visitaaponce.com

Peringati Hari Bumi, IESR Gelar Festival Energi Terbarukan

Peringati Hari Bumi, IESR Gelar Festival Energi Terbarukan
Aksi memperingati Hari Bumi saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Jakarta, Minggu (21/4/2024)(ANTARA/Indrianto Eko Suwarso )

UNTUK memperingati Hari Bumi setiap 22 April, Institute for Essential Services Reform (IESR), lembaga think tank di bidang energi terbarukan dan lingkungan, menggelar Festival Energi Terbarukan pada Minggu, 21 April 2024. Festival yang diadakan di Tebet Eco Park, Jakarta Selatan, ini juga bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat untuk aksi penurunan emisi,

Melalui Festival Energi Terbarukan, IESR mengajak masyarakat untuk berkontribusi pada aksi penurunan emisi pribadi dan mendorong pemanfaatan energi terbarukan demi mitigasi kenaikan suhu global.

Kenaikan suhu global akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca berdampak pada krisis iklim yang memicu meningkatnya intensitas bencana hidrometeorologi. Berdasarkan data World Meteorological Organization (WMO), suhu rata-rata bumi pada 2014-2023 telah berada pada 1,2 -1,3 derajat Celcius di atas rata-rata tahun 1850-1900.

Baca juga : B. Braun Resmikan Pengoperasian PLTS di Pabriknya

Upaya pembatasan suhu bumi agar tidak melewati ambang 1,5 derajat Celcius perlu didorong secara serius dengan aksi dan kebijakan penurunan emisi gas rumah kaca.

Festival Energi Terbarukan sendiri memuat tiga rangkaian acara, dari jalan santai rendah emisi, seminar, dan pemaparan tentang energi terbarukan. Sekitar 108 peserta terlibat dalam acara tersebut.

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengungkapkan acara Festival Energi Terbarukan merupakan upaya untuk menggerakkan aksi nyata dalam mendukung transisi energi di Indonesia demi tercapainya target nir-emisi di 2060 atau lebih cepat.

Baca juga : PTPN III dan PLN Jalin Kerja Sama Optimalisasi Energi Terbarukan untuk Pabrik Kelapa Sawit

Menurutnya, masyarakat berperan besar sebagai pelopor pemakaian energi terbarukan dan duta yang menyuarakan pentingnya energi terbarukan Indonesia. Dengan demikian, masyarakat dapat mendorong kebijakan yang mendukung pengembangan energi terbarukan.

“Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap pengurangan emisi juga akan membuat masyarakat lebih bertanggung jawab dalam menggunakan energi melalui penghematan energi,” ungkap Fabby dalam keterangannya, Minggu (21/1).

Fabby menambahkan, pemahaman masyarakat yang tepat terkait energi terbarukan akan mendorong keterlibatan masyarakat yang lebih besar untuk pengurangan emisi pribadi maupun skala nasional.

Baca juga : G7 Berjanji Percepat Penghentian Penggunaan Bahan Bakar Fosil

Aksi nyata individu dalam menurunkan emisi yang didorong dalam acara ini di antaranya dengan menggunakan energi secara hemat, mengandalkan transportasi publik atau kendaraan listrik yang minim emisi, serta penggunaan energi terbarukan seperti energi surya.

Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR Marlistya Citraningrum menyebut kolaborasi antara pemerintah, komunitas masyarakat sipil, akademisi, dan pemangku kepentingan akan memperkuat upaya bersama untuk menurunkan emisi lebih cepat dan masif.

“Dengan kolaborasi, kita dapat menjangkau masyarakat lebih luas di Indonesia dan menularkan semangat untuk berperan untuk menciptakan momentum percepatan transisi energi dan mewujudkan Indonesia nol emisi,” ungkap Marlistya.

Baca juga : SUN Energy Terus Sokong Percepatan Energi Baru Terbarukan di Tanah Air

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sigit Reliantoro menyebut secara global, krisis yang dihadapi bumi saat ini antara lain krisis keanekaragaman hayati, krisis pencemaran, dan krisis perubahan iklim. Ia mengatakan bahwa untuk mengatasi persoalan tersebut perlu program yang terintegrasi.

"Di level internasional/global pun menyadari kalau ketiga krisis itu dijawab satu per satu, sumber daya kita tidak banyak. Maka semua upaya mestinya disinergikan untuk satu program bisa menjawab ketiga isu ini," kata Sigit saat ditemui di Kantor KLHK, Jakarta, Jumat (19/4).

Sigit mencontohkan, bagian dari Indeks Respon Lingkungan Hidup (IRLH) juga mendorong agar sebuah program tidak hanya menyelesaikan satu masalah.

"Kalau kita punya program, tidak hanya menyelesaikan masalah pencemarannya, kita juga menyelesaikan masalah perubahan iklim, masalah keanekaragaman hayati," jelasnya.

"Dan sebetulnya yang paling penting adalah menciptakan ekonomi yang bisa menggerakkan. Konsep green ekonomi kan arahnya seperti itu," imbuhnya.(H-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat