visitaaponce.com

Pabrik Baterai Raksasa se-ASEAN akan Hadir di Indonesia

Pabrik Baterai Raksasa se-ASEAN akan Hadir di Indonesia
Lina Herlina(Antara)

INDONESIA akan miliki pabrik baterai kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara (ASEAN) yakni PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power di Karawang New Industry City (KNIC), Jawa Barat pada tahun 2025 mendatang.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut hal itu tidak lepas dari kayanya cadangan nikel yang dimiliki Indonesia.

Ia mengutip berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM per 2021, sumber daya bijih nikel Indonesia mencapai 17,68 miliar ton dengan cadangan 5,3 miliar ton. Sedangkan, untuk sumber daya logam nikel mencapai 177 juta ton dengan cadangan 57 juta ton.

Baca juga : Dirjen Minerba akan Temui Menko Polhukam Bentuk Satgas Mafia Tambang

"Dengan potensi besar hingga 5,3 miliar ton bijih nikel, kita punya kapasitas (pemakaian) hingga 15 tahun. Ini kita kembangkan potensi (menjadi baterai kendaraan listrik) dengan jangka panjang," kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM di Jakarta, Jumat (15/9).

Baca juga : Indonesia Siap Jadi Pemain Baterai EV Kelas Dunia

Menteri ESDM menjelaskan potensi nikel yang ada di Indonesia mencakup bijih nikel berkadar rendah, nikel limonit, sebagai bahan baku baterai untuk mobil listrik dan bijih nikel kadar tinggi, saprolit sebagai bahan baku baja tahan karat untuk menghasilkan stainless steel.

"Ke depan kan industri baja ini bisa menjadi industri recycle (daur ulang) dan bisa dikembangkan menjadi panjang (pemakaian potensi nikelnya). Cuma kita jangan boros," tegas Arifin.

Menteri ESDM kemudian menyinggung langkah Tiongkok dan Eropa yang cukup agresif mengembangkan baterai kendaraan listrik dengan menghadirkan mobil listrik yang terjangkau bagi konsumen di negara tersebut. Ia menekakan pemerintah Indonesia tengah berupaya untuk mencontoh hal tersebut guna mengembangkan industri kendaraan listrik di Tanah Air.

"Nah, Tiongkok kan cukup agresif. Di Eropa juga ternyata luar biasa. Mereka susah dikalahkan karena harga (jual) yang ekonomis dan bisa mengolah bahan bakunya. Kita harusnya memiliki pemikiran ke arah situ karena kita punya sumber daya alamnya," pungkasnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi bersama Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia

berkunjung ke PT HLI Green Power pada Kamis (14/9), untuk memonitor perkembangan investasi pabrik sel baterai kendaraan listrik terbesar di ASEAN dengan nilai investasi US$3,1 miliar atau setara Rp45,88 triliun.

Fasilitas produksi yang saat ini telah terbangun di KNIC merupakan fase pertama dari dua fase yang telah direncanakan oleh PT HLI Green Power.

"Ini yang menjadi cita-cita Bapak Presiden untuk membangun hilirisasi. Apa yang disampaikan Bapak Presiden selama ini, itu bukan hanya omongan-omongan tapi ini adalah bukti nyata," kata Bahlil dalam keterangannya resmi.

Pembangunan fase pertama ini menelan investasi senilai US$1,1 miliar atau Rp16,28 triliun, dengan kapasitas produksi sebesar 10 GWh. Hingga pertengahan tahun 2023, perusahaan telah mampu menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 1.000 orang.

Tahap konstruksi proyek tersebut dimulai pada Januari 2024 dan berproduksi komersial pada Maret 2025 dengan kapasitas produksi baterai sebesar 20 gigawatt per hour (GWh). Nilai investasi yang ditanamkan sebesar US$2 miliar atau Rp29,60 triliun dan diperkirakan akan menyerap 2.800 tenaga kerja Indonesia.

PT HLI Green Power merupakan perusahaan joint venture antara Hyundai Motor Company, LG Energy Solution, dan PT Indonesia Battery Corporation (IBC). Investasi PT HLI Green Power merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Investasi/BKPM dan Konsorsium Hyundai, LG, dan IBC pada Juli 2021. (Z-8)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat