visitaaponce.com

Film Sehidup Semati Angkat Isu KDRT

Film Sehidup Semati Angkat Isu KDRT
Deretan pemain film Sehidup Semati yang akan tayang di layar lebar pada Kamis (11/1).(MI/JOAN IMANUELLA HANNA PANGEMANAN)

STARVISIONS tengah mempersiapkan peluncuran film terbarunya yang berjudul Sehidup Semati. Di bawah arahan sutradara Upi, film itu akan mengeksplorasi dan menggambarkan dengan mendalam isu yang cukup sensitif dalam masyarakat, yaitu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dengan kehadiran bintang-bintang seperti Laura Basuki dan Ario Bayu, Sehidup Semati dijadwalkan tayang perdana pada Kamis (11/1).

Cerita Sehidup Semati mengangkat kisah pasangan suami istri, Renata dan Edwin, yang pada awalnya menyatukan janji suci pernikahan di hadapan altar dengan penuh kebahagiaan. Namun, senyum bahagia itu perlahan berubah menjadi bayang-bayang kekerasan ketika Edwin mulai menunjukkan perilaku abusive terhadap Renata. Film ini mencoba merangkai narasi penuh emosi, menyoroti sisi gelap kehidupan pernikahan yang banyak terjadi di sekitar kita.

Dalam konferensi pers yang digelar di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin (8/1), Chand Parwez, produser film ini, menegaskan pentingnya tema yang diangkat. "Film ini berbicara sangat dekat tentang pernikahan yang berbahagia, suami yang berubah menjadi abusive, ada KDRT, ada peluang sehingga pelakor diberikan ruang sehingga menjadi lebih berani kepada istri yang sah," ungkap Chand Parwez. “Dan akhirnya seorang istri yang begitu baik, mengabdi kepada suami harus bersikap karena suatu hal yang sederhana adalah saya ingin mempertahankan rumah tangga,” lanjutnya.

Baca juga: Suami di Kota Malang Mutilasi Istri karena Tak Terima Diminta Pisah Ranjang

Menariknya, Upi memberikan wawasan mengenai proses panjang dalam pembuatan film ini. Ia menyampaikan bahwa skrip film memerlukan waktu selama 13 tahun untuk matang dan akhirnya tampil di layar bioskop. 

Upi juga membagikan inspirasi awal cerita, yang berasal dari keprihatinan atas penyalahgunaan dogma yang merugikan perempuan. “Sebenarnya pertama kali ketika saya membuat cerita ini, awalnya ada suatu yang mengusik di pikiran saya, banyak sekali dogma (ajaran) yang disalahgunakan, yang membuat posisi perempuan sangat lemah,” ujar Upi. “Makanya lahirlah perempuan seperti Renata, perempuan penurut dan lain-lain,” tambah Upi.

Laura Basuki dan Ario Bayu, dua aktor papan atas Indonesia, memainkan peran kunci sebagai Renata dan Edwin. Sementara Asmara Abigail, Chantiq Schagerl, Lukman Sardi, dan sejumlah aktor dan aktris berbakat lainnya turut meramaikan cerita dengan karakter-karakter mendalam.

Baca juga: Kaum Perempuan Berhak Bahagia, Jangan Ragu Lawan KDRT

Cerita semakin berlipat-lipat ketika Renata, diperankan oleh Laura Basuki, mengalami teror dari seorang perempuan yang tak dikenal. Disamping itu, ia menjalin persahabatan dengan Asmara, tetangganya sendiri. Inilah yang memberikan dimensi sosial yang lebih luas pada film ini, menyoroti bagaimana isu-isu rumah tangga dapat melibatkan dan mempengaruhi masyarakat sekitar.

Dengan mengangkat isu sosial melalui seni peran, film ini berpotensi menjadi sarana pencerahan yang membuka dialog dan kesadaran mengenai masalah kompleks dalam masyarakat kita. (Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat