visitaaponce.com

PBB Mayoritas Penduduk Ingin Negara Tingkatkan Aksi Atasi Perubahan Iklim

PBB: Mayoritas Penduduk Ingin Negara Tingkatkan Aksi Atasi Perubahan Iklim
Seorang turis menjelajahi gletser Ritacuba Blanco di Taman Alam Nasional El Cocuy di provinsi Boyaca, Kolombia, pada 19 April 2024.(AFP)

EMPAT dari lima orang ingin negaranya meningkatkan upaya mengatasi perubahan iklim. Demikian laporan survei PBB yang dianggap sebagai survei terbesar mengenai isu tersebut.

Program Pembangunan PBB (UNDP) menerbitkan jajak pendapat tersebut pada Kamis (20/6) dan menemukan bahwa mayoritas masyarakat di 62 dari 77 negara yang disurvei mengatakan mereka mendukung transisi cepat dari bahan bakar fosil ke energi ramah lingkungan.

Negara-negara tersebut termasuk negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Sekitar 80% di Tiongkok dan 54% di Amerika Serikat mendukung langkah tersebut. Responden di Rusia kurang tertarik dan hanya 16% yang menyetujuinya.

Baca juga : AS dan Tiongkok Absen dari Pertemuan Iklim PBB yang Signifikan

"Ketika para pemimpin dunia memutuskan janji-janji berikutnya berdasarkan Perjanjian Paris pada 2025, hasil-hasil ini merupakan bukti yang tidak dapat disangkal bahwa masyarakat di mana pun mendukung tindakan iklim yang berani," kata Cassie Flynn, direktur iklim global UNDP.

Dilakukan bekerja sama dengan Universitas Oxford dan GeoPoll, survei ini mengajukan 15 pertanyaan melalui panggilan telepon secara acak kepada 75.000 orang di 77 negara. Populasinya mewakili 87% dari total populasi di dunia dan menjadikannya jajak pendapat terbesar di dunia.

Secara keseluruhan, 80% dari mereka yang disurvei ingin melihat komitmen lebih kuat untuk mengatasi masalah ini dan tuntutan mengambil tindakan meningkat hingga 89% di negara-negara miskin yang merasakan dampak paling besar dari perubahan iklim.

Baca juga : PKS: Haram Normalisasi Hubungan dengan Israel

Kecemasan terhadap perubahan iklim lebih tinggi di negara-negara miskin seperti Fiji dengan 80% penduduknya lebih khawatir terhadap masalah ini dibandingkan tahun lalu. Fiji diikuti oleh Afghanistan (78%) dan Turki (77%). Arab Saudi mengalami peningkatan ketakutan terhadap perubahan iklim yang paling rendah dengan 25% lebih banyak kekhawatiran.

Secara keseluruhan, survei tersebut menemukan 56% responden mengatakan mereka memikirkan perubahan iklim setidaknya sekali dalam seminggu. Lebih dari separuh responden mengatakan bahwa mereka lebih khawatir terhadap perubahan iklim dibandingkan tahun lalu dibandingkan dengan 15% yang mengatakan bahwa mereka tidak terlalu khawatir.

Perubahan iklim juga mengubah kehidupan masyarakat dengan 69% responden mengatakan bahwa pemanasan global telah berdampak pada keputusan-keputusan besar, seperti tempat tinggal atau bekerja dan yang harus dibeli. Namun Ketua UNDP Achim Steiner mengatakan kekhawatiran ini tidak serta merta tercermin dalam keputusan pemilu dan konsumen.

Dia merujuk ada kesenjangan persepsi terkait aksi iklim. "Saya akan berbuat lebih banyak tetapi yang lain tidak. Jadi aku tidak akan melakukan apa pun," katanya menyimpulkan reaksi umum masyarakat. (Aljazeera/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat