visitaaponce.com

Pemerintah Tekan Inflasi Komponen Harga Bergejolak sejak Tengah 2022

Pemerintah Tekan Inflasi Komponen Harga Bergejolak sejak Tengah 2022
Program Sinergi Inflasi Makin Harmonis (Si-Manis) Mart dibuka di Pasar Bulu, Kota Semarang.(MI/Haryanto Mega)

INFLASI nasional untuk Juni 2024 diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) berada di 2,51%. Secara tahunan dan secara bulanan angka ini mengalami deflasi yang lebih dalam dibandingkan Mei 2024. Deflasi tersebut berada di angka 0,08% dan merupakan deflasi kedua kali selama tahun ini.

Deflasi juga tercatat pada komponen harga bergejolak secara bulanan. Komponen ini mengalami deflasi sebesar 0,98% dengan andil deflasi sebesar 0,16%. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi dalam komponen bergejolak ini antara lain bawang merah, daging ayam ras, dan tomat. Di bulan sebelumnya, komponen harga bergejolak juga mengalami deflasi 0,69%. Namun secara tahunan, komponen harga bergejolak berada di 5,96% dengan andil dari beras, cabai merah, dan bawang merah.

Merespons hal tersebut, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengutarakan pihaknya bersama segenap stakeholders pangan akan terus menjalankan berbagai instrumen pengendali inflasi, terutama inflasi pangan yang merupakan bagian dari komponen harga bergejolak. "Kita pahami komponen volatile food sering menjadi penyumbang inflasi setiap bulan. Jadi sebagaimana arahan Bapak Presiden Jokowi, pemerintah secara bersama-sama tanpa henti terus menerus akan menjalankan banyak instrumen pengendali inflasi pangan," ujar Arief kepada Media Indonesia pada Selasa (2/7).

Baca juga : Inflasi Turun, Langkah Mitigasi tetap Dilakukan

Selama semester pertama di 2024, frekuensi kelompok harga bergejolak sebagai komoditas penyumbang inflasi secara bulanan disematkan BPS sebagai yang paling sering muncul. Dalam kurun waktu Januari sampai Juni, ada frekuensi kemunculan sebanyak empat kali berasal dari bawang merah, daging ayam ras, bawang putih, dan ikan segar. Sementara beras, cabai merah, dan telur ayam ras muncul tiga kali.

"Tentu pencapaian yang merupakan hasil kolaborasi semua stakeholders pangan, salah satunya dapat terlihat pada historis inflasi tengah tahun 2022. Di tengah 2022, inflasi komponen harga bergejolak sempat cukup tinggi, yang kemudian terus kita tekan dan kendalikan. Di tengah tahun ini, harga bisa lebih mengendur," ungkap Arief.

Dalam catatan BPS, inflasi tengah tahun banyak disumbang oleh komoditas harga bergejolak. Namun telah terjadi penurunan inflasi komponen harga bergejolak dilihat dari year to date. Pada inflasi tengah 2022, inflasi komponen harga bergejolak mendekati 8%. Angka itu menurun di tengah 2023 menjadi sekitar 3,30% dan kembali menurun di 2024 menjadi 1,72%.

"Hal positif lain ada pada Nilai Tukar Petani (NTP) yang mulai beranjak naik kembali. Utamanya pada subsektor tanaman pangan di Juni 2024 ada kenaikan, sehingga kebijakan penetapan harga di tingkat produsen dari Bapanas cukup efektif menjaga kepentingan petani. Ke depan kita akan terus menjaga pula di tingkat pedagang dan konsumen," pungkasnya. (Z-2)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat