visitaaponce.com

Ini Biang Kerok Kendaraan Listrik Masih Lambat Mengaspal di RI

Ini Biang Kerok Kendaraan Listrik Masih Lambat Mengaspal di RI
Ratusan mobil listrik mengantri untuk diberangkatkan dari pelabuhan Suzhou, Tiongkok, ke berbagai negara di Asia.(Dok. AFP)

ANALIS energi dan Managing Director Energy Shift Institute Putra Adhiguna menuturkan lambatnya adopsi kendaraan listrik di Indonesia atau electric vehicle (EV) disebabkan beberapa hal. Pertama, keterbatasan produksi dan model EV listrik di dalam negeri.

Di Indonesia baru ada tiga perusahaan yang memproduksi mobil listrik dengan total kapasitas produksi sebesar 34.000 unit per tahun di 2023. Sementara, di Thailand sudah memproduksi 150.657 unit di tahun lalu.

Untuk model EV, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Indonesia memiliki 13 brand. Berbeda dengan Thailand yang memiliki 21 merek dengan 38 model berdasarkan data Electric Vehicle Association of Thailand (EVAT) di 2023.

Baca juga : Menko Airlangga Tegaskan Indonesia Siap Jadi Produsen Electric Vehicle untuk Pasar Global

"Realitanya pengembangan kendaraan listrik di Indonesia masih lambat karena jumlah model mobil kendaraan listrik yang terbatas, serta produksinya," katanya kepada Media Indonesia, Selasa (6/2).

Untuk pemakaian motor listrik, Putra juga mengatakan masih sepi peminat. Hal ini lantaran adanya pertimbangan dari calon konsumen mengenai infrastruktur seperti pengisian daya baterai yang belum banyak dan terbatasnya jarak tempuh. Di Indonesia, rata-rata jarak tempuh motor listrik terjauh sekitar 50-60 kilometer (km) sebelum baterai habis.

Selain itu, masalah lainnya mengenai harga kendaraan listrik yang masih mahal yakni dari kisaran Rp300 jutaan hingga Rp1 miliar lebih untuk mobil listrik di Tanah Air.

Baca juga : Penjualan Mobil Nasional Diprediksi akan Tembus 1,1 Juta Unit

Putra menyampaikan bila program pengembangan kendaraan listrik nasional berjalan lamban, pemerintah harus mempertimbangkan upaya jitu lainnya. Yakni, dengan fokus membangun daerah percontohan pengembangan kendaraan yang ramah lingkungan.

"Jadi, membuat target geografis tertentu, misalnya di beberapa kota besar untuk menjadi awal percontohan. Perkotaan lebih mudah untuk pembangunan infrastruktur EV dan jarak tempuh yang lebih terbatas," ungkapnya.

Selain itu, pemerintah juga dapat mempertimbangkan pemberian insentif secara progresif kepada pabrikan agar fokus meningkatkan produksi kendaraan listrik.

Baca juga : Pengembangan dan Pemberdayaan UMKM dalam Ekosistem Electric Vehicle Terus Mendapat Dukungan Pemerintah

"Perlu dicatat bahwa 93-98% pabrikan mobil dan motor indonesia tidak terlalu serius menggarap elektrifikasi, sehingga mereka pun harus didorong maju," ucap Putra.

Penyesuaian Harga Kendaraan Listrik

Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan pemerintah mengupayakan agar harga kendaraan listrik bisa dijangkau masyarakat. Ini disampaikan saat acara Launching OMODA E5 Chery Indonesia di Jakarta, Senin (5/01).

Berbagai insentif ditawarkan agar banyak masyarakat mau beralih menggunakan kendaraan listrik. Mulai dari pemberian insentif bea masuk atas impor mobil listrik sebesar 0% baik dalam bentuk utuh atau completely built up (CBU) dan terurai lengkap atau completely knocked down (CKD), serta insentif pajak penjualan barang mewah (PPnBM) KBLBB.

Baca juga : Electronic Vehicle and Battery Conference 2023 Bahas Ekosistem Pengembangan Kendaraan Listrik

“Pasar domestik tentu harus competitive price (harga kompetitif) kita harus mendorong EV yang harganya terjangkau bagi masyarakat,” kata Airlangga dalam keterangan resmi.

Menko Perekonomian berharap banyak perusahaan otomotif dapat membantu percepatan produksi kendaraan listrik di dalam negeri untuk mendongkrak penjualan mobil atau motor listrik. Berdasarkan data Gaikindo per Desember 2023, penjualan mobil listrik hanya 85.284 unit. Sedangkan, secara kumulatif, penjualan kendaraan bermotor roda empat hingga akhir 2023 sebesar 1.005.802 unit.

Airlangga kemudian mendorong produsen mobil asal Tiongkok, Chery Indonesia berinvestasi memproduksi baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Baca juga : Menko Airlangga Ungkap Manfaat Keikutsertaan Indonesia dalam Forum IPEF for Prosperity

"Hal ini mengingat Indonesia akan menjadi global supply chain untuk baterai EV dari hasil hilirisasi, antara lain nikel, aluminium, dan tembaga,” kata Politikus Partai Golkar itu.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat