visitaaponce.com

Fundamental Ekonomi Kuat, Tappering Off tidak Berdampak Berat

Fundamental Ekonomi Kuat, Tappering Off tidak Berdampak Berat
Foto udara suasana persawahan Desa Wisata Tetebatu di Kecamatan Sikur, Lombok Timur, NTB, Rabu (8/9).(Antara/Ahmad Subaidi.)

KEPALA Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai ekonomi fundamental Indonesia saat ini sudah jauh lebih baik dari beberapa tahun lalu. Karenanya, kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve System (The Fed), untuk menarik stimulus (tappering off) tidak akan memberi dampak yang cukup berat kepada perekonomian Tanah Air.

"Kondisi fundamental kita sudah jauh lebih baik dari 2013, cadangan devisa cukup baik, kepemilikan asing pada bond tidak begitu tinggi, inflasi rendah, current account deficit (CAD) terjaga, dan Bank Indonesia juga sudah menyatakan akan fully support pada pemulihan pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujarnya dalam diskusi secara daring, Kamis (9/9).

Kendati memiliki fundamental ekonomi yang kuat, tappering off yang akan dilakukan The Fed tetap akan berdampak pada Indonesia. Namun besaran dampak itu dinilai tak akan separah yang terjadi di 2013.

Andry bilang, kondisi ekonomi makro Indonesia saat ini jauh lebih baik. Tingkat inflasi yang terjaga di kisaran 2%-3% jauh lebih baik dibanding posisi 2013 yang berada di level 7%-8%. Lalu cadangan devisa yang ada di BI tercatat US$144 miliar, jauh lebih tinggi dari kondisi 2013 yang berada di bawah US$100 miliar.

"Kami sudah melakukan simulasi. Kalau pun ada outflows (aliran modal asing keluar), kemungkinan dengan full intervention dari BI kita masih bisa kuat menjaga cadangan devisa masih di atas US$100 miliar," terangnya.

Andry menambahkan, kondisi kepemilikan asing saat ini pada Surat Utang Negara (SUN) hanya sekitar 23%, jauh lebih rendah dibanding 2013 yang berkisar 32%. Rendahnya kepemilikan asing pada obligasi negara dinilai dapat mengurangi dampak negatif dari tappering off yang akan dilakukan The Fed.

"Dengan asumsi bahwa posisi terendah outflowsnya 14% dari total atau turun dari posisi 23% ke 14% turun 9%, itu outflows sekitar Rp380 triliun," imbuhnya. "Dengan menggunakan asumsi ini kita menghitung bahwa cadangan devisa masih berada di kisaran US$110 miliar atau 7,3 bulan impor. Jadi masih jauh dari limit 3 bulan impor. Ini dengan asumsi akan terjadi outflows," sambung Andry.

Selain itu langkah Bank Indonesia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional juga dinilai mampu menahan pelemahan dari dampak tappering off. Namun Andry menyampaikan Indonesia mesti tetap waspada soal rencana penarikan stimulus yang akan dilakukan The Fed.

Beberapa hal yang mesti diperhatikan bila kebijakan bank sentral Negeri Paman Sam itu dilakukan ialah peningkatan imbal hasil dari obligasi negara, melemahnya nilai tukar rupiah, berkurangnya kepemilikan mata uang dolar AS, dan melemahnya ekuitas. Karenanya, Indonesia mesti bisa memastikan agenda pemulihan ekonomi berjalan sesuai dengan rencana di 2021 dan 2022. 

Baca juga: 99 Group Tawarkan Konsep Baru Dalam HarPropNas 2021

"Hitungan kami, bila The Fed baru menaikan suku bunga di 2023, kita perlu untuk recover ekonomi domestik di 2021 dan 2022 harus siap. Karena ke depan tantangannya sudah berbeda lagi. Ini pun dengan asumsi tidak ada varian baru yang kemudian memakan lagi pertumbuhan ekonomi di global dan Indonesia," pungkas dia. (OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat