visitaaponce.com

Asri Welas Bantu 1.2 Juta UMKM Batik

Asri Welas Bantu 1.2 Juta UMKM Batik
Asri Welas(MI/ BARY FATHAHILAH)

DI tengah kesuksesannya sebagai seorang aktris dan pembawa acara, Asri Welas masih terus menjalankan profesinya sebagai desainer. Selama 20 tahun, ia lebih banyak membuat karya desain kebaya hingga melestarikan motif batik Indonesia.

Ibu dua anak itu juga kerap membantu para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) batik dengan membuat desain batik dan menjadikan dirinya sebagai penghubung antara pihak UMKM dengan perusahaan. Hal itu dilakukan Asri Welas, khususnya saat pandemi covid-19 silam.

“Ada 1,2 juta UMKM yang terdampak pandemi dan saat itu membutuhkan pekerjaan. Aku mencoba membantu mereka dengan kupertemukan ke beberapa perusahaan. Misalnya ada beberapa perusahaan yang sudah setuju untuk memesan batik mereka,” jelas Asri seperti dilansir dari podcast Daniel Mananta, Minggu (29/10).

Baca juga: Asri Welas Pernah Dibobol Hacker

Perempuan berusia 44 tahun itu mengaku sebagai seorang manusia yang dititipkan talenta dalam mendesain batik dan perannya sebagai figur publik dapat bermanfaat untuk orang di sekitarnya, rasa prihatin Astri terhadap pelaku usaha batik kala itu membuatnya terpantik untuk membantu.

“Ada perusahaan yang memesan 6.500 seragam batik, itu bisa dikerjakan oleh 1.000 UMKM, jadi sudah membantu ribuan pekerja. Kemudian ada satu perusahaan lagi yang order batik sekian ratus dan itu membantu 200 UMKM karena mereka repeat order terus,” katanya.

Melalui aksinya itu, Asri merasa senang saat melihat para pelaku UMKM bisa keluar dari jerat kebangkrutan dan bisa mempertahankan bahkan memajukan usaha mereka di tengah pandemi.

Baca juga: Asri Welas Ajak Calon Ibu Vaksinasi Rubella

“Yang tadinya di garasi hanya ada dua mesin jahit lalu sekarang mereka punya 5 mesin jahit. Ada yang tadinya punya 7 mesin jahit, sekarang sudah punya 10 mesin jahit. Sekarang mereka bisa membayarkan sekolah anaknya, jadi aku merasa bahwa aku belajar untuk terus memberikan,” ungkapnya.

Menurut Asri, keberhasilan bagi dirinya adalah saat bisa membantu orang lain untuk maju dan keluar dari jerat kesulitan ekonomi.

“Sekarang aku hanya berpikir apa yang bisa aku kerjakan untuk bantu orang lain, karena keberhasilan, menurutku, adalah ketika aku berhasil membantu orang lain untuk berhasil. Aku senang ketika temanku berhasil, Jadi aku tidak iri, justru senang saat melihat orang lain itu senang,” tuturnya.

“Ketika aku tidak ada di dunia ini, aku ingin diingat orang lain sebagai orang yang berharga, bukan hanya cerita yang biasa,” lanjutnya.

Memulihkan otensitas batik

Asri Welas mengakui tidak mudah melestarikan batik hingga disukai masyarakat di zaman modern ini karena bersaing dengan budaya-budaya luar yang masuk ke Indonesia. Ia juga menyesalkan adanya plagiasi terhadap batik Indonesia dalam bentuk printing.

“Para UMKM Batik mengerjakan secara manual dan satu-satu, tapi justru tidak laku. Sedangkan selama ini banyak orang yang belum tahu bahwa batik kita itu sudah diprint oleh Tiongkok. Lalu batik itu oleh Tiongkok dijual lagi ke sini dengan harga murah Rp17.500 per meter,” jelasnya.

Meski menurut Asri secara bisnis adanya impor batik tersebut tidak melawan aturan, akan tetapi jika dibiarkan terus-menerus oleh pemerintah bisa berdampak buruk bagi keberlangsungan ekosistem UMKM batik tulis dan mematikan otentitas batik.

“Saat ini bagaimana membuat batik ini tetap otentik setelah dilestarikan, ini yang susah. Apalagi dengan Tiongkok menjual batik Indonesia melalui metode print dengan harga yang sangat bisa mematikan industri batik tulis yg otentik. Kalau kita mau, padahal industri batik ini bisa kita kuasai dan olah sendiri sehingga pendapatannya bisa untuk bangsa ini,” imbuhnya.

Dengan meluasnya penggunaan batik ke semua lapisan masyarakat, seharusnya peluang pertumbuhan bisnis Batik bisa menjadi potensial untuk bangsa sendiri bukan untuk negara asing.

“Aku bukan antiasing, tapi setiap kamis dan Jumat semua pekerja memakai batik. Lalu negata lain melihat itu sebagai kesempatan kemudian mereka melakukan printing karena tidak ada hak kekayaan intelektualnya sehingga siapa saja boleh memiliki bahkan dengan teknik printing sekalipun,” jelasnya.

Menurut Asri, banyaknya batik printing Tiongkok ini menjadi ancaman tidak hanya pada keberlangsungan UMKM batik, tetapi juga lunturnya nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam setiap motif batik.

“Setiap motif batik itu punya filosofis tersendiri, ada makna dan doa-doa kebajikan yang diambil dari nilai-nilai tradisional budaya kita. Hal inilah yang membuat batik menjadi unik dan memiliki daya jual. Apalagi saat ini penggunaan motif batik dapat dikombinasikan dan disesuaikan dengan nilai budaya suatu perusahaan,” ungkapnya.

Pola pembuatan batik pun sebetulnya bisa sangat ramah lingkungan dengan menggunakan bahan-bahan alam maupun ampas kopi, sehingga mengurangi sampah dan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya.

“Hal ini juga yang akan hilang apabila masyarakat lebih banyak mengkonsumsi batik printing dari Cina,” tandasnya. (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat