Kemenkeu Laporan ADB Cerminkan Pemulihan Ekonomi RI Kuat
![Kemenkeu: Laporan ADB Cerminkan Pemulihan Ekonomi RI Kuat](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/07/1d70edc799cc45dd8fbe40b4d9c539c1.jpg)
PENAIKAN proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Asian Development Bank (ADB) dari 5,0% menjadi 5,2%, dinilai sebagai cerminan pemulihan ekonomi nasional yang kuat.
Angka tersebut juga sesuai dengan proyeksi yang disusun oleh pemerintah. Semula, terdapat sejumlah indikator yang menunjukkan kuatnya pemulihan ekonomi nasional. Misalnya, indeks mobilitas, Indeks Penjualan Ritel (IPR) dan indeks belanja Bank Mandiri yang terus menguat.
"Meskipun tekanan inflasi mulai naik, konsumsi masyarakat masih kuat," ujar Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Abdurohman saat dihubungi, Kamis (21/7).
Baca juga: ADB Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 5,2%
Faktor lain yang juga berkontribusi pada pemulihan ialah surplus perdagangan. Adapun kinerja ekspor terus meningkat dan impor sedikit melambat. Sejalan dengan itu, investasi di Tanah Air juga menunjukkan tren penguatan, yang ditunjang oleh pertumbuhan penyaluran kredit perbankan.
Kuatnya pemulihan ekonomi nasional juga tercermin dari kinerja penerimaan negara, khususnya perpajakan yang bergerak searah dengan perekonomian. Kemenkeu mencatat penerimaan perpajakan pada semester I 2022 tumbuh sekitar 50%, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Ini membuktikan bahwa kinerja penerimaan perpajakan tidak hanya karena faktor tingginya harga komoditas, tetapi juga faktor kuatnya pemulihan ekonomi dan perbaikan administrasi perpajakan," jelasnya.
Baca juga: BI Masih Pertahankan Suku Bunga Acuan 3,50%
Pemulihan ekonomi nasional juga dapat dilihat dari fundamen perekonomian, seperti neraca berjalan dalam posisi surplus. Lalu, inflasi relatif rendah, posisi fiskal menguat, rasio utang pemerintah termasuk yang paling kecil, hingga kondisi perbankan kuat dengan CAR 24%.
Namun, lanjut Abdurohman, volatilitas di pasar keuangan yang dipicu ketidakpastian global, perlu terus diwaspadai. Faktor sentimen ketika terjadi perubahan kebijakan yang signifikan di AS atau negara besar lain, akan memicu guncangan di emerging markets.
"Oleh karena itu, menjaga konsistensi dan kredibiitas menjadi sangat penting. Bauran kebijakan fiskal–moneter–sektor keuangan perlu terus dijaga, terutama dalam kerangka forum KSSK," tutur dia.(OL-11)
Terkini Lainnya
Dorong Peran Badan Usaha Keuangan dan Perbankan dalam Ekosistem Keuangan Berkelanjutan
Ekonomi Indonesia dan Timor Leste Bisa Tumbuh Bersama
Banggar dan Pemerintah Sepakati Asumsi Makro untuk RAPBN dan RKP 2025
Shopee Ungkap Tren Produk Lokal Favorit Paling Banyak Dicari di Seluruh Indonesia
DBS Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tumbuh Mencapai 5 Persen
DBS Perkirakan Rupiah masih Melemah di Kuartal III Tahun Ini
Perluas Pasar, Manufaktur Furnitur Metal Jalin Kerja Sama OEM 20 Brand Ternama
Pendapatan VICI Meningkat 14,6% di Kuartal I 2024
MPXL Bidik Pertumbuhan Kinerja di Awal 2024 dan Berfokus pada Pemilu
Lion Parcel Catat Peningkatan Tonase Pengiriman Hingga 70% Selama 2022
Ketum BPP HIPKA Kamrussamad: Arah Kebijakan Ekonomi 'On the Right Track'
Meet The CEO: PNM Lakukan Rencana Strategis di Tahun 2023
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Manajemen Sekolah Penghalau Ekstremisme Kekerasan
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap