visitaaponce.com

Setyo Wardoyo Rilis Antologi Puisi Perdana Gajah Menari

Setyo Wardoyo Rilis Antologi Puisi Perdana Gajah Menari
Penulis Setyo Wardoyo (kanan) bersama Gubernur ABN IGK Manila (kiri) saat peluncuran Gajah Menari, di Jakarta, Selasa (2/5).(Dok. Pribadi)

Penulis Setyo Wardoyo baru-baru ini merilis buku antologi puisi perdananya, Gajah Menari. Buku yang berisi 78 puisi itu diluncurkan pada Selasa (2/5) lalu dan akan beredar di toko buku pada pertengahan Juni 2023.

Setyo mengungkapkan, antologi puisi ini merupakan ekspresi dan apresiasi atas beberapa peristiwa yang ia lihat, alami, dan memiliki empati terhadapnya.

Ia mengatakan, awalnya dirinya menulis 60 puisi. Lalu, berhubung ini adalah HUT ke-78 Republik Indonesia, Setyo menggenapkan jumlah puisi yang dibukukan menjadi 78.

Perihal judul Gajah Menari yang menjadi judul antologinya, ia mengatakan, gajah merupakan salah satu binatang yang terancam punah karena adanya kerusakan lingkungan. Ia mengaku prihatin dengan kondisi tersebut dan menuangkannya ke dalam sebuah puisi. 

"Ketidakpedulian kita terhadap lingkungan tentu akan merusak kelestariannya. Saya ingin menyampaikan rasa keprihatinan atas kerusakan alam yang semakin parah ini," ujar Setyo kepada Media Indonesia, Rabu (31/5).

Gajah Menari juga adalah refleksi keluh terpendam penguasa rimba pada suatu ketika bersama makhluk suci kasatmata yang terusik kedamaiannya. Ia menjelaskan, di samping flora dan fauna, di hutan ada juga mahluk-mahluk tak kasat mata yang tidak bisa kita lihat. 

"Dengan rusaknya hutan, bukan hanya yang terihat mata saja yang menjadi korban, tapi mahluk-mahluk itu juga menjadi korban, mereka kehilangan kediaman yang nyaman," ucap kurator rubrik Cerpen di harian Media Indonesia tersebut. 

"Sementara itu, di kota pun, gajah bukan mendapat pengganti kediaman yang nyaman, tapi semakin menderita karena dijadikan tontonan di kebun binatang. Sementara mahluk tak kasat mata menggelandang ranpa arah. Kesuciannya menjadi tak lagi murni," tambahnya.

Lebih lanjut, Setyo menjelaskan buku antologi puisi keindahan ini terbit atas budi dorongan Mayjen TNI (Purn) IGK Manila selaku Gubernur Akademi Bela Negara. Awalnya, IGK Manila melihat Setyo membaca puisi di HUT ke-53 Harian Media Indonesia. Ia lalu menyarankan Setyo untuk membukukan puisi-puisi yang ditulis.

"Saya bangga dan senang sekali dengan saran beliau. Saran beliau saya respons. dengan cepat. Segera saya kumpulkan puisi-puisi saya yang selama ini tercecer," katanya.

Setyo membutuhkan waktu 1,5 bulan untuk menyelesaikan dan merapikan 78 puisi hingga menjadi buku. Ia mengaku menulis antologi puisi memiliki tantangan tersendiri. 

"Tantangannya adalah ketika saya harus menulis suatu peristiwa yang sudah lama sekali saya alami. Saya harus mengingat-ingat lagi secara detail dan mengemasnya dalam susunan kata-kata," ungkapnya.

"Di samping itu di judul ada kata-kata 'keindahan' jadi saya usahakan agar menjadi semacam 'puja sastra'. Tapi itu menurut dan sekemampuan saya, lho," ujar penulis yang menolak disebut sebagai penyair, apalagi pujangga, tersebut. 
 
Setyo mengungkapkan antologi puisi Gajah Menari merupakan buku puisi pertama yang ia lepas ke publik. Sebelumnya, ia pernah menulis puisi tetapi tidak dibukukan. Adapun karyanya yang telah terbit adalah novel The Rise of Majapahit. 

Novel yang perdana dirilis pada 2014 itu menceritakan tekad Sri Kertanegara menyatukan Nusantara, runtuhnya Singosari atas pengkhianatan saudaranya sendiri, berdirinya Majapahit, hingga masuknya Mongolia yang ingin menguasai Jawa. 

"Novel saya yang kedua (Ratu Kalinyamat) tinggal menunggu waktu untuk masuk ke penerbit. Yang satu lagi (Bunga Titisan Langit) sebentar lagi selesai. Mudah-mudahan akhir tahun 2023 sudah terbit," ujarnya. (M-2) 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat