visitaaponce.com

Setiap Tahun Terjadi Penurunan Tanah 6 cm di Jakarta

Setiap Tahun Terjadi Penurunan Tanah 6 cm di Jakarta
Sejumlah anak bermain di dekat masjid terendam rob dan penurunan tanah di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (13/1/2020).(ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

PENELITI Kebencanaan Pusat Teknologi Reduksi dan Resiko Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PTRRB BPPT) Joko Widodo memaparkan  dari berbagai hasil kajian studi ditemukan fakta terjadinya penurunan tanah di DKI Jakarta selama 50 tahun terakhir. Ada empat jenis penurunan muka tanah yang terjadi di Jakarta. Pertama akibat ekstraksi air tanah, kedua akibat beban konstruksi, ketiga akibat konsolidasi alami tanah aluvium dan terakhir penurunan tanah tektonik.

Dari Keempat hal tersebut, penurunan muka tanah akibat ekstraksi atau pengambilan air tanah menjadi fenomena yang dominan terjadi di Jakarta. Tim INDI (Indonesian Network for Disaster Information) 4.0 BPPT telah melakukan analisis dengan menggunakan metode Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) yang berdasarkan data satelit Radar Sentinel 1A untuk melihat laju penurunan tanah di Jakarta.

"Hasil analisis data InSAR yang direkam sejak 20 Maret–22 Oktober 2019 memperlihatkan bahwa laju maksimum penurunan tanah mencapai 6 cm per tahun," jelas Joko dalam keterangan tertulis diterima mediaindonesia.com, Kamis (4/2).

Kondisi penurunan muka tanah yang terjadi di Kota Jakarta ini menurut Tim INDI 4.0 BPPT sangat berkaitan erat dengan genangan banjir, dan tingkat kerusakan yang terjadi akibat adanya banjir.
Permasalahan ini menurutnya harus diantisipasi, khususnya di wilayah DKI Jakarta dengan laju amblesan yang besar.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi eksploitasi air tanah di area-area tersebut. Sudah saatnya Pemerintah Kota Jakarta mengeluarkan perda pelarangan pengambilan air tanah, terutama di area-area yang kritis mengalami amblesan, sekaligus harus dapat menyediakan sumber air baku yang bersumber dari air permukaan sebagai penggantinya.

"Hal yang tidak kalah pentingnya Pemerintah Kota Jakarta perlu melakukan monitoring amblesan secara berkala dengan menggunakan teknologi yang tepat. Teknologi InSAR adalah salah satu pilihan teknologi yang tepat untuk memantau kondisi ini, dan INDI BPPT telah mengaplikasikan selama ini," saran Joko.

Permasalahan penurunan tanah (land subsidence) akibat tekanan lingkungan dari pembangunan perkotaan terjadi di beberapa kota besar di Asia, termasuk Jakarta. Biasanya fenomena penurunan muka tanah umumnya disebabkan kondisi alam seperti pergerakan struktur geologi ataupun aktivitas manusia. Di DKI Jakarta sendiri, aktivitas manusia menjadi penyebab utama dari permasalahan penurunan muka tanah yang terjadi.

baca juga: 3 Faktor Penyebab Turunnya Tanah di Jakarta

Direktur Pusat PTRRB BPPT M. Ilyas  mengatakan dari hasil kajian teknis menunjukkan bahwa perkembangan Kota Jakarta selama 50 tahun terakhir, yang diiringi oleh peningkatan aktivitas lainnya, telah menyebabkan penurunan muka tanah.

"Kami di BPPT melalui Tim INDI 4.0 (Indonesian Network for Disaster Information), menemukan bahwa DKI Jakarta dengan segala jenis kegiatan dan permukiman penduduk mengalami permasalahan penurunan muka tanah," ungkapnya. 

Ke depannya, menurut Ilyas, permasalahan penurunan muka tanah di Kota Jakarta harus dapat dikendalikan, terutama di wilayah tertentu.

"Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi eksploitasi air tanah di area-area tersebut," pungkasnya. (OL-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat