visitaaponce.com

Kemenkes Targetkan Prevalensi Hepatitis B Anak 0,1 di 2030

Kemenkes Targetkan Prevalensi Hepatitis B Anak 0,1% di 2030
Petugas medis puskesmas Ulee Kareng memakai APD saat memberikan imunisasi kepada anak balita di Banda Aceh, Aceh, Kamis (16/7).(ANTARA/IRWANSYAH PUTRA )

Kementerian Kesehatan menargetkan prevalensi hepatitis B pada anak menjadi 0,1% pada 2030. Sementara target pada tahun 2020 adalah turun menjadi 1%.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi virus hepatitis B di Indonesia sebesar 7,1% atau sekitar 18 juta. Sementara virus hepatitis C sebesar 1,01% atau sekitar 2,5 juta.

Baca juga: 79 Kabupaten/Kota Langgar SKB 4 Menteri Kegiatan Belajar Mengajar

"Kita sudah mempunyai (program) eliminasi hepatitis B melalui pencegahan penularan dari ibu ke anak (PPIA). Target kita tahun 2020 prevalensi hepatitis B pada anak turun menjadi 1% dan tahun 2030 turun menjadi 0,1%," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Wiendra Waworuntu dalam webinar peringatan Hari Hepatitis Sedunia 2020, Selasa (28/7).

Program lain adalah pemberian vaksin hepatitis B sebanyak 3 dosis pada bayi. Targetnya, program ini bisa mencapai 90% pada 2030.

"Selanjutnya pencegahan penularan dari ibu ke anak dengan cara pemberian HB-0 dan kegiatan lain yang terkait deteksi dini dan pemberian HBIg pada bayi lahir dari ibu yang reaktif HBsAg-nya. Target kita di 2020 sebanyak 50% dan tahun 2030 adalah 90%," ungkap Wiendra.

"Pengobatan hepatitis B dan C untuk orang yang terinfeksi harus bisa kita atasi 80% di tahun 2030," imbuhnya.

Adapun upaya percepatan program yang dilakukan antara lain deteksi dini hepatitis B minimal 80% dari ibu hamil yang diperiksa terintegrasi dengan HIV dan sifilis.

"Kemudian deteksi dini hepatitis C pada populasi berisiko (penasun, pasien hemodialisa). Kemudian peningkatan layanan hepatitis C ke 34 provinsi, dan penguatan sistem pencatatan dan pelaporan (SIHEPI)," jelasnya.

Sementara itu, covid-19 berdampak pada pengendalian penyakit hepatitis di Indonesia. Antara lain banyaknya petugas yang concern pada penanganan covid-19.

Wiendra menyebut ibu hamil yang memeriksakan diri untuk deteksi dini hepatitis B pada 2020 turun 41% dibandingkan tahun 2019.

Sementara periode Maret-April 2020 turun 42% dibandingkan Januari-Februari 2020, dan Mei-Juni 2020 turun 72% dibandingkan Maret-April 2020.

"Ibu hamil tentu ada ketakutan dalam pelayanan, tapi untuk ibu hamil, kita tidak boleh berhenti (melakukan deteksi dini), dengan menerapkan protokol kesehatan," pesannya.

Menurut Ketua Komite Ahli Hepatitis dan PISP David H. Muljono, pandemi covid-19 telah menunjukkan bahwa ada masalah yang harus dibenahi dalam program kesehatan, serta meningkatkan ketahanan masyarakat di sektor kesehatan, khususnya hepatitis.

"Dan perlu diterapkan sebuah strategi, yaitu pendekatan mikroeliminasi hepatitis dan intensifikasi peran serta masyarakat," katanya dalam kesempatan yang sama. (H-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat