Mandek 50 Tahun, Indonesia Produksi Lagi Piringan Hitam
![Mandek 50 Tahun, Indonesia Produksi Lagi Piringan Hitam](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/08/0e5d6ba0d4e20dc5788f1dcaaef4ecdb.jpeg)
DIPRODUKSINYA kembali piringan hitam (vinyl) album kompilasi Orkes Kelana Ria, baru-baru ini, menjadi penanda kembalinya produksi piringan hitam di Indonesia setelah 50 tahun mandek. Orkes Kelana Ria tenar pada era 60-an di bawah label Irama Records.
Produksi ulang vinyl Kelana Ria dilakukan oleh PHR Pressing setelah resmi membuka pabrik di kawasan Mutiara Kosambi 1, Cengkareng, Tangerang. Sebelumnya, sejak 2012, PHR bergerak di bidang bisnis penjualan vinyl.
“Berawal dari jualan online dan mendapat respons bagus, lalu buka toko di Senayan Trade Center, dan dalam perjalanan 10 tahun terakhir kami sudah mendistribusikan 100 ribu keping piringan hitam. Tahun ini PHR memasuki tahun ke-11 dan membuka pabrik produksi vinyl di Indonesia,” kata Direktur PHR Pressing, Johan Mantiri dalam konferensi pers pembukaan pabrik PHR Pressing di Cengkareng, Tangerang, Sabtu, (5/8).
Johan menjelaskan, sebelum memiliki pabrik, mereka telah merilis sekitar 20 vinyl dengan produksi di luar negeri. Dengan pabrik sendiri, PHR mentargerkan memproduksi rerata 7500 keping vinyl per bulan dari total maksimal produksi yang bisa dicapai dalam sebulan 15 ribu.
Meski secara produksi platnya berada di dalam negeri, untuk menjaga kualitas, proses masteringnya masih mengandalkan dari pihak luar negeri. “Mesin yang kami miliki dibangun pada 2019. Jadi lebih mutakhir dibandingkan dengan beberapa mesin pressing yang ada di luar negeri. Nah kenapa mastering di luar negeri, kami bekerja sama dengan salah satu pihak mastering di Belanda yang memang sudah terbukti bertahun-tahun menangani proses rekaman yang membuat hasil akhirnya bagus,” sambung Direktur Eksekutif PHR Clement Arnold, dalam kesempatan sama.
Ko-pendiri PHR Pressing, Taufiq Rahman mengatakan meski proses mastering berada di luar negeri, tetapi dengan kehadiran pabrik produksi vinyl di Indonesia hal itu bisa berdampak signifikan dalam proses produksinya. “Masalah terbesar artis atau label yang mencetak piringan hitam adalah waktu menunggu giliran dicetaknya. Semua proses itu cepat, termasuk mastering. Di pressing piringan hitamnya yang lama karena antre dengan banyak label dan artis dari berbagai negara,” tutup Taufiq. (M-1)
Terkini Lainnya
Dere Gelar Pentas Rubik Rayakan 4 Tahun Bermusik
Kadri Daur Ulang Lagu Farid Hardja, Karmila
Juliet Ivy Rilis Single dan Video Klip 4 Foot 2
Desya Gandeng Ison di Single Menyesal
Meski Sudah Berusia 70 Tahun, Kitaro Ingin Terus Belajar Musik
PVRIS Gandeng Lights di Single The Blob
Arti Kemenangan Prabowo Subianto dan Vladimir Putin
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap