visitaaponce.com

Raisa Berbagai Pengalaman dan Inspirasi dalam Menulis Lirik Lagu

Raisa Berbagai Pengalaman dan Inspirasi dalam Menulis Lirik Lagu
Raisa Andriana mengungkapkan proses kreatifnya dalam menciptakan lirik lagu yang dimulai dari menulis cerita panjang hingga meramu kata-kata(Antara)

PENYANYI Raisa Andriana mengaku menikmati momen saat menciptakan lagu. Perempuan berusia 35 tahun itu biasanya memulai proses penciptaan lirik dengan menulis cerita panjang pada beberapa lembar kertas yang kemudian dikerucutkan pada kalimat-kalimat tertentu.

“Caraku menulis lirik lagu dan mencari nada itu biasanya harus terlebih dahulu dimulai dari menulis karangan, pokoknya tulisan itu panjang bisa satu hingga dua lembar. Dibuat dalam bentuk paragraf, setelah itu aku akan pilih-pilih kata yang bagus, setelah itu baru disusun dan dijadikan lirik. Lalu di sela-sela kalimat itu, aku tambah kata-kata sambungan,” jelas Raisa seperti dilansir dalam podcast Soleh Solihun pada Jum’at (14/6).

Istri dari Hamish Daud itu menjelaskan proses pembuatan lirik lagu akan terasa mudah, jika bisa mendapatkan bagian reff terlebih dahulu. Hal itu yang juga pernah dialami Raisa saat menciptakan lagi bertajuk “Nyawa dan Harapan”

Baca juga : Kolaborasi Bareng Andmesh, Raisa Nyanyikan Lagu Tak Berharap Lagi

“Kalau kita bikin lagu dapat bagian reffnya dulu itu biasanya aman, karena bagian first jika tidak seenak reff itu nggak apa-apa. Tapi kalau bikin lagu dapat bagian first dulu, itu seperti ada tekanan karena kita harus bisa membuat bagian reff yang jauh enak didengar,” ungkapnya.

Raisa pun bercerita pengalaman unik saat membuat lirik lagu Nyawa dan Harapan. Ia mengaku mendapatkan inspirasi liriknya saat sedang naik ojek online (ojol) 7 tahun yang lalu. Untuk menjaga agar ia tak lupa dengan liriknya, ibu dengan satu anak itu langsung merekamnya melalui fitur voice note pada gawai.

“Waktu membuat lirik lagu Nyawa dan Harapan itu didapatkan liriknya saat aku lagi naik ojol, terus langsung aku voice note pakai handphone. Itu waktu di Bali aku terkadang pakai ojol juga,” imbuhnya.

Baca juga : Lengkap! Ini Daftar Nominasi AMI Awards 2023

Penyanyi yang baru saja merilis film dokumenter berjudul “Harta, Tahta, dan Raisa” itu mengaku sangat mencintai profesinya sebagai penyanyi, ia masih kerap merasa terharu jika melihat para penggemarnya menghafal setiap penggalan lirik lagu ciptaannya saat konser.

“Aku masih suka deg-degan setiap manggung bawain baru lagu baruku. Apakah orang akan suka atau tidak, apakah mereka sudah hafal atau belum, terus aku masih belum berani ngasih mic ke penonton. Tapi ternyata saat aku konser, di bagian 10 baris paling depan itu para penonton udah nyanyi bersama padahal baru rilis satu atau dua hari, di situ rasanya kaya senang banget,” katanya.

Raisa juga takjub dengan dampak dari musik yang bisa menyatukan dan menggambarkan perasaan banyak orang. Perempuan kelahiran 1989 ini mengatakan bahwa lewat musik, dirinya bisa menyalurkan apa yang ingin disampaikannya kepada para penggemar dengan sangat jelas.

Baca juga : Raisa dan Ahmad Dahni Bawakan Single Biar Menjadi Kenangan, Duet Beauty and The Beast

“Aku bikin lagu itu dari mengarang total, biasanya isi dari otak dari hati, terus digambar-gambar, ditulis-tulisin, dikasih bunyi-bunyian, lalu jadilah sebuah lagu. Menurutku lagu itu seperti suatu unsur yang mudah dipahami, dari intangible menjadi tangible, dari suatu yang abstrak menjadi sesuatu yang bisa dibagikan antara aku dan penonton,” jelasnya.

Pelantun tembang “Kali Kedua” ini mengatakan bahwa proses pembuatan lagu tak selalu berjalan mulus, ia mengaku bahwa ada lagu yang paling berat diciptakan sepanjang karir.

“Lagu ‘nyawa dan harapan’ dan lagu ‘jangan cepat-cepat berlalu’ itu cukup berat membuatnya. Aku rekaman juga terakhir karena lagu ini penting banget aku kayak momentum perasaan jatuh cinta pertama kali kepada anak,” katanya.

Baca juga : Rilis Album Baru, Love & Let Go Jadi Favorit Raisa

Penyanyi yang telah merilis 4 album itu mengaku sempat menangis saat menciptakan single Jangan Cepat Berlalu karena mewakili perasaannya sebagai seorang ibu. Tak hanya Raisa, tim lainnya juga menangis saat proses rekaman single tersebut.

“Menurut gue romantismenya juga luar biasa di momen itu, jadi aku saat itu proses rekaman harus bisa menyamai ekspektasi saat menulis, karena saat menulis itu aku sudah menangis dan segala macam perasaan. Makanya tegang banget sampai akhirnya direkam terakhir, ekspektasi harus bagus, menyentuh, dan pesan itu sampai ke hati para pendengar,” ujarnya.

Raisa juga mengaku saat ini merasa lebih nyaman untuk menceritakan kehidupan pribadinya lewat karya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“aku lebih terbuka sekarang karena aku merasa sudah secure dan enggak terlalu banyak yang harus ditutupi. Walaupun memang agak private tapi aku merasa kalau ditanya sekarang tentang lagu apa saja, aku pasti percaya diri karena nggak ditanya, ‘Oh ini lagi dekat sama si ini, si itu’. Kalau dulu kan masih banyak insecure tentang itu,” jelasnya.

Raisa juga menceritakan prinsipnya dalam mengcover atau menyanyikan kembali lagu seorang penyanyi. Hal itu dikatakan akan disesuaikan dengan jenis musik dan siapa tokoh penyanyi tersebut, jika sudah dikategorikan sebagai legendaris, ia akan membawakannya secara alami.

“Biasanya ada lagu-lagu yang cepat terus kita lambatin atau misal lagu pop banget terus kita jadikan RnB, biasanya itu untuk lagu-lagu yang lebih baru. Kadang kalau lagunya sudah terlalu legendaris dan susah diapa-apain gitu, biasanya kita cover aja sesuai aslinya,” tandasnya. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat