visitaaponce.com

Ekonomi Global bakal Melambat, Konsumsi Domestik Jadi Tumpuan

Ekonomi Global bakal Melambat, Konsumsi Domestik Jadi Tumpuan
Ilustrasi(MI/Moh Irfan)

MESKI berperfoma baik, ekonomi Indonesia di semester II/2023 dibayang-bayangi oleh awan mendung gejolak ekonomi global, terutama dengan potensi Bank Sentral AS The Fed kembali menaikkan suku bunga Fed Fund Rate. Ini akan berdampak negatif untuk pasar obligasi dan saham Indonesia.

Oleh karena itu kekuatan domestik, dari konsumsi yang diharapkan meningkat saat dana Pemilu mulai bergulir mulai bulan Agustus akan mampu menjadi penopang dari kemerosotan harga komoditas dan lesunya permintaan global.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina mengatakan pada 6 bulan sisa 2023, hari kerja akan lebih banyak, rata-rata hari kerja akan 20,8 hari, dibandingkan pada 6 bulan pertama 2023 dimana hari kerja rata-rata sebanyak 19 hari.

Baca juga : Ini Ekspektasi Konsumen Indonesia Terhadap Perekonomian 6 Bulan Ke Depan

Dengan kenaikan rata-rata hari kerja sebesar 10% di semester II-2023, diharapkan produktivitas ekonomi akan bergerak meningkat.

Dari sisi ritel, pada semester II-2023 banyak perusahaan-perusahaan melakukan ekspansi, yang menunjukkan keyakinan pengusaha bahwa ekonomi akan kembali. "Penjualan ritel diperkirakan juga akan menopang pertumbuhan ekonomi," kata Martha, dalam Mirae Asset Media Day, Senin (10/7).

Baca juga : Indeks Keyakinan Konsumen Juni 2023 Terpantau Melambat

Tumbuhnya mobilitas ini juga yang akan tetap menopang permintaan kredit, di kala suku bunga sedang tinggi. Pada sektor perbankan, dengan level suku bunga saat ini yang bertahan di level tinggi, mulai terlihat pada kuartal I-2023 kenaikan dari sisi beban bunga, dan kemungkinan mempengaruhi net interes margin (NIM).

"Termasuk pada pertumbuhan kreditny. Dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi akan membuat pertumbuhan kredit ikut melambat. Meski saat ini masih di double digit," kata Martha.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM, mengatakan data juga memperlihatkan pertumbuhan penjualan otomotif sudah lebih baik dari level pra pandemi. Ini akan membawa dampak yang positif ke para emiten yang terkait dengan otomotif.

"Beberapa data pendukung diantaranya penjualan motor yang naik signifikan, juga penjualan mobil positif. Kami melihat efek dari pemilu ke depan yang mungkin bergulir dananya di kisaran Agustus itu bisa mendorong penjualan otomotif," kata Roger.

Sehingga meski terjadi perlambatan secara global ekonomi, tapi pertumbuhan penjualan mobil diprediksi masih positif 3% s.d. 5%, dan penjualan motor diperkirakan tumbuh di atas 15% di tahun 2023.

Untuk sektor konsumer diunggulkan pada semester II-2023 ini, selama el nino tidak berkepanjangan, yang diprediksi sampai Desember 2023.

"Ini dikhawatirkan akan berefek ke bahan baku atau komoditas dan emiten-emiten konsumer," kata Roger.

Di sisi lain kepemilikan surat utang juga sudah mulai didominasi oleh investor domestik, yang per kuartal I-2023 menguasai 85% dan kepemilihan asing hanya 15% kepemilikannya pada obligasi pemerintah (SBN) dan nilai perdagangan saham harian oleh investor domestik 65%, dan asing hanya 35%.

Harapannya kenaikan suku bunga AS, walaupun nanti akan berimbas, tetapi efeknya lebih minimal dan terkelola ke pasar saham dan obligasi Indonesia. Lagipula koreksi IHSG telah terkoreksi -2% sejak awal tahun (ytd) sehingga penurunannya sudah akan lebih terbatas.

Revisi Turun Target IHSG

Dengan berbagai tantangan yang ada, Mirae Asset Sekuritas Indonesia merevisi turun IHSG menjadi level 7.600 dari sebelumnya pada level 7.700.

"Kami menurunkan target IHSG dari level 7.700 ke level 7.600. Ini sebenarnya bursa atau IHSG masih sangat menarik. Di level saat ini, data per 4 Juli 2023, price earning (PE) IHSG ada di 13,6, dengan ROE di 13,2, dibandingkan dengan indeks lain di negara berkembang, IHSG termasuk murah dan atraktif," kata Martha.

Dengan level target 7.600, merefleksikan PE di level 15,5 kali dan dianggap masih sangat wajar dengan valuasi masih naik.

Nanti ketika The Fed menaikkan suku bunga, dengan puncak kenaikan tahun 2023, maka di tahu 2024 akan menjadi periode penantian penurunan suku bunga.

"Umumnya pasar akan selangkah lebih dulu. Jadi ketika suku bunga Fed Fund Rate pada puncaknya, market pivot juga sudah turun sudah turun cukup banyak, biasanya tinggal menunggu penurunannya. Harapannya ini bisa membuat IHSG mengalami angka yang lebih baik dari nilai saat ini," kata Martha.

Hingga Juni 2023, kinerja IHSG secara tahunan (yoy) terkoreksi -4% dan sejak awal tahun (ytd) indeks Sri Kehati, yang terapresiasi 12% (yoy), dan 5% (ytd).

Sebab IHSG terkoreksi sebagai akibat dari sebelumnya bergantung pada harga dan kinerja emiten sektor komoditas, yang kini mengalami penurunan. Namun di sisi lain beberapa saham sektor lain sudah mengalami perbaikan dan ebrada di level yang cukup baik.

"Jadi ada pergeseran sektor dari sebelumnya condong ke komoditas pada tahun lalu, di tahun ini, hampir semua saham mengalami normalisasi, baik harga saham komoditas yang turun maupun harga saham sektor-sektor lain yang meningkat. Ini akhirnya menjadi seimbang," kata Martha.

Sedangkan indeks Sri Kehati yang penempatan sahamnya tidak difokuskan ke sektor komoditas, sehingga secara indeks tumbuh jauh lebih baik.

Dibandingkan dengan para pesaing di global, seperti Nikkei, IHSG memang bergerak lebih lemah, dan tertinggal.

Para pemimpin sektor saham dia jabarkan ada di sektor keuangan, industri, dan teknologi, dan penahan kenaikan IHSG ada di sektor energi dan bahan baku terkait komoditas.

Adapun pada Juli 2023, Mirae Asset Sekuritas memiliki 8 saham pilihan dengan memasukkan dua saham baru dari yang tidak ada di rekomendasi bulan sebelumnya yakni saham PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).

Keenam saham pilihan Mirae Asset lain yaitu saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Astra International Tbk (ASII), PT Charpen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), dan PT Telkom Indonesia Persero Tbk (TLKM).

“Jadi memang sektor yang akan menopang 6 bulan ini adalah sektor-sektor yang berbasis konsumen, otomotif, telekomunikasi, ritel, dan karena pemulihan dari pakan ternak, jadi membuat kinerja perusahaannya membaik. Secara keseluruhan kami pilih delapan saham tersebut yang diharapkan bisa outperform kinerja IHSG,” kata Martha. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat