Indonesia Disebut Perlu Mencermati Teknik Pinjaman Utang Tiongkok
PEMERINTAH Indonesia perlu mencermati teknik pinjaman utang dari Tiongkok. Jangan sampai bantuan tersebut justru membawa masalah bagi Indonesia di masa depan.
"Ada teknik yang disebut lending to own. Anda meminjam (uang), dengan harapan (Tiongkok) menguasai aset," kata eks Menteri Koordinator Maritim Rizal Ramli dalam diskusi virtual Crosscheck Metrotvnews.com bertajuk '10 Tahun Hubungan Ekonomi Indonesia-China,' Minggu (30/7).
Rizal mengatakan Tiongkok kerap meminjamkan uang ke negara-negara yang membutuhkan. Namun jumlah pinjamannya sangat besar dan Tiongkok disebut sudah mengetahui negara itu tidak akan sanggup membayar. "Sehingga mereka memberi pinjaman supaya bisa memiliki asetnya," papar dia.
Baca juga: Delapan MoU Disepakati Jokowi dan Xi
Rizal mencontohkan pinjaman utang Tiongkok pada Sri Lanka untuk membangun pelabuhan yang sangat besar. Tiongkok sejak awal tahu pembangunan itu tidak memungkinkan antara volume lalu lintas dan jumlah kontainer.
"Sri Lanka tidak bisa bayar, diubah kontraknya konsesi China bisa menaruh pasukan dari 90 tahun bertambah 60 tahun," ujar dia.
Baca juga: Diguyur Rp175 T, RI Gandeng Tiongkok Bangun Industri Pasir Kuarsa
Rizal mengelaborasi situasi itu di Indonesia lewat proyek kereta api (KA) cepat. Proyek itu terlambat dua tahun. "China melakukan unfair business practice karena awalnya bilang murah tapi praktiknya naik terus, mark up besar, cost besar," tutur dia.
Kondisi itu membuat porsi kepemilikan saham proyek Tiongkok semakin besar. Rizal menyebut pemerintah seharusnya mengambil tindakan tegas setelah proyek molor.
"Harusnya (Tiongkok) bayar penalti, kenakan sanksi administratif dan finansial ke partnernya. Apakah hubungan baik ini dimanfaatkan untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya dari Indonesia?" ucap dia.
Rizal menuturkan ada dua kemungkinan alasan pemerintah Indonesia bersikap relatif santai. Kemungkinan pertama ialah naif atau kemungkinan kedua bagian patgulipat pemerintah dengan Tiongkok.
"Karena China motifnya tidak hanya bisnis tapi juga politik dan strategis," kata dia. (Z-3)
Terkini Lainnya
Apindo: 61% Perusahaan Masih Kesulitan Akses Pinjaman ke Bank
Diterima 1.945 Pelaku Usaha, Program KCS Cilegon Pinjaman Modal Terserap Rp5,9 Miliar Lebih
G7 Sepakat Pinjaman Ukraina Menggunakan Keuntungan dari Investasi Rusia yang Dibekukan
Teknologi AI Bantu Perbankan Proteksi Data Nasabah dari Ancaman Fraud
HUT ke-35 FIFGROUP, Maucash Hadir dengan Penawaran Menarik di Localicious 2024
Maucash Rayakan HUT ke-35 FIFGROUP dengan Partisipasi di Acara Localicious
Warganet Pesimistis Prabowo-Gibran Mampu Atasi Utang Indonesia
Soroti Utang Indonesia, Indef Singgung Stroke Ketiga
Pemerintah Didesak Optimalkan Penerimaan Pajak
Utang Indonesia Tembus Rp8.000 Triliun, Sri Mulyani belum Khawatir
Utang Luar Negeri Indonesia Turun di Triwulan I 2024
Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$405,7 Miliar di Januari 2024
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Manajemen Sekolah Penghalau Ekstremisme Kekerasan
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap