G7 Berjanji Percepat Penghentian Penggunaan Bahan Bakar Fosil
![G7 Berjanji Percepat Penghentian Penggunaan Bahan Bakar Fosil](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/04/2728f237ad4a963e65da1e92e440991c.jpg)
Kelompok negara G7 berjanji untuk berhenti menggunakan bahan bakar fosil lebih cepat dan mendesak negara-negara lain untuk mengikutinya. Kendati demikian, dalam pertemuan yang berlangsung di Saporro, Jepang selama dua hari pada akhir pekan lalu, mereka gagal menyetujui tenggat waktu baru untuk mengakhiri polusi sumber daya seperti batu bara.
Pada pertemuan G7 tahun lalu, negara-negara yang tergabung dalam kelompok ini berjanji mengakhiri sebagian besar penggunaan bahan bakar fosil di sektor listrik mereka pada tahun 2035. Artinya, tidak ada kemajuan berarti dari segi batas waktu.
Menteri Transisi Energi Prancis Agnes Pannier-Runacher mengatakan kata-kata "penghapusan" (bahan bakar fosil) tetap merupakan "langkah maju yang kuat" menjelang KTT G20 dan COP28 tahun ini.
"Kemajuan paling penting yang telah kami buat jelas merupakan fakta bahwa kami setuju untuk beralih dari bahan bakar fosil non-karbon," katanya, kepada AFP.
Inggris dan Prancis telah mengajukan tujuan baru untuk mengakhiri penggunaan batu bara dalam sistem kelistrikan G7 dekade ini.
Tetapi, dengan pasokan energi global yang masih terpengaruh oleh perang di Ukraina, target tersebut menghadapi penolakan dari anggota lain, termasuk dari Jepang dan Amerika Serikat.
"Saya jelas ingin bisa membuat komitmen untuk menghapus batu bara secara bertahap pada 2030," kata Pannier-Runacher. Tapi itu adalah salah satu isu yang masih bisa kita bahas dalam diskusi yang akan datang, terutama di COP28".
G7 yang juga mencakup Jerman, Italia, Kanada, dan UE, semuanya menargetkan emisi net-zero dengan 2050 atau lebih cepat setelah penandatanganan Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan di bawah 2 derajat Celcius, dan idealnya 1,5C.
Namun, para menteri lingkungan hidup di negara-negara ini ditantang untuk mengumumkan langkah-langkah ambisius, setelah laporan iklim PBB baru-baru ini memperingatkan bahwa kenaikan 1,5 derajat Celcius akan terlihat dalam waktu sekitar satu dekade jika tanpa tindakan cepat dan radikal. Artinya, mereka berpacu dengan waktu. (AFP/M-3)
(AFP/M-3)
Terkini Lainnya
Mempertahankan Batu Bara Dinilai Tingkatkan Risiko Kerugian Ekonomi di ASEAN
Dukung Tujuan SDG's, Uni-Charm Indonesia Beli 143 Unit REC dari PLN
Komisi VII DPR: Pemerintah Tak Perlu Buru-buru Ekspor Listrik EBT ke Singapura
World Water Forum ke-10 Turut Buka Jalan untuk Wujudkan Listrik Murah
Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca, SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif
Peringati Hari Bumi, IESR Gelar Festival Energi Terbarukan
PosIND Goes Green Bantu Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca
Limbah Fesyen Hantui Dunia, Busana Daur Ulang Semakin Diminati
Runner Up Miss Universe Indonesia Vina Sitorus Sosialisasikan Urban Farming
Tuah Rotan Hasilkan Cuan
Jangan Gunakan Kantong Plastik untuk Bungkus Daging Kurban
Kisah Inspiratif Abah Dindin Patahkan Stigma Anak Jalanan
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap