visitaaponce.com

Gemar Makan Pecel Lele Simak Dulu Peringatan Ahli Kesehatan Ini

Gemar Makan Pecel Lele? Simak Dulu Peringatan Ahli Kesehatan Ini
Suasana salah satu warung pecel lele dan ayam di Jakarta.(MI/Panca Syurkani)

Salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia ialah pecel lele atau ayam. Namun, seberapa besar kandungan gizi yang ada dan efek negatifnya? Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dr. Pamela Sumarauw mengatakan bahwa mengonsumsi pecel lele dan ayam setiap hari dapat menimbulkan dampak kurang baik.

"Mayoritas menu yang disajikan di lalapan adalah makanan yang diolah dengan proses menggoreng menggunakan minyak. Hal ini akan memunculkan zat atau kandungan yang kurang baik untuk tubuh jika dikonsumsi sehari-hari," katanya seperti dilansir dari laman resmi UMM, Selasa (6/6).

Pecel ayam biasanya terdiri dari sejumlah sayur yang disajikan bersama dengan lauk utama, mulai dari ayam, lele, bebek, dan lainnya. Jika dilihat sekilas, makanan tersebut sehat-sehat saja. Sebab, ada sumber karbohidrat dari nasi, protein dari ikan atau ayam, hingga mineral dan vitamin dari sayuran.

Akan tetapi, ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya nutrisi gizi, yakni cara pengolahan, porsi makan, serta kebersihan. "Kita ambil contoh minyak yang digunakan menggoreng berulang kali. Hal itu akan menghasilkan kandungan lemak jenuh atau lemak jahat yang berbahaya bagi tubuh. Pun dengan porsi nasi yang berlebihan akan berkontribusi pada lonjakan kandungan gula," tutur dr. Pamela.

Ia menambahkan, faktor kebersihan sayuran mentah juga berpotensi menimbulkan berbagai penyakit. Dr. Pamela juga menuturkan bahwa makanan yang mengandung tinggi lemak dan tinggi karbohidrat akan meningkatkan kadar kalori dan meningkatkan resiko obesitas.

Hal itu turut meningkatkan potensi terjangkit penyakit-penyakit kronis seperti jantung koroner, hipertensi atau darah tinggi, diabetes, hingga kanker. Dengan demikian, ia menegaskan bahwa mengonsumsi makanan lalapan setiap hari tidaklah dianjurkan. Alangkah lebih baik jika masyarakat mengurangi porsi dan membatasinya.

Kemudian juga menambah variasi makanan lain yang dari segi pengolahan lebih sehat, seperti direbus, dikukus, atau dibakar. "Sebagai upaya mengimbangi, sebaiknya lakukan olahraga rutin minimal 150 menit dalam satu minggu atau 2-3 kali seminggu. Menjaga pola tidur 7-8 jam sehari dan asupan vitamin serta mineral yang baik bagi tubuh juga dianjurkan," pungkas dr. Pamela.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat