visitaaponce.com

Menteri ESDM Dukung Smelter Nikel Ceria Gunakan Energi Terbarukan

Menteri ESDM Dukung Smelter Nikel Ceria Gunakan Energi Terbarukan
Menteri ESDM Arifin Tasrif meluncurkan soft energize ke smelter PT Ceria yang bersumber dari energi baru terbarukan(Dok.ESDM)

MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM) Arifin Tasrif meluncurkan soft energize (pemberian tegangan listrik) ke smelter PT Ceria yang bersumber dari layanan energi baru terbarukan (EBT) PLN di Wolo, Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Dia turut mengapresiasi dan mendukung penuh langkah PT Ceria Nugraha Indotama untuk menggunakan energi terbarukan di seluruh rantai industrinya yang bersumber dari PLN. Sebab, terobosan itu menjawab kebutuhan langkah dekarbonisasi global dan sejalan dengan upaya pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060. 

"Climate Change menuntut kita mereduksi semua emisi karbon. PLN sudah menyediakan energi bersih. Selanjutnya untuk pengembangan diharapkan bisa memberikan energi bersih ke pelanggan, termasuk industri. Pemerintah berkewajiban untuk mendukung kebutuhan energi bersih ini,” kata Arifin dikutip dari keterangannya, Kamis (4/7).

Baca juga : Menteri ESDM: Capaian Bauran Energi Sulit Terealisasi

Dia menambahkan, saat ini pemerintah sedang mengembangkan ekosistem untuk kelistrikan yang bersih ke depan. Karenanya, apa yang dilakukan PT Ceria Nugraha dapat menjadi model untuk mendorong suplai listrik dari energi beremisi rendah.

Selama ini, kata Arifin, smelter-smelter yang di Sulawesi masih menggunakan sumber energi dari batu bara yang diperkirakan mencapai kurang lebih 20 giga watt dan menghasilkan emisi karbon cukup besar. Itu menurutnya menjadi tantangan lantaran permintaan untuk produk hijau tengah meningkat.

"Negara-negara Eropa, sudah mendorong pemakaian energi bersih dan sudah mulai akan menerapkan Cross Border Carbon Mechanism. Beberapa negara eropa bahkan sudah ada yang menerapkan pajak karbon yang cukup tinggi, ya di Skandinavia sudah di atas US$100 per ton. Ini harus kita antisipasi," tuturnya.

Baca juga : Menteri ESDM Ungkap Ada Usulan Harga Pertalite Naik

Karenanya, dia mendorong PT Ceria Nugraha bisa mempertahankan penerapan standar The new Inflation Reduction Act (IRA) dalam pengembangan produk-produk selanjutnya.

"Karena kita melihat bahwa aturan-aturan IRA ini nanti akan mempermudah produk industri itu terserap ke pasar Amerika Serikat (AS). Nah tentu saja kita memang harus mengantisipasi. Bagaimana industri kita bisa berkembang agar cita-cita kita untuk elektrifikasi ini bisa tercapai," tambah Arifin.

Adapun sumber pasokan listrik di industri Ceria Group antara lain; Ceria memiliki Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) dengan PT PLN (Persero) sebesar 414 MVA (352 MW) listrik dari sumber tenaga ramah lingkungan seperti diatur dalam Pembelian Sertifikat Energi Terbarukan (REC).

Baca juga : Aturan PLTS Atap Baru Terbit, Tak Ada Ekspor-Impor Listrik

Penggunaan sertifikat REC oleh Ceria akan meningkat secara bertahap mulai dari sekitar 80.000 unit pada tahun 2024 menjadi 2,2 juta unit pada tahun 2030. Setiap 1 unit sertifikat REC mewakili 1 Megawatt-jam (MWh) konsumsi energi listrik.

Untuk menjaga keandalan dan stabilitas listrik industri Ceria Group, PLN juga membangun Pembangkit Listrik Mobile Barge Mounted berkapasitas 2 x 60 MW (BMPP) dilengkapi dengan Terminal LNG dan fasilitas Regasifikasi di lokasi Ceria.

Selain itu, PLN melalui anak perusahaannya PLN Batam, akan segera membangun Pembangkit Listrik Terintegrasi di kawasan Ceria, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTMG) berkapasitas 200 MW. Rencana masa depan akan ditambahkan Pembangkit Listrik Tenaga Siklus Gabungan (PLTGU) berkapasitas 200 MW.

Baca juga : Banyak STNK Bodong, Bikin Serapan Konversi Motor Listrik Rendah

Lebih lanjut, Arifin juga berharap smelter nikel milik PT Ceria Nugraha Indotama dapat melakukan penyelesaian teknis di Oktober 2024 dan bisa komisioning di akhir tahun ini.

Adapun proyek smelter yang dimaksud adalah smelter dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), yang pada tahap awal dibangun 1 jalur produksi (1 x 72 MVA) untuk mengolah bijih nikel saprolit, dan ke depannya akan dibangun sebanyak empat lajur produksi (4 X 72 MVA) secara bertahap dengan kapasitas produksi 252.700 ton per tahun.

Arifin menekankan pemerintah berharap pelaku industri pemurnian mineral harus bisa mengembangkan ekosistem untuk produk akhir elektrifikasi, karena Indonesia memiliki sumber daya mineral yang sangat bernilai.

"Kita harus mengantisipasi, bagaimana industri dalam negeri ini bisa berkembang, cita-cita kita elektrifikasi bisa tercapai, nikel ini tentu saja ada di poros baterai NCM (Nikel Cobalt Mangan), kita punya nikel, kemudian limonet kita juga punya cobalt konten yang signifikan, kemudian juga kita masih punya sumber mangan di Nusa Tenggara Timur, nah inilah yang harus kita integrasikan," imbuh Arifin.

Sementara itu, CEO Ceria Group Derian Sakmiwata mengungkapkan, smelter RKEF Ceria line 1 akan beroperasi dalam dua hingga tiga bulan ke depan. "Ukuran furnace-nya 72 MVA ini yang nanti akan input raw mineral sebesar 1,4 juta metrik ton per tahun di kadar 1,59," tuturnya.

Derian menyebut, itu merupakan Langkah awal Ceria, dan RKEF masih memiliki target membangun 4 jalur RKEF yang akan dibangun secara bertahap, dan juga akan membangun smelter dengan teknologi HPAL (High Pressure Acid Leaching) dan seluruh aktivitas industri CERIA berpedoman terhadap kaidah Environment, Social and Governance (ESG).

"Saat ini Ceria juga aktif untuk menerapkan IRMA (Initiative for Responsibility Mining Assurance), ini adalah cara Ceria untuk mengupgrade pola operasi untuk lebih memperhatikan aspek lingkungan dan sosial lebih detail lagi untuk mencegah bahaya-bahaya historis yang bisa terjadi lagi dan mencegah bahaya-bahaya yang akan terjadi," terangnya.

Diketahui, proyek fasilitas pemurnian bijih nikel milik Ceria merupakan proyek smelter Indonesia pertama yang didanai oleh perbankan nasional, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, proyek smelter Ceria memang proyek pertama yang dibiayai oleh investor domestik dan pihaknya mendukung proyek ini akan diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan target yang ditentukan.

"Kita melihat kesungguhan dari Ceria untuk menyelesaikan proyek ini, termasuk mengupayakan energi yang dibutuhkan dan sudah dialiri listrik oleh PT PLN dan Insya Allah akan membuat rencana berjalan dengan lancar," pungkasnya. (Mir)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akmal

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat