visitaaponce.com

Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah World Water Forum 2024

Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah World Water Forum 2024
Dilanda kekeringan, seorang anak mengambil air dari Sungai Ciberang di Desa Bungur Mekar, Lebak, Banten, Minggu (3/8/2023).(Antara)

DIRJEN Cipta Karya, Kementerian PUPR, Diana Kusumastuti mengatakan pada 18-24 Mei 2024, Indonesia akan menjadi tuan rumah pada World Water Forum yang diadakan di Bali dengan tema adalah Water for shared prosperity.

“Pemerintah Indonesia bersama World Water Council telah menyiapkan berbagai rangkaian pertemuan menuju acara puncak. Ada 3 proses yaitu politik, regional dan tematik. Sinergi ketiga proses ini diperlukan dalam upaya menjadikan air sebagai sarana menuju kemakmuran bersama,” ungkapnya dalam Konferensi Pers FMB9 Road to 10th World Water Forum: Urgensi Akses Air Minum dan Sanitasi, Selasa (23/1).

Dari enam tema dalam World Water Forum ini, lanjut Diana, salah satu tema yang akan dibahas adalah water for human and nature. Sub tema ini memberi pesan bahwa pentingnya memberikan akses layanan air minum dan sanitasi untuk mengurangi dampak negatif terhadap manusia maupun lingkungan secara umum maupun spesifik.

Baca juga : Tuan Rumah Word Water Forum, Indonesia Dorong 3 Hal Ini dalam Pengelolaan Air di Tengah Krisis Iklim

World Water Forum ini juga akan menjadi platform dalam memfasilitasi dialog dan kolaborasi global untuk mengatasi tantangan penyediaan akses air minum dan juga sanitasi.

Lebih lanjut, Diana menjelaskan di Indonesia sendiri, capaian penyediaan air minum yang layak dan aman masih menjadi tangangan yang harus diatasi bersama.

Baca juga : Kriteria Air Mineral Layak Minum Versi WHO

Akses air minum layak saat ini baru mencapai 96,07% dan akses air minum aman masih 11,8%. Diketahui akses air minum layak hanya meningkat 1% per tahunnya dan laju pertumbuhan akses perpipaan tidak sampai 1% selama 5 tahun terakhir.

“Kebijakan penyediaan air minum tentunya perlu dilakukan berbagai hal seperti peningkatan cakupan pelayanan dan pemenuhan standar kualitas air minum, kemudian juga peningkatan kapasitas dan peran penyelenggaraan sistem penyediaan air minum (SPAM), serta tentunya juga peningkatan kemampuan pendanaan dan komitmen stakeholder terkait dengan pendanaan dalam hal menyediakan air di tempat yang sulit air,” tegas Diana.

75% Sungai Indonesia Tercemar

Menurutnya, upaya penyediaan air minum ini juga erat kaitannya dengan sanitasi. Karena tidak dapat dipisahkan. Dalam kaitannya dengan ini, kondisi pelayanan air limbah domestik dan persampahan di kawasan permukiman dikatakan masih belum memadai.

“Karena masih terjadi pembuangan limbah yang langsung ke lingkungan. Imbasnya, 75% sungai di Indonesia itu tercemar oleh air limbah domestik apalagi pada musim kemarau,” tuturnya.

Diana menegaskan, Ditjen Cipta Karya terus mendukung penyediaan akses sanitasi melalui pembangunan berbagai infrastruktur antara lain Infrastruktur Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), IPAL (Infrastruktur Pengolahan Air Limbah) yang terpusat skala regional/kota, IPAL skala pemukiman, dan tangki septik.

Menurutnya, beberapa faktor kunci untuk mempercepat kinerja penyediaan akses air minum dan sanitasi di antaranya seluruh pihak harus bersama-sama terintegrasi, namun demikian peningkatan komitmen dari kepala daerah sangat penting, dan penguatan aspek teknis dalam bentuk penyediaan teknologi yang andal dan juga terjangkau, dari segi biaya investasi, biaya pengoperasian dan pemeliharaannya.

“Kita membangun lalu yang mengoperasikannya daerah, tapi kan juga harus dipelihara dan dioperasionalkan dengan baik. Tarifnya juga mestinya harus diperhatikan. Ini harus menjadi upaya bersama,” pungkasnya. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat