visitaaponce.com

Cuaca Ekstrem dapat Meningkatkan Perkembangan Spesies Invasif

Cuaca Ekstrem dapat Meningkatkan Perkembangan Spesies Invasif
Grafik spesies infasif lalat lentera berbintik(AFP)

Cuaca ekstrem mungkin mendatangkan malapetaka di seluruh dunia, namun beberapa tumbuhan dan hewan non-asli dapat mengambil manfaat dari bencana tersebut sehingga menambah risiko terhadap spesies lokal yang sudah terancam. Demikian menurut sebuah studi terbaru dari tim peneliti Chinese Academy of Sciences, yang dirilis Senin (6/11).

Spesies invasif, yang sering kali terbawa oleh aktivitas manusia, dianggap memainkan peran utama dalam laju kepunahan global dan penurunan keanekaragaman hayati yang mengancam kesejahteraan manusia dan planet ini.

“Gelombang panas, kekeringan, banjir, dan kondisi ekstrem lainnya yang dipercepat oleh pemanasan global mungkin memberikan keuntungan yang tidak diinginkan bagi spesies invasif yang seringkali merusak ini,”  demikian temuan para peneliti.

Para penyerbu yang berbahaya mengalami dampak positif dari cuaca ekstrem hampir seperempat dari keseluruhan waktu, hampir dua kali lipat dibandingkan spesies asli, menurut penelitian yang dipublikasikan di Nature Ecology & Evolution.

Spesies lokal juga lebih mungkin terkena dampak negatif dari bencana cuaca.

“Cuaca ekstrem mungkin memfasilitasi pembentukan dan/atau penyebaran spesies non-asli dan kedua proses ini dapat digabungkan sehingga menimbulkan ancaman besar terhadap keanekaragaman hayati di bawah perubahan global yang berkelanjutan,” kata penulis utama Xuan Liu dari Chinese Academy of Sciences di Beijing, kata AFP.

Spesies invasif hanya rentan terhadap gelombang panas dan badai, demikian temuan studi tersebut.

Namun hewan asli di darat dan di air tawar terkena dampak negatif pada beberapa faktor – termasuk tingkat kelangsungan hidup, reproduksi dan ukuran tubuh – dari semua cuaca ekstrem kecuali musim dingin di air tawar.

Para peneliti mengamati ratusan penelitian yang diterbitkan sebelumnya mengenai respons 187 spesies hewan non-asli dan 1.852 spesies hewan asli terhadap pola cuaca ekstrem di habitat berbeda.

Mereka menemukan bahwa perbedaan respons terhadap cuaca yang tidak biasa pada suatu spesies dapat disebabkan oleh kematian spesies asli selama cuaca ekstrem, sehingga menimbulkan celah bagi spesies invasif untuk berkembang.

Kekeringan yang parah, misalnya, meningkatkan kandungan garam dalam air, membunuh invertebrata dan ikan lokal, sekaligus memberikan peluang bagi lebih banyak spesies yang toleran terhadap garam untuk bermigrasi.

Spesies invasif juga dikenal dengan tingkat pertumbuhan yang cepat dan keunggulan kompetitif yang lebih besar sehingga memungkinkan mereka untuk berkolonisasi kembali dengan lebih cepat.

Hanya dalam kasus hewan laut, baik hewan asli maupun non-asli relatif kebal terhadap cuaca ekstrem -- meskipun moluska dan karang asli rentan terhadap gelombang panas.

Panel penasihat ilmu pengetahuan antar pemerintah untuk Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati (IPBES) mengungkapkan dalam sebuah laporan penting pada bulan September bahwa spesies invasif meningkat pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya secara global, menyebabkan kerugian lebih dari US$400 miliar dolar per tahun dan hilangnya pendapatan.

“Spesies invasif umumnya menyebar sebagai ‘penumpang’ dalam perdagangan global dan memainkan peran penting dalam 60% kepunahan tumbuhan atau hewan yang terdokumentasi,” katanya. (AFP/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat