visitaaponce.com

LØLØ Rilis Album Perdana, Falling for Robots Wishing I Was One

LØLØ Rilis Album Perdana, Falling for Robots & Wishing I Was One
LØLØ(MI/HO)

MUSISI di skena musik pop-punk, LØLØ, akhirnya meluncurkan album perdananya, Falling for Robots & Wishing I Was One. Sebuah album perdana yang saking jujurnya terkadang hingga bikin sakit rasanya karena faktor relatablenya. 

LØLØ menegaskan keberadaan dirinya sebagai salah satu artis andalan dalam genre pop-punk era ini yang patut diperhatikan dengan album perdananya yang berisi 15-track. 

Penuh dengan aransemen isian gitar yang kuat, permainan lirik yang pintar, dan memikat, Falling for Robots & Wishing I Was One menyampaikan makna bahwa untuk dicintai adalah untuk diubah, walau terkadang bukan untuk yang terbaik.

Baca juga : Fabio Asher Rilis Album Everlast

Single utama Wish I Was a Robot adalah jantung dari album perdana LØLØ ini. 

 

Baca juga : LØLØ Rilis Single U & The Tin Man

Menyinggung judul album, LØLØ membayangkan betapa mudahnya hidup jika ia menjadi robot. Alunan instrumen pada lagu ini dibuat terdengar kasar dan bernuansa metal, di bawah suara LØLØ yang dimodulasi untuk menyerupai suara robot seperti apa yang ia inginkan.

Lagu-lagu dari album ini seperti Intro melankolisnya, menetapkan nada untuk album perdana LØLØ dengan lirik lagu yang menyayat hati, "I'm exhausted / feel like my heart's getting rotten / I'd love to replace it with cotton / so I wouldn't have to feel so hard." 

LØLØ yang penuh kesedihan lalu lugas menyusun panggung untuk penampilan perdananya yang memposisikan dirinya dalam posisi yang rentan, polos, dan lemah. 

Baca juga : Elijah Woods Proses Duka Kehilangan Teman Lewat EP Silver Lining

Namun nuansa ini diimbangi oleh lagu I Would Fix U If I Could, yang musikalitasnya bernuansa gelap dan pekat dengan rasa putus asa, kecewa, rindu, dan terbalut frustasi.

Keberanian artistik LØLØ sepenuhnya terlihat dalam lagu I Would Fix U If I Could, ketika ia secara lantang menampilkan proses berkabung atas berakhirnya hubungan yang berharga baginya. 

Secara instrumental, LØLØ mengkaryakan aransemen yang berputar di bawah vokal yang kuat sebelum akhirnya meledak-ledak untuk mewakilkan rasa sakit yang luar biasa kuat. 

Baca juga : Komponis dan Pianis Trisutji Kamal Tutup Usia

LØLØ dengan bangga mengakui bahwa dirinya masih menyimpan rasa untuk mantannya akan tetapi ia juga kuat dalam pendiriannya untuk menerapkan batasan kuat untuk kebaikan dirinya sendiri.

Single Suck It Up adalah lagu pop-punk klasik yang mengawinkan semua aspek terbaik dari genre ini. Petikan gitar yang dibuat terdengar polos dan tak terpoles, diikuti oleh iringan perkusi heboh, dan vokal ala pop-punk yang membuat pendengar ikut merasakan kesedihan LØLØ. 

Ciri khas menulis lagu LØLØ yang secara mahir manyampaikan one-liner seperti Catch The Lemons, Spike The Lemonade, dalam suara alto serak khasnya. (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat