BPPT Dukung Hilirisasi Radiologi Digital Buatan Dosen UGM Tangani Pandemi
![BPPT Dukung Hilirisasi Radiologi Digital Buatan Dosen UGM Tangani Pandemi](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2021/07/21a536f36d075ceb2eaa9f833b3cb6ba.jpeg)
KEPALA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan salah satu simpul terpenting untuk mengurai kompleksitas permasalahan terkait pndemi dengan mengedepankan solusi berbasis inovasi dan teknologi.
Ia menambahkan seja Task Force Riset dan Inovasi Teknologi Penanganan Covid-19 (TFRIC-19) bentukan BPPT hadir tahun lalu merespons kondisi pandemi di Indonesia, dengan mengedepankan konsep ekosistem inovasi dan kebutuhan berbagai teknologi dalam pengelolaan pandemi.
"Dengan mengembangkan sebuah model solutif untuk mengatasi pandemi dengan mengedepankan konsep ekosistem inovasi yang selain dapat mengakomodir kebutuhan berbagai teknologi dalam pengelolaan pandemi, juga sekaligus menganalisis berbagai potensi para peneliti dan perekayasa Indonesia dalam satu platform bersama," kata Hammam saat membuka webinar Kemandirian Teknologi Kesehatan Dalam Negeri, Kamis (29/7)
Baca juga : Peduli Covid-19, Prudential Donasikan Peralatan Medis ke Rumah Sakit
Hammam mengatakan model solusi dengan pendekatan ekosistem inovasi dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang dikembangkan melalui TFRIC-19 ini, secara holistik dan paralel telah menginisiasi proses hilirisasi inovasi di berbagai bidang sekaligus. Sebagai contoh upaya hilirisasi produk inovasi adalah produk Direct Digital Radiography (DDR) yang dikembangkan berbasis AI (Artificial Intelligence).
"Dalam proses hilirisasi produk inovasi DDR, sejak tahapan paten oleh Universitas Gajah Mada, program Program Pengembangan Riset Industri dari Kementerian Riset dan Teknologi serta kolaborasi di dalam TFRIC, dilakukan beberapa uji sesuai dengan kaidah standar internasional oleh Bapeten, BPFK dan Kementerian Kesehatan," terangnya.
Untuk itu DDR ini, lanjut Hammam harus dihilirasi agar hasil inovasi tidak masuk dalam jurang lembah kematian.
Baca juga : Toyota Terus Berpartisipasi Dukung Penanganan Covid-19
BPPT terus mendorong serta mengawal inovasi teknologi yang dikerjakan oleh super team yang terdiri dari berbagai stakeholder ABCGM (academician, business, community, government, media), atau disebut penta helix, dari hulu hingga ke hilir. Mulai dari uji kinerja sampai mendapatkan izin edar yang hingga saat ini masih berproses, termasuk berkoordinasi dengan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta terkait perolehan data pasien melalui AI sehingga citra X-ray dan CT-Scan dapat diunggah secara mudah.
"Kemudian hilirisasi produk inovasi DDR ini peran dari UGM sangat penting sebagai pemegang paten sekaligus inovator, PT Madeena sebagai mitra industri dan Pusat Teknologi Elektronika – Kedeputian TIEM sebagai pendamping prototype serta perolehan izin edar," pungkasnya.
Pembicara lain adalah I Gede Bayu Suparta, dosen UGM sekaligus inovator DDR. Pembuatan alat radiologi digital ini digagas Bayu Suparta saat ia masih menulis hasil kajian untuk tesis. Ia kemudian menginginkan inovasinya ini diwujudkan menjadi produk alat kesehatan. Dan pada 2009 paten radiologi digital telah diperoleh. Setelah itu ia mendirikan PT Madeena yang berasal dari kata Made Ina atau buatan Indonesia. Kata lainnya Madina atau madaniah berarti peradaban.
Baca juga : BPPT Kembangkan Alat Radiografi Untuk Tentukan Level Covid-19 Pada Pasien
"Saya menciptakan radiologi digital ini setelah lihat di Google. Setelah itu saya kembangkan sendiri. Di masa pandemi saat ini, radiologi menjadi penting karena pasien covid-19 akan dicek kondisi paru-parunya. Selama ini kita masih mengandalkan PCR yang berbiaya mahal," paparnya.
Disebutkan DDR ciptaannya dirancang dengan fitur pengambilan mode thorax untuk diagnosis untuk diagnosis pasien Covid-19. Alat ini dilengkapi dengan fitur data Digital Imaging Communication Medicine (Dicom).
"DDR ini merupakan buatan Indonesia dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) seluruhnya dari dalam negeri. Memang Madeena belum menjadi leader teknologi produk alat kesehatan di Indonesia, tapi saya menginginkan agar produk ini bisa menjadi alat kesehatan yang melayani rakyat Indonesia," kata Gede Suparta berharap.
Diakuinya untuk izin edar pun ia mengalami kesulitan karena dalam peraturan harus disertai uji klinis. Padahal inovasi yang dibuatnya memiliki efek radiasi rendah, low power, dan merupakan produk dalam negeri dengan harga terjangkau dibandingkan tes PCR yang mahal. Ia berharap pemerintah memberikan kemudahan izin edar inovasi DDR ini agar bisa andil membantu menangani pandemi.
Terkini Lainnya
Rumah Komposit Tahan Gempa BPPT Akan Jadi Posko Bencana BPBD Tangsel
Rawan Tsunami, Buoy BPPT Siap Dipasang di Bali
Buoy BPPT Merespons Pasca-Gempa Enggano dan Sumur Banten
Setelah Divaksin Perlu Juga Ukur Kadar Antibodi
BPPT Gandeng President University Ciptakan 100 Techno Park
Peningkatan Kompetensi untuk Kegiatan Luar Ruangan yang Aman dan Berkelanjutan
Antisipasi Covid-19, Puskesmas Warungkondang Wajibkan Penggunaan Masker
Katakan dengan Masker
Pesan Luhut Pandjaitan ke Elite Politik: Tolong tidak Komentar kalau belum Jelas
Iqra dan Pembacaan Terhadap Covid-19
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap