visitaaponce.com

Tidak Hanya Indonesia, Indeks Saham Asia dan Eropa juga Terpukul

Tidak Hanya Indonesia, Indeks Saham Asia dan Eropa juga Terpukul
Pada perdagangan Selasa, IHSG turun -1,68% dan imbal hasil obligasi Indonesia naik hingga 6,91%.(AFP)

INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (16/4) turun -1,68%, begitupun dengan imbal hasil obligasi Indonesia tenor 10y yang langsung naik hingga 6,91%.

Tidak hanya saham dan obligasi dalam negeri, namun hampir di semua indeks saham Asia dan Eropa juga mengalami penurunan dengan rata-rata di atas -1%, seperti Nikkei -1,94%, Hang Seng -2,12%, Kospi -2,28%. Sedangkan Dow Jones mulai ditutup di zona hijau +0,17%.

Alhasil, Rupiah ikut melemah hingga Rp 16.175, yang merupakan pelemahan kedua terdalam sejak 2020 silam.

Baca juga : Semua Indikator Pasar Modal Sepekan Ditutup Positif

Penurunan ini merupakan respon dari pelaku pasar dan investor terhadap situasi dan kondisi yang tengah terjadi saat ini.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico mengatakan badai mungkin akan kembali datang.

Sebab dalam pesan Gubernur Bank Sentral AS The Fed Jerome Powell, pada pertemuan kemarin, The Fed memberi sinyal kepastian baru bahwa mereka akan menunggu lebih lama dari estimasi sebelumnya untuk dapat menurunkan tingkat suku bunga, setelah melihat berbagai data inflasi dan ketenagakerjaan AS yang masih sangat tinggi.

Baca juga : Antusiasme Pasar Modal Tinggi, 123 Antrean Penawaran Umum

Powell melihat kurangnya kemajuan yang dicapai. Hal ini membuat The Fed begitu yakin untuk menahan tingkat suku bunga Fed Fund Rate dan mulai menjalankan strategi “higher for longer” seperti yang dikatakan sebelumnya.

"Apabila tekanan inflasi terus berlanjut, The Fed akan mempertahankan tingkat suku bunga untuk tetap stabil selama diperlukan," kata Nico, Rabu (17/4).

Data yang muncul dalam beberapa pekan terakhir justru membuat The Fed urung mengubah tingkat suku bunga, terutama setelah data ketenagakerjaan dan inflasi begitu kuat.

Baca juga : IHSG Bertahan di Tengah Penguatan, Rupiah Tertekan

Sehingga The Fed harus membuat kebijakan restriktif lebih lanjut dan membiarkan data serta prospek yang berkembang memberikan panduan kepada The Fed.

Pernyataan Powell, tampaknya telah membuat ekspektasi bergeser, dari sebelumnya pemangkasan dapat dilakukan 3x, namun pada kenyataanya justru berpotensi untuk tidak diturunkan sama sekali.

"Meski kami melihat masih ada harapan pemangkasan dilakukan 1 – 2 kali di tahun ini, tapi pesan Powell ”suatu hari nanti” rasanya sangat amat mungkin terjadi apabila data inflasi dan ketenagakerjaan AS tidak mendukung. Sehingga suatu hari nanti, hal tersebut mungkin tidak akan terwujud," kata Nico.

Pesan Powell, mendorong imbal hasil obligasi AS / US Treasury 2y naik hingga 4,98%, sama seperti tahun lalu yang berhasil menyentuh di atas 5%. Begitupun dengan imbal hasil US Treasury 10y yang kembali naik hingga 4,66%.

"Pada imbal hasil obligasi Indonesia, terlihat ada keyakinan yang cukup besar bagi imbal hasil 10y untuk bermain di rentang 6,90% - 7%, sehingga menjadi sebuah momentum untuk melakukan akumulasi beli," kata Nico. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat