visitaaponce.com

Bingkai Persahabatan Indonesia-Jepang dalam Pameran Seni Rupa Cultural Exchange

Society for the Study of Indonesian Arts (SSIA) Indonesia kembali menyelenggarakan pameran seni rupa bertajuk Indonesia-Japan Cultural Exchange dalam rangka mempererat persahabatan kedua negara.

Pameran yang telah masuk tahun ke-13 ini menyuguhkan karya seni lukis, patung, dan fotografi  yang melibatkan 32 perupa Indonesia dan 18 perupa Jepang. Pameran diselenggarakan 23-31 Agustus 2023 di Perpustakaan Nasional RI Jakarta.
 
Ketua Umum SSIA Indonesia Rudy Harjo menuturkan pameran ini merupakan ajang pertukaran seni dan budaya antara seniman Indonesia dan Jepang. Hal itu membuat pameran ini tidak mengangkat tema secara khusus, karena karya setiap perupa akan menonjolkan kebudayaan masing-masing negara.
 
“Gelaran pameran yang diselenggarakan SSIA itu lebih ke pertukaran kebudayaannya. Ada berbagai macam seni rupa yang dipamerkan mulai dari lukisan, instalasi, video art, wastra batik, hingga kain tradisional Jepang,” katanya saat konferensi pers pameran The 13th Indonesia-Japan Cultural Exchange di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta pada Rabu (23/8).

Dalam sambutannya, Ketua Umum SSIA Jepang, Kumagai Tadashi mengungkapkan merasa bangga karena pameran ini secara perdana dapat diselenggarakan setelah 4 tahun terkendala pandemi covid-19.

“Selama pandemi kita adakan pameran secara daring, perupa Indonesia mengirimkan lukisan lalu kami pamerkan di Jepang. Kali ini untuk pertama kalinya, kami dapat mewujudkan pemeran persahabatan dengan saling bertemu dan berpartisipasi secara nyata,” ungkapnya.

Sementara itu Deputi Bagian Bahasa Jepang dari Japan Foundation Mr. Yamazaki Takaya mengungkapkan seni merupakan suatu entitas yang universal dan bisa memasuki relung jiwa berbagai individu untuk saling mengenal dan mempelajari kebudayaan tanpa sekat geografi dan bahasa.

“Kami melihat seni sebagai bahasa yang universal dan mampu untuk saling mengajarkan arti kepedulian antara dua bahasa dan budaya yang berbeda. Tahun ini juga menjadi peringatan 65 tahun diplomatik Jepang dan Indonesia,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Koordinator Museum dan Galeri Museum dan Cagar Budaya, Pustanto mengatakan karya-karya para perupa asal Indonesia dan Jepang yang dihadirkan bisa memberikan inspirasi dan cara baru dalam memandang dan mencintai kebudayaan dua negeri.

“Di tangan para perupa inilah nantinya keberlanjutan hubungan baik di bidang budaya dan seni kedua negara akan terus terjalin dan diharapkan mampu mendorong percepatan kemajuan kebudayaan Indonesia,” ujarnya.

Kartika Affandi

Salah satu lukisan yang dipajang dalam pameran ini adalah karya Kartika Affandi bertajuk “Pesta Seni” yang dibuat tahun 2002. Karya yang dilukis dengan medium di atas kanvas berdimensi 90x120 cm itu hadir dengan ragam warna dengan gaya khas ekspresionis yang disampaikan secara langsung dengan meremas tabung cat dengan jari-jarinya.

Cara Kartika dalam menyalurkan emosi mentah dalam pola mengular ke lukisannya itu serupa dengan teknik eksklusif digunakan oleh ayahnya yang merupakan seniman legendaris Indonesia Affandi. Lukisan ‘Pesta Seni’ itu menghadirkan sekumpulan rakyat yang tengah bersuka cita merayakan kesenian dengan panorama terbuka.

Ada pula karya seniman Jepang, Nakamura Junko bertajuk “Bermain di kolam Bimasakti” yang memperlihatkan potret seorang perempuan Jepang dengan baju kebesaran tradisional Kimono seolah tengah berdiri pada suatu kolam yang diberi nama Bimasakti.

Lukisan berdimensi 31x61cm itu memperlihatkan keindahan pola Kimono dengan beragam gambar menawan seperti bunga-bunga sakura dan burung khas Jepang yaitu Okinawa Rail. Ragam warnanya pun sungguh elok dipandang mata.

Pameran juga menyuguhkan karya  fotografi dari Ve Dhanito bertajuk “Tuning - Pruning” yang dilukis di atas aluminium composite dengan dimensi 69 x 90 cm. Lukisan itu menggambarkan bayangan seorang pria yang seolah ditimbun dengan foto ranting-ranting pohon di atas bayangan itu. Lewat karya itu, Ve menganalogikan otak seperti tumbuhan yang selalu tumbuh dan dapat memperbaharui sistemnya setiap waktu.

Seniman Jepang yang berpartisipasi pada pameran ini adalah Ishiyama Tamae, Ito Noriko, Iyanaga Yasuko, Kano Taeko, Kimura Reiko, Kumagai Tadashi, Kobayashi Yuko, Kondo Eiko, Sakai Toshimitsu, Shinozaki Hiroko, Jin Yoko, Tabe Takayuki, Nagahara Ritta, Nakamura Junko, Hagiwara Katsunori, Hayakawa Junko,  Fujishima Takako dan Yagi Kuniko

Sedangkan seniman dari Indonesia yakni Kartika Affandi, Rudy Harjo, Liana Unidjadja, Wine Adjie, Rani S, Momi B, Nita Nursita, Bruno Kyot, Tiara Kyot, Titis Jabarudin, Lalita Rachmania, Joni Bogi, Eko Banding, Kana Fuddy Prakoso, Krishnaeta, Sekartadji Supanto.

Ada pula Rukmini Jusuf Affandi, Taufik Prawoto, Gogor Purwoko, Tomy Faisal Alim, Erik Pradana, Yuly Riban, Yuli Purwanto, Sogik Primayoga, Derson Majiah, Ika W Burhan, Billy Muhdor, Sri Hardana, Ryan, Hilmi Faiq, Gracia Veronica dan Ve Dhanito.

SSIA merupakan organisasi yang berdiri di Jepang pada 1977 dan diprakarsai Tsunesuke Masuko. Maksud dari didirikannya organisasi ini adalah untuk mempererat tali persahabatan antara kedua negara, Indonesia dan Jepang melalui pertukaran para seniman selain juga melalui penelitian terhadap kebudayaan, khususnya seni rupa.
 
Sejak didirikannya SSIA Japan, para anggota merencanakan pameran pertukaran seni budaya dan mengajak seniman dari Indonesia untuk ikut serta berpameran bersama.

Pameran pertama diadakan di Tokyo Ginza Tamaya Galeri pada Desember 1979. Pameran pertama di Indonesia digelar pada Januari 1988 di Pasar Seni Ancol Jakarta. Sejak itu, setiap tahun sekali pameran diadakan secara bergantian di Indonesia dan Jepang. Dengan berjalannya waktu, pada tahun 2000 didirikan secara resmi SSIA Indonesia.(M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat