih gelap tidak membutuhkan tabir surya
Melanin memang menawarkan perlindungan alami dari matahari dengan menyebarkan sinar UV. Namun, orang dengan kulit lebih gelap masih bisa mengalami keriput, hiperpigmentasi, kulit terbakar dan kanker kulit.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of American Academy of Dermatology menemukan bahwa orang dengan kulit lebih gelap cenderung memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah untuk kanker kulit, memperkuat kebutuhan setiap orang untuk memakai tabir surya. Penting untuk diperhatikan bahwa orang dengan kulit lebih gelap cenderung memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah karena sering kali kurang terdiagnosis, bukan hanya karena warna kulitnya. (M-2)
Terkini Lainnya
Ketika Bumi Berhenti Mengitari Matahari, Apa yang Akan terjadi ?
Bunda, Ini Panduan Memilih Sunscreen untuk Si Kecil
Menikmati Keindahan Sunset Terbaik di Seminyak di Oyster Dealer Beach Haus
Kemenag Ajak Masyarakat Berpartisipasi di Hari Sejuta Kiblat
Tentukan Arah Kiblat Berhadiah Rp20 Juta
Manfaat Energi Matahari bagi Manusia, Hewan, Tumbuhan
BMKG: Fenomena Tingginya Suhu Perkotaan Harus segera Ditangani
Prediksi Cuaca Jumat 28 Juni 2024
1.301 Jamaah Meninggal pada Ibadah Haji Tahun Ini
Hampir 500 Jemaah Haji Meninggal Karena Kekurangan Fasilitas dan Medis di Tengah Panas Terik
Gelombang Panas Tewaskan Puluhan Orang di India
Cara Menjaga Suhu Ruangan Tetap Dingin tanpa Gunakan AC
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap