visitaaponce.com

2 Investor Eropa Mundur dari Proyek Nikel, ESDM Kita Cari Mitra Lain

2 Investor Eropa Mundur dari Proyek Nikel, ESDM: Kita Cari Mitra Lain
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif (tengah).(Dok. Antara)

MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan pemerintah akan mencari pengganti dua investor yang hengkang dari proyek smelter nikel Sonic Bay di Maluku Utara.

Sebelumnya, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengonfirmasi perusahan kimia terbesar asal Jerman, Badische Anilin und Soda Fabric (BASF) dan perusahaan pertambangan dan metalurgi asal Prancis, Eramet, tidak melanjutkan proyek berupa pembangunan pabrik pemurnian (smelter) nikel di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara. Proyek tersebut memakan nilai investasi US$2,6 miliar atau sekitar Rp42,6 triliun (kurs Rp16.395).

"Ya kalau mundur, kita cari (mitra) yang lain. Masih banyak yang lain yang mau (terlibat di Proyek Sonic Bay)," ujar Arifin di Kantor Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (28/6).

Baca juga : 2 Investor Eropa, BASF dan Eramet Hengkang dari Proyek Nikel di Maluku

Arifin mengatakan alasan investor asal Eropa tersebut tidak melanjutkan investasi Sonic Bay karena sudah mengamankan pasokan bahan baku atau material baterai kendaraan listrik. Sehingga, memutuskan tidak menanamkan modalnya di Indonesia.

"Dia tuh mengatakan bisa mendapatkan pengamanan suplai. Dia memutuskan untuk nggak masuk ke Indonesia, mungkin sudah di tempat lain," imbuhnya.

Selain itu, Menteri ESDM juga tidak menepis keputusan BASF dan Eramet untuk tidak meneruskan rencana investasi didasarkan pada pertimbangan kondisi pasar nikel global yang tengah anjlok. Buruknya kinerja nikel disebabkan karena pasokan yang melebihi (oversupply) dibandingkan permintaan (demand)

Baca juga : Dua Investor Proyek Nikel Cabut, Indef: Hilirisasi Tambang RI Dipaksakan

"Kita lihat ada penurunan demand di pasar global karena ekonomi yang melemah," tuturnya.

Dari keterangan Eramet disebutkan, meski hengkang dari proyek Sonic Bay, perusahaan itu akan tetap meneruskan meneruskan kemitraan dengan Badan Geologi Kementerian ESDM yang mencakup studi bersama mengenai mineral kritis di Indonesia dengan

"Kami fokus mengoptimalkan berkelanjutan dari potensi sumber daya tambang Weda Bay untuk memasok bijih kepada produsen nikel lokal, sambil melihat lebih lanjut peluang untuk berpartisipasi dalam rantai nilai baterai kendaraan listrik berbasis nikel di Indonesia," kata Group Chief Development Officer Eramet Geoff Streeton.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat