visitaaponce.com

Dunia Dianggap Gagal Mengendalikan Perubahan Iklim

​Dunia Dianggap Gagal Mengendalikan Perubahan Iklim
Grafik menunjukkan emisi gas rumah kaca dari waktu ke waktu sesuai dengan kontribusi saat ini dan langkah yang diperlukan untuk membatasinya(Nalini LEPETIT-CHELLA and Sophie RAMIS / AFP)

Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menilai dunia gagal mengendalikan perubahan iklim karena upaya yang dilakukan untuk mengurangi emisi hanya menunjukkan sedikit kemajuan pada dekade ini.

Dalam sebuah laporan yang dirilis Selasa (14/11) atau hanya beberapa minggu sebelum perundingan mengenai pembatasan pemanasan global di Dubai yang akan digelar akhir bulan ini, organisasi perubahan iklim PBB mengatakan, dunia tidak bertindak dengan cukup mendesak untuk menahan laju emisi gas rumah kaca.

Dengan suhu yang terus melonjak dan tahun 2023 diperkirakan akan menjadi tahun terpanas dalam sejarah umat manusia, para ilmuwan mengatakan tekanan terhadap para pemimpin dunia untuk mengekang polusi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global, menjadi semakin mendesak.

PBB menemukan bahwa gabungan rencana iklim dari hampir 200 negara akan menempatkan dunia pada jalur emisi karbon yang hanya dua persen di bawah tingkat emisi tahun 2019. Penurunan tersebut jauh dari penurunan sebesar 43% yang menurut panel iklim IPCC PBB diperlukan untuk membatasi pemanasan sesuai target kesepakatan Paris sebesar 1,5 derajat Celcius (2,7 derajat Fahrenheit) sejak era pra-industri. (lihat grafis)

“Setiap derajat penting, namun kita sudah keluar jalur. COP28 (KTT Iklim di Dubai) adalah waktu kita untuk mengubahnya,” kata Ketua Perubahan Iklim PBB Simon Stiell. Dia menyerukan perundingan iklim untuk menandai titik balik yang jelas bagi dunia yang sudah dilanda meningkatnya banjir, gelombang panas, dan badai.

Para ilmuwan telah memperingatkan dunia melampaui batas pemanasan global sebesar 1,5 derajat Celcius, sehingga menimbulkan risiko dampak yang semakin besar. “Dunia gagal mengatasi krisis iklim,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, memperingatkan negara-negara tidak bertindak cukup cepat untuk menghindari bencana.

“Kemajuan sedikit demi sedikit tidak akan berhasil. Sudah saatnya mewujudkan ambisi iklim yang lebih besar di setiap negara, kota, dan sektor,” tegasnya.

Presiden AS Joe Biden, pada Selasa (13/11) mengumumkan investasi miliaran dolar lagi untuk mencoba membuat negaranya lebih tangguh terhadap pemanasan global. Ia mengatakan siapa pun yang dengan sengaja menyangkal dampak perubahan iklim berarti akan membawa rakyat Amerika ke masa depan yang sangat berbahaya. “Dampak yang kami lihat akan menjadi lebih buruk, lebih sering terjadi, lebih ganas, dan lebih mahal,” tegasnya.

Menutup kesenjangan

Berdasarkan kesepakatan Paris tahun 2015, negara-negara diwajibkan untuk menyerahkan rencana pengurangan emisi yang lebih serius, yang dikenal sebagai Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional, atau NDC.

Penilaian tahunan terbaru PBB terhadap rencana ini mencakup 20 NDC terbaru yang diserahkan antara September 2022 dan September 2023, termasuk dari Meksiko, Turki, Norwegia, dan tuan rumah COP28 Uni Emirat Arab.

Laporan tahun lalu menggunakan tolok ukur tahun 2010 dan menemukan bahwa jika NDC dunia diterapkan sepenuhnya, emisi akan meningkat 10,6% pada tahun 2030.

“Saat ini yang terjadi hanya sedikit perbaikan”, kata Stielli. Menurut dia, emisi yang diproyeksikan menjadi 8,8% lebih tinggi pada tahun 2030 dibandingkan pada tahun 2010.

Pada September lalu, survei global mengenai kemajuan dunia dalam mencegah dampak terburuk perubahan iklim memperingatkan bahwa dunia masih jauh dari target.

Emisi gas rumah kaca global harus mencapai puncaknya pada tahun 2025 dan turun tajam setelahnya untuk menjaga batas 1,5C, berdasarkan penilaian ilmiah utama yang dilakukan oleh panel penasehat sains IPCC PBB.

Untuk mencapai emisi karbon nol bersih pada tahun 2050 – tujuan Paris lainnya – juga memerlukan penghentian bertahap pembakaran semua bahan bakar fosil yang emisinya tidak dapat ditangkap atau dikompensasi.

Satu-satunya peluang

Respons terhadap inventarisasi akan menjadi inti dari COP28  yang akan digelar pada 30 November hingga 12 Desember, dengan fokus perdebatan penting mengenai masa depan minyak dan gas serta batu bara yang menjadi pendorong utama emisi pemanasan global.

Namun banyak negara yang masih gagal menyesuaikan tindakan mereka dengan apa yang menurut para ilmuwan diperlukan untuk menghindari pemanasan global yang melampaui batas yang telah disepakati.

​Bulan ini, laporan Program Lingkungan PBB menemukan bahwa peningkatan produksi yang direncanakan di negara-negara minyak utama akan menghasilkan 460% lebih banyak batu bara, 82% lebih banyak gas, dan 29% lebih banyak minyak dibandingkan dengan upaya membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celsius. Dan ruang untuk bermanuver mungkin juga lebih sempit dari yang diperkirakan sebelumnya.

Pada bulan Oktober, penelitian baru menemukan bahwa jumlah CO2 yang dapat dikeluarkan dunia dan masih memiliki peluang 50% untuk membatasi pemanasan hingga 1,5C, namun dapat habis dalam enam tahun. “Kita masih jauh dari apa yang kita perlukan untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5C,” kata Tom Evans, penasihat kebijakan di lembaga think tank E3G.(AFP/M-3

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat