visitaaponce.com

FIB UI Gelar Konferensi Internasional dan Workshop Mengenai Sejarah Publik

FIB UI Gelar Konferensi Internasional dan Workshop Mengenai Sejarah Publik
Konfetensi internasional serta workshop mengenai sejarah publik dengan tema “Public History as The New Citizen Science of the Past.”(MI/Adiyanto)

Kehadiran berbagai platform media sosial seperti facebook, twitter (X) dan YouTube, memudahkan orang untuk mengunggah dan menulis apapun, termasuk yang berkaitan dengan sejarah. Seperti halnya wartawan, siapa pun kini bisa menjadi sejarawan.

Perkembangan teknologi terkini semakian memudahkan orang mengakses informasi yang berbau sejarah. Sejarah menjadi milik publik terlepas dari otentisitas yang disampaikan yang dapat menjadi bahan perdebatan. Sejarah publik merujuk pada pekerjaan sejarawan dengan metodologi sejarah di luar dunia akademik, demikian menurut Robert Kelley, sejarawan Amerika yang pertama kali memperkenalkan program sejarah publik.  Lalu apa yang dimaksud dengan di luar dunia akademik? Sejarah dapat ditemukan di museum, rumah bersejarah, wisata sejarah, atau di kanal media baru seperti Facebook, You Tube, podcast, twitter, Instagram, Tik Tok dan sebagainya. Sejarah publik juga bisa didapati pada kegiatan-kegiatan kesejarahan yang diselenggarakan komunitas atau pementasan teater bertema sejarah.

Untuk lebih memahami dan mendalami perkembangan sejarah publik, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, bekerja sama dengan International Federation for Public History (IFPH), serta Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menyelenggarakan konfetensi internasional serta workshop mengenai sejarah publik dengan tema “Public History as The New Citizen Science of the Past.”

Acara yang berlangsung di FIB UI pada 21-23 November ini diikuti oleh para sejarawan dan mahasiswa sejarah, peneliti dan peminat sejarah dari dalam dan luar negeri, seperti Australia, Jepang, Luksemburg, Ingggris, Italia, serta Belanda.

Menurut Kresno Brahmantyo, selaku ketua penyenggara, sejarah, dengan segala kompleksitasnya, berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu, kini, dan masa depan. Sejarah membentuk struktur identitas, membentuk perspektif, dan memengaruhi keputusan kita sebagai manusia. ”Konferensi ini berfungsi sebagai platform unik dimana para sarjana peneliti, praktisi, dan peminat sejarah dari berbagai latar belakang, berkumpul untuk berbagi wawasan mereka, bertukar ide, dan berkolaborasi dalam mengeksplorasi warisan sejarah,” ujar dia, dalam kata sambutannya, Selasa (21/11).

Menurut Profesor Susanto Zuhdi, kendati siapa pun kini dapat menulis sejarah, fungsi sejarawan tidak akan hilang atau tergantikan. “Justru di situlah peran sejarawan untuk mengajarkan karena mereka yang lebih mengerti ilmu dan metodologinya, bagaimana memverifikasi fakta, mengkriitik validitas sumber, dan sebagainya. Kita dapat berkolaborasi dengan siapa pun yang menyukai sejarah,” ujar Guru Besar Ilmu Sejarah di FIB UI tersebut.

Selain konferensi yang antara lain menghadirkan Profesor Tanya Evans selaku Ketua IFPH, Profesor Thomas Chauvin dari University Luxemburg, dan Profesor David Dean dari Carleton University, Kanada, juga digelar workshop yang diikuti berbagai kalangan, terutama mahasiswa dan peneliti sejarah dari dalam maupun luar negeri, yang akan mempresentasikan makalah masing-masing yang terkait dengan sejarah publik. (M-3)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat