Menteri ESDM Kejayaan Migas Sudah Berlalu
![Menteri ESDM: Kejayaan Migas Sudah Berlalu](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2020/12/503129aac184e6cb96b17901b4de2cd1.jpg)
MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menilai industri hulu minyak dan gas (migas) sebagai industri yang penuh ketidakpastian.
Pemerintah pun berupaya menggencarkan pemenuhan energi bersih dari energi baru terbarukan (EBT). Menurutnya, cadangan energi fosil di Tanah Air kian menipis.
"Harus kita sadari bahwa kejayaan migas telah berlalu. Untuk itu, pemerintah tidak lagi mengedepankan besarnya bagi hasil (split) untuk negara. Tetapi, lebih mendorong agar proyek migas berjalan melalui pemberian insentif," tutur Arifin dalam Konvensi Internasional Hulu Minyak dan Gas Indonesia 2020 secara virtual, Rabu (2/12).
Baca juga: Luhut: Pertamina Jadi Perusahaan Petrokimia Terbesar pada 2030
Pemberian insentif di sektor migas menyasar beberapa Plan of Development (POD, yang selama ini dinilai tidak ekonomis oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Arifin menyebut sumber ketidakpastian berasal dari faktor eskternal dan internal. Seperti, fluktuasi harga minyak dunia, yang merupakan faktor eksternal.
Dari sisi internal, lanjut dia, seperti regulasi atau perizinan yang rumit. Kemudian, insentif pendukung keekonomian lapangan yang berada di dalam dan di luar kontrol Kementerian ESDM.
Pihaknya melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi ketidakpastian di sektor migas. Harapannya, dapat meningkatkan daya tarik investasi migas di Indonesia.
Baca juga: OPEC Berencana Tingkatkan Produksi Minyak Tahun Depan
Misalnya, penyederhanaan regulasi. Saat ini, sebagian besar perizinan sektor migas telah dilimpahkan ke Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Selanjutnya, upaya terkait fleksibilitas sistem fiskal. Pemerintah dikatakannya telah memberikan kebebasan bagi KKKS untuk menentukan jenis kontrak. Apakah menggunakan Gross Split, atau Production Sharing Contract (PSC).
Indonesia mendukung komitmen global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Itu melalui target bauran EBT 23% dalam energi nasional pada 2025. Serta, komitmen pengurangan emisi GRK pada 2030 hingga 29% dengan upaya sendiri dan 41% dengan bantuan global.(OL-11)
Terkini Lainnya
Optimalisasi Produksi Migas, ESDM Upayakan Pengembalian Blok Potensial
Pentingnya Keterlibatan Masyarakat dalam Produksi Migas
Incar Blok Baru, Pertamina Internasional EP Ekspansi ke Timur Tengah
Konversi Kapal Tanker Jadi FSPO di Batam Rampung 80%
SKK Migas Kejar Kenaikan Investasi Hulu hingga 17%
Jangkau Wilayah Terpencil, Legislator Apresiasi Distribusi BBM Sampai Pelosok
Menteri ESDM Dukung Smelter Nikel Ceria Gunakan Energi Terbarukan
Volume Elpiji Subsidi Turun Gara-Gara Beli Pakai KTP
Menteri ESDM Ungkap Ada Usulan Harga Pertalite Naik
Menteri ESDM: Tarif Listrik Tidak Naik hingga September 2024
DPR dan Pemerintah Sepakati Asumsi Sektor ESDM untuk RAPBN 2025
ESDM Jatim Intensif Lakukan Sosialisasi LPG 3 Kg Pakai KTP
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap