visitaaponce.com

8 Rumah Adat Aceh Beserta Keunikannya

8 Rumah Adat Aceh Beserta Keunikannya
Rumah adat Aceh(wikipedia)

Rumah adat Aceh merupakan gambaran kehidupan sekaligus identitas bagi masyarakat Aceh. Walaupun rupanya bermacam-macam, semua memiliki model yang sama yaitu berbentuk rumah panggung.

Model rumah panggung ini tentu tidak dipilih secara sembarangan, namun mengandung filosofis tersendiri, baik dari sisi kehidupan sosial maupun kesesuaian lingkungan.

Temukan maknanya dalam ulasan berikut, sekaligus untuk mengetahui macam-macam rumah-rumah tradisional tersebut lengkap dengan keunikannya satu sama lain.

Baca juga : Garis Weber dan Garis Wallace Membagi Indonesia menjadi 3 Wilayah, Begini Penjelasannya

Makna Di Balik Rumah Panggung Aceh

Semua ragam rumah adat di Aceh menggunakan model panggung yang tidak biasa. Meski demikian, model tersebut menyimpan makna filosofis yang bermakna bagi kehidupan masyarakat Aceh kala itu.

Pertama, makna filosofi terkait keselamatan yang ditunjukkan melalui jarak antara tanah dan lantai dasar rumah. Jarak panggung ini dibuat cukup tinggi agar penghuni rumah aman dari serangan binatang buas maupun bencana alam seperti banjir. 

Saat hari-hari biasa, bagian kolong rumah digunakan untuk berbagai kegiatan. Mulai dari tempat bermain anak-anak, kaum ibu menumbuk beras, hingga tempat rehat setelah bertani atau melaut. 

Baca juga : Cuaca Ekstrem dapat Meningkatkan Perkembangan Spesies Invasif

Beberapa makna filosofis lainnya, yaitu desain rumah menghadap ke Barat untuk keselamatan dari badai angin. Juga salah satu sisi rumah menghadap ke Timur atau Barat untuk menandakan kiblat.

Macam-macam Rumah Adat Aceh

Secara keseluruhan, rumah adat Aceh dibuat serupa menggunakan model rumah panggung. Namun masing-masing memberikan ciri khas tersendiri sesuai dengan suku setempat. Lantas, apa saja nama rumah adat suku Aceh dan bagaimana ciri serta karakteristiknya? Berikut ulasan lengkapnya.

1. Krong Bade  

Baca juga : Gali Potensi Ekonomi, Relawan Kembangkan Kampung UMKM di Pandeglang

Dipamerkan di Museum Aceh dan TMII Jakarta membuat rumah tradisional krong bade begitu populer dikenal sebagai rumah adat Aceh. Beberapa lainnya bisa kamu temui di Peuniti (rumah Cut Nyak Dien) dan di Matangkuli (rumah Cut Meutia).

Untuk pilihan warnanya beragam, disertai dengan motif ukiran cantik bernuansa cerah. Ukiran inilah yang menentukan tingkat ekonomi pemilik rumah.

Di dalam rumoh Aceh ini, hanya memiliki tiga ruang, yaitu depan untuk ruang santai dan menerima tamu, ruang tengah untuk tempat rehat, dan ruang belakang untuk tempat makan dan dapur.

Baca juga : Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2023

2. Umah Pitu Ruang

Istilah umah pitu ruang jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya adalah rumah yang terdiri dari 7 ruang dengan serambi tanpa penyekat untuk menerima tamu.

Angka tujuh tadi sekaligus mencerminkan makna filosofis dari fungsi rumah, yang intinya adalah untuk menyatukan sosial budaya masyarakat Gayo. Ya, rumah tradisional ini merupakan peninggalan suku Gayo yang mendominasi wilayah Aceh.

Baca juga : KEHATI dan PFI Jakarta Gelar Lomba Foto dan Pameran Virtual

Selain nilai, ornamen hiasan rumah juga dipengaruhi dengan kehidupan sekitar dataran tinggi tanah Gayo. Sayangnya, inovasi dan perubahan telah diterapkan pada replika umah pitu ruang yang bisa kamu temukan di Aceh Tengah. Mulai dari menggunakan material beton, begitupun dengan peletakan tangganya. 

3. Rumah Adat Alas Aceh Tenggara 

Rumah adat Alas dari Aceh Tenggara dikenal kental akan nuansa adat dan seni budaya. Hal ini ditunjukkan dari motif mesikhat yang dapat dijumpai di beberapa bagian rumah adat ini. 

Baca juga : 85% Spesies Baru Ditemukan di Papua, BRIN: Masih Banyak yang Belum Dieksplorasi

Sekarang ini, motif tersebut dapat ditemui di beragam media, seperti baju, aksesoris dan berbagai cendera mata. Sementara itu, ratusan tahun lalu motif mesikhat hanya diterapkan di rumah adat dan dibuat tanpa sketsa oleh masyarakat Alas. 

Motif mesikhat terdiri dari banyak warna yang melambangkan makna tersendiri. Seperti warna kuning sebagai lambang kejayaan, merah keberanian, putih sebagai lambang kesucian, hijau lambang kesuburan dan hitam untuk kepemimpinan.

Sayangnya, rumah adat suku Aceh ini mulai hilang ditelan zaman. Atas keprihatinan Bupati Aceh Tenggara, rumah adat Alas buatan dibangun di samping rumahnya sebagai upaya pelestarian.

Baca juga : KLHK Umumkan Penemuan Tiga Spesies Flora dan Fauna Baru

4. Rungko

Beralih ke Aceh Selatan, kamu akan menemukan rumah adat bernama rungko. Tepatnya di Kecamatan Kluet Tengah. 

Rumah tersebut merupakan peninggalan Imam Hasbiyallah Muhammad Teuku Nyak Kuto, yang merupakan Raja Menggamat. Bangunan bersejarah yang didirikan sejak tahun 1861 ini pun masih terjaga.

Baca juga : Kerja Sama KLHK-USAID Dimulai dari Orangutan Taman Nasional Tanjung Puting

Menariknya, rungko tersebut terbuat dari kayu. Namun, bukan kayu biasa. Bahkan, proses penebangannya saja memakan waktu beberapa tahun sehingga tidak heran masih lestari sampai sekarang.

Adapun soal penamaannya merupakan pemaknaan dari rangka/kerangka sebagai pemersatu 4 marga suku Kluet di Aceh Selatan saat itu. Artinya, segala musyawarah dan pengadilan masyarakat dilakukan di situ.

Secara model tidak jauh berbeda dengan rumah panggung Aceh lainnya. Hanya saja dari segi ornamen dan motif dibuat berbeda yang mencirikan identitas Kluet. 

Baca juga : Spesies Kupu-Kupu Baru di London Dinamai Karakter Antagonis dari The Lord of the Rings

5. Sapo Jojong 

Sapo jojong merupakan rumah adat yang eksotis peninggalan suku Pakpak Aceh. Karena keeksotisan tersebut, rumah jojong kerap disambangi wisatawan.

Dalam bahasa Aceh sendiri jojong artinya adalah menara rumah. Yang mana penamaan tersebut mencirikan bangunan rumah ini yang menggunakan menara di bagian atapnya. Lalu, di kedua ujung bubungan (penutup atap) diberikan tanduk kerbau sebagai hiasan.

Baca juga : Ini Jumlah 38 Provinsi di Indonesia dan Ibu Kotanya

Tampilannya yang sedemikian unik menunjukkan kalau ini bukan rumah biasa. Di mana dulunya rumah Jojong hanya ditempati raja dan keluarga terdekatnya saja. Khusus singgahan raja, yang ditempatkan lebih tinggi dibanding lainnya.

Sementara dari fungsi rumahnya sama saja. Bagian depan untuk tempat berkegiatan para ibu suku Pakpak, yakni menganyam. Sementara anak muda menggunakannya untuk bertamu dan bercengkrama.

Ada satu lagi fakta unik dari rumah adat di Aceh ini, yakni di balik mahkotanya yang menawan, ternyata tempat tersebut merupakan area mengawetkan mayat raja untuk berziarah. Tidak diketahui apakah saat ini masih ada atau tidak, namun salah satu jojong yang bisa kamu kunjungi yaitu di Kabupaten Pakpak, Sumatera Utara. 

Baca juga : Peta Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia, Dibagi Menjadi 3 Bagian

6. Sapo Bellen Sinanggel 

Berbeda dengan beberapa rumah adat Aceh lainnya, yang satu ini dihadirkan sebagai penanda identitas masyarakat Kabupaten Singkil. Singkil merupakan salah satu etnis yang lama menetap di Aceh.

Rumah adat Singkil yang diresmikan tahun 2017 itu dibuat serupa dengan rumah tradisional Aceh lain yakni dengan model panggung. Meski tidak begitu eksotis layaknya rumah adat zaman dulu, Sapo Bellen Sinanggel sempat ramai didatangi turis Eropa pada tahun 2019.

Baca juga : Menteri LHK dan Dubes RI UNESCO: Status 'in Danger TRHS' Segera Diakhiri

Pasalnya, dalam rumah adat tersebut terdapat interior khas Singkil yang menarik perhatian warga asing. Seperti kuali besi berukuran besar, alu, lesung, dan pengukur kelapa manual yang merupakan barang bekas dari lokasi sekitar Singkil. 

Untuk mendongkrak kunjungan wisata, rumah adat tersebut juga dijadikan sebagai tempat menginap sebelum berkeliling Rawa Singkil untuk melihat flora dan fauna setempat. Jumlah ruangan pun dibuat memadai dengan 10 ruang terpisah yang dilengkapi fasilitas kipas angin.

7. Rangkang

Baca juga : Yuk, Lihat Ragam Flora dan Fauna di Lapangan Banteng Jakarta

Rumah adat Aceh berikutnya disebut rangkang. Secara tampilan, rangkang tampa jauh berbeda dengan rumah tradisional Aceh yang sudah disebutkan tadi. Pasalnya, rangkang dibuat dengan desain yang tampak begitu sederhana. 

Area rumah terbuat dari kayu biasa, sementara atapnya dari daun rumbia. Pemilihan desain dan material tersebut karena tujuan rangkang adalah untuk tempat singgah para petani melepas penat.

8. Saneut

Baca juga : Urutan Takson Tumbuhan dan Hewan dari Kelompok Terbesar ke Terkecil

Saneut merupakan rumah tempat tinggal masyarakat Aceh sejak lama. Merupakan versi sederhana dari rumoh Aceh krong bade yang dipamerkan di museum sebagai objek wisata. 

Desain rumah pun tampak sangat sederhana dengan material bangunan yang berasal dari kayu berkualitas biasa. Umumnya, penghuni rumah adat sederhana ini adalah masyarakat Aceh kalangan bawah.

Jika ingin melihat lebih dekat dan mengetahui lebih banyak makna yang tersirat, kunjungi langsung rumah-rumah tersebut dengan berlibur ke Aceh.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Esa tanjung

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat