visitaaponce.com

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp15.525 per Dolar AS

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp15.525 per Dolar AS
Ilustrasi(Antara)

Mata uang rupiah ditutup melemah 9 poin ke level Rp15.525 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan ini, Senin (8/1). Dalam penutupan sebelumnya, mata uang Garuda mengalami penguatan di level Rp15.516 per dolar AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dari sisi eksternal, para pedagang mengurangi taruhan bahwa The Federal Reserve (The Fed) kan memangkas suku bunganya secepatnya pada bulan Maret.

"Gagasan tersebut diperburuk oleh data nonfarm payrolls yang lebih kuat dari perkiraan pada hari Jumat yang menunjukkan ketahanan di pasar tenaga kerja yang memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," ujarnya melaui keterangan tertulis, Senin (8/1).

Inflasi AS menjadi fokus setelah data nonfarm payrolls mengejutkan pasar kini fokus pada data utama inflasi indeks harga konsumen (CPI) AS untuk bulan Desember, yang akan dirilis pada hari Kamis ini. Angka tersebut, yang muncul setelah laporan gaji yang kuat, diperkirakan menunjukkan peningkatan inflasi dari bulan sebelumnya.

Baca juga: Harga Minyak Dibebani Oleh Lemahnya Data Ekonomi AS

Tanda-tanda inflasi yang kaku merupakan pertanda buruk bagi spekulasi penurunan suku bunga lebih awal oleh The Fed, mengingat pasar tenaga kerja dan inflasi adalah dua hal utama yang menjadi pertimbangan bank sentral ketika menyesuaikan kebijakan moneter.

The Fed juga telah memperingatkan bahwa tanda-tanda inflasi yang tinggi dan kekuatan pasar tenaga kerja kemungkinan besar akan menghambat penurunan suku bunga lebih awal.

Ibrahim mengatakan, alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang menarik kembali ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga di bulan Maret. Para pedagang sekarang memperkirakan peluang sekitar 63% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan Maret, turun dari peluang lebih dari 73% yang diperkirakan pada minggu lalu.

Baca juga: Harga Emas Dunia Diprediksi Melanjutkan Tren Kenaikan

Sementara dari sisi internal, rasa optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia di 2024 semakin meningkat di kalangan pengusaha dan masyarakat cerdik pandai, terlebih memasuki tahun politik. Indonesia memiliki orang-orang kapabel yang nantinya bisa menjalankan tugas dalam mengatur perekonomian Indonesia.

Kemudian, kata Ibrahim, ada perilaku unik dari para pebisnis atau investor yang ada di Indonesia pada 2024 ini. Mereka akan menjalankan bisnis seperti biasa, dan tidak akan terganggu dengan berlangsungnya pemilu.

"Hal yang menarik dalam pemilu kali ini adalah bahwa dunia usaha baik asing maupun konglomerat besar Indonesia tidak menyesuaikan perilaku investasi atau komersialnya karena pemilu," kata dia.

Selain itu, inflasi di Indonesia saat ini dinilai masih terkontrol. Inflasi tercatat berada di angka 2,61% pada 2023 lalu. Meskipun begitu, inflasi yang dimaksud adalah inflasi secara umum dan berbeda dengan inflasi pangan.

Masyarakat Indonesia lebih peka dan sensitif terhadap inflasi pangan, yang saat ini diproyeksi berada di angka ±7%, atau 2-3 kali lipat lebih tinggi dibanding inflasi umum.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.510 hingga Rp15.550 per dolar AS," pungkas Ibrahim. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat