visitaaponce.com

Eternals Debut yang tidak Mulus, tapi Tetap Mengasyikkan

KOMPLEKS adalah satu kata yang sangat pas untuk menggambarkan konflik di dalam tubuh keluarga Eternals.

Ketidakjujuran, pengkhianatan, dan perang terhadap batin sendiri menjadi akar permasalahan di film berdurasi 157 menit tersebut.

Sejatinya, konsep yang disuguhkan Sutradara Chloe Zhao mirip seperti Captain America: Civil War. Hanya saja, ini dibuat dalam lingkup yang lebih kecil dan tentu saja tidak seepik konfrontasi antara Team Ironman dan Team Cap.

Baca juga: One Piece Diadaptasi Jadi Serial Live Action

Dari segi kualitas cerita, rasanya memang terlalu jauh untuk membandingkan Eternals dengan Civil War.

Bukan perkara mudah pastinya untuk memperkenalkan dan menampilkan sepuluh pahlawan super baru sekaligus dalam satu judul sinema.

Cerita harus dikemas dengan sangat padat. Padahal, di sisi lain, harus ada penjelasan bagaimana konflik berawal, bagaimana para superhero memperoleh kekuatan dan lain sebagainya. Akhirnya begitu banyak yang harus dikorbankan, banyak celah yang menjadi kelemahan.

Selain mengeksploitasi konflik dalam durasi cepat, Eternals menciptakan sosok super villain yang tidak begitu mengesankan. 

Sebagai pahlawan super berusia ribuan bahkan jutaan tahun, penonton pasti berharap musuh utama Eternals memiliki daya yang luar biasa mematikan. Sayangnya, itu tidak terjadi di film ini. 

Karakter-karakter jagoan di film Marvel Studios terbaru ini juga tidak memiliki fondasi kuat. Latar belakang mereka diceritakan dengan sangat singkat. Tidak seperti tokoh-tokoh di semesta Marvel sinematik sebelumnya, yang sangat beruntung karena memiliki kesempatan untuk diperkenalkan secara layak.

Ini yang membuat figur-figur di Eternals tidak meninggalkan kesan yang dalam. Ketika ada figur yang terluka atau meregang nyawa, penonton pasti akan merasa biasa saja. Setidaknya, tidak akan ada teriakan histeris seperti ketika Loki dicekik Thanos hingga mati, atau saat Natasha Romanoff mengorbankan hidup demi Soul Stone, atau waktu Tony Stark melakukan aksi klimaks di Avengers: Endgame.

Untungnya, semua kekurangan itu dapat ditolong oleh nama-nama besar yang terlibat sebagai pelakon utama dan pendukung. Sebut saja Angelina Jolie dan Kit Harrington yang menampilkan peran begitu baik.

Satu hal lain yang juga patut diapresiasi, Eternals bisa menyatukan banyak aktor dan aktris dengan asal dan ras yang beragam. Ada Gemma Chan, aktris Britania Raya keturunan Tiongkok, Salma Hayek yang datang dari Meksiko, Kumail Nanjiani dari Pakistan, Ma Dong Seok dari Korea Selatan dan Bryan Tyree Henry pria kulit hitam berkewarganegaraan Amerika Serikat.

Bahkan, Eternals juga memberi ruang bagi aktris difabel yakni Lauren Ridloff sebagai salah satu jagoan dengan kekuatan super yang menakjubkan.

Memang, sebagai film superhero multikarakter, Eternals tidak semenakjubkan Avengers, atau Civil War, atau Guardians of the Galaxy. Namun, film ini tetap layak untuk ditonton dan wajib bagi pemuja Marvel Cinematic Universe. 

Setidaknya, Eternals bisa menjadi pemuas dahaga sampai nanti disajikannya hidangan utama pada Desember, yakni Spiderman: No Way Home.

Seperti biasa, jangan angkat kaki dari bioskop sampai credit title selesai karena ada dua adegan pascakredit yang 'worth the wait'.

Sepasang post credit title itu akan membuka pintu bagi karakter-karakter atau film-film baru di fase empat dan itu tidak bisa dilewatkan begitu saja. (OL-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat