visitaaponce.com

UMKM Menangguk Untung dari Digitalisasi

UMKM Menangguk Untung dari Digitalisasi
Pemilik Rolupat Batik dan Butik Henny Christiningsih (kiri) bersama Manager Marketing Sanny Lie(MI / Siti Retno Wulandari)

KEBERADAAN usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia, baik kontribusi dalam bentuk menyerap tenaga kerja hingga meratakan tingkat perekonomian masyarakat. Itu lah yang membuat bulat tekad Henny untuk membantu pelaku UMKM tetap berdiri dan berproduksi.

Usai melakukan kurasi yang meloloskan 150 UMKM, Henny membeli produk mereka yang kemudian dijual di tokonya, Rolupat Batik dan Butik di wilayah Rawamangun, Jakarta Timur. UMKM tersebut tak hanya datang dari pengrajin batik, tetapi juga makanan, minuman hingga kerajinan berupa aksesori.

Aktivitas jual beli di tokonya baru saja berjalan 3 tahun tetiba virus korona merebak hingga ditetapkan menjadi pandemi. Sontak, hilir mudik pembeli yang biasa meramaikan toko Henny menjadi surut. Apalagi kala pemerintah menetapkan pembatasan kegiatan dan melarang toko berjualan secara luring.

Baca juga : UMKM Mitra Binaan PTPN Group Raih Total Transaksi Tertinggi

Henny dan tim lantas mengubah haluan, menjajakan produk secara daring, baik melalui sosial media, aplikasi perpesanan hingga marketplace. Padahal, sebelum pandemi, Henny mengaku sama sekali tak menggubris cara berjualan melalui kanal digital atau daring.

Baca juga : Skema Beli Putus Solusi Jitu ala Henny Rangkul UMKM

"Karena larangan buka toko, mau tidak mau kami beralih melakukan penjualan secara online (daring). Mulanya dari mulut ke mulut, lalu melalui pesan WhatsApp, masuk ke instagram dengan foto alakadarnya hingga muncul rikues dari pembeli untuk berdagang di marketplace karena program gratis ongkir he he he," kata Henny sembari memperlihatkan alat untuk membuat batik cap, Kamis (8/6).

Merambah dunia digital rupanya bukan hanya berdampak pada penjualan produk yang ada, namun juga memberikan exposure begitu besar. Henny menyebut, 60% penjualan berasal dari platform digital.

"Exposurenya juga meningkat sejak masuk ke penjualan digital, orang jadi tahu keberadaan Rolupat, bisa pesan ini itu. Hal itu berdampak pada UMKM, jadi banyak pesanan," ucap Marketing Manager Rolupat Batik dan Butik Sanny Lie.

Meskipun kini toko sudah kembali aktif, namun Sanny mengaku tetap mengulik dunia digital karena selalu ada perkembangan terbaru. Akibat digitalisasi juga, omzet Rolupat mencapai Rp1,5 miliar per bulan yang datang dari butik hingga kafe dan katering. Karena untuk kafe, Sanny menuturkan sudah bekerja sama dengan transportasi daring, sedangkan menu katering sudah terdapat secara digital di WhatsApp.

Cashless Bikin Aman

Digitalisasi bukan hanya perkara pemasaran, tetapi juga pada sistem pembayaran. Dengan semangat menggebu, Sanny mengaku sangat terbantu dengan adanya metode pembayaran digital. Perkara masa pandemi yang sebaiknya menghindari menyentuh barang, maka pembayaran model ini pun jadi jawaban.

"Lebih praktis, lebih aman, nggak takut ada uang palsu, tidak perlu repot uang kembalian," seloroh Sanny.(Z-8)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat