Senayan Dukung Transisi ke Energi Baru Terbarukan
![Senayan Dukung Transisi ke Energi Baru Terbarukan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2021/10/764ab6e1c013d7e72e6d8c372da0f3b0.jpg)
DPR RI dukung agar Indonesia segera untuk transisi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) untuk mencapai target Net Zero Emission atau nol bersih emisi di 2060
Menurut Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto hal itu agar lingkungan menjadi bersih dan berkelanjutan. Menurutnya, dalam rangka mencapai target-target internasional, di mana Indonesia telah menyepakati telah menandatangani Paris Agreement.
Kesepakatan itu telah diratifikasi menjadi Undang-Undang Nomor 16 tahun 2016 tentang Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim, diperlukan sebuah kebijakan-kebijakan yang memiliki kecermatan terukur.
Indonesia pun diminta berkomitmen dalam penanganan perubahan iklim di 26th UN Climate Change Conference of the Parties (COP26) di Glasgow, Skotlandia pada 31 Oktober–12 November 2021.
"Kita sebagai sebuah bangsa sudah barang tentu menginginkan energi andal menjadi sebuah soko guruh," papar Sugeng
Baca juga : Penggunaan Pembangkit Nuklir di Indonesia Mulai 2045
Namun, disisi lain saat ini Indonesia masih bergantung pada pemakaian batu bara.
Kita sadar betul bahwa selama ini energi kita masih tergantung di energi fosil. Di listrik pun masih sangat bergantung dengan energi fosil. Lalu, kita terus-menerus konsumsi BBM (bahan bakar minyak) yang jumlahnya meningkat," ujarnya dalam webinar, Kamis (21/10).
Pengunaan batu bara di Tanah Air dinilai masih menjadi tiang penyangga utama sebagai penyediaan listrik yang dikelola PT PLN. Politisi NasDem itu menjelaskan, dari kapasitas pembangkit listrik terpasang PLN pada 2020 sebesar 63,3 Giga Watt (GW), 70% bergantung dari pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU batu bara.
Kemudian, soal kebutuhan BBM dalam negeri, kata Sugeng sebesar 1,4 juta lebih barel per hari. Namun, kapasitas produksi BBM nasional baru mencapai 800 ribu barel per hari. Ada defisit sekitar 700 ribu barel per hari.
"Kebijakan ke depan bukan berarti menghapus sama sekali fosil. Tapi, kita tekan atau bahkan mau kita hapus adalah emisinya, karena menyumbang karbon di udara. Kitamemerlukan energi yang bersih dan berkesinambungan," tegas Sugeng.
Di sisi lain, dia menyebut Indonesia masih mempunyai cadangan batu bara dengan potensi kurang lebih 38 miliar metrik ton, tetapi 80% di antaranya berupa batu bara kalori rendah.
"Ini kalau hanya dimanfaatkan menjadi energi primer langsung yang dibakar untuk membangkitkan PLTU, bisa menyumbang emisi yang luar biasa," katanya. (OL-2)
Terkini Lainnya
Mempertahankan Batu Bara Dinilai Tingkatkan Risiko Kerugian Ekonomi di ASEAN
Dukung Tujuan SDG's, Uni-Charm Indonesia Beli 143 Unit REC dari PLN
Komisi VII DPR: Pemerintah Tak Perlu Buru-buru Ekspor Listrik EBT ke Singapura
World Water Forum ke-10 Turut Buka Jalan untuk Wujudkan Listrik Murah
Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca, SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif
Peringati Hari Bumi, IESR Gelar Festival Energi Terbarukan
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap