visitaaponce.com

Setelah Divaksin Perlu Juga Ukur Kadar Antibodi

SETELAH dua kali divaksin covid-19, tubuh akan membangun pertahanan dengan adanya imun melawan virus korona. Namun seberapa besar imun yang terbentuk pascaimuninasi, perlu diukur.

Atas dasar itu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melalui wadah Task Force Riset dan Inovasi Teknologi Penanganan Covid-19 (TFRIC-19) melahirkan inovasi Rapid Diagnostic Test (RDT) Antigen Covid-19 dan Kit pengukur kadar antibodi paska vaksinasi.

Direktur Pusat Teknologi Bioindustri BPPT, Asep Riswoko menjelaskan bahwa pengukuran kadar antibodi ini perlu karena untuk kekebalan imunitas.

"Selama ini orang hanya tahu sudah divaksin atau belum. Bila sudah divaksin dua kali, maka aman. Padahal kita belum tahu berapa kadar antibodi yang terbentu paskavaksinasi," kata Asep di sela-sela uji sampel pengukuran kadar antibodi di Jakarta, Kamis (20/5).

Baca juga: Banyak Varian Baru Covid-19, Vaksinasi Harus Terus Digalakkan

Alat tersebut diciptakan oleh BPPT bekerja sama dengan PT Biofarma dan PT Pakar Biomedika. Untuk mengetahui kadar antibodi paskavaksinasi, maka petugas kesehatan akan mengambil darah orang yang telah dua kali divaksinasi covid-19.

Dalam rentang 28 hingga 35 hari setelah divaksinasi, maka dilakukan uji kadar antibodi. "Ukuran kadarnya di atas 1-20. Semakin tinggi kadar antibodi, di atas 20 akan semakin bagus. Kalau kadar antibodi satu ke atas tetap bagus dan bila terkena penyakit bersumber virus, efeknya tidak terlalu parah  Kami saat ini melakukan uji validasi bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, terhadap 700 orang yang sudah dua kali divaksinasi covid-19," terang Asep.

Manfaat dari uji kadar antibodi ini untuk memetakan kekebalan imunitas di masyarakat. Maka alat yang diciptakan pun mudah dimobilisasi ke daerah-daerah.

"Sebetulnya cek antibodi ini sudah ada di laboratorium-laboratorium dengan skala besar. Tapi itu tidak efektif karena hanya ada di kota-kota besar atau di rumah sakit. Nah yang kami ciptakan agar bisa dijangkau di puskesmas di daerah-daerah. Karena peralatannya tidak membutuhkan laboratorium besar," lanjut Asep.

Alat yang tersedia adalah alat pengambil darah tanpa jarum, kit kadar antibodi, mesin pembaca hasil uji kadar dan mesin printer untuk mencetak hasil akhir. Seluruh peralatan bisa ditenteng dan mudah dibawa kemana saja, serta menggunakan teknologi kecerdasan buatan  

"Rencananya Juni sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang ingin menguji kadar antibodi. Mengecek kadar antibodi ini bukan untuk menilai vaksin bekerja atau tidak di dalam tubuh. Sebab di tubuh pun sudah ada antibodi. Tapi di tengah pandemi ini, mengukur kadar antibodi menjadi penting untuk suatu wilayah," kata Asep.

Baca juga: Pemda Diminta Gencarkan Vaksinasi Covid-19 Penyandang Disabilitas

Ia juga mengingatkan antibodi juga bisa turun bila jarak antara vaksinasi dan pemeriksaan cukup lama.

Ia mencontohkan saat daerah akan membuka kawasan wisata, pemerintah daerah bisa mengizinkan membuka atau menutupnya setelah membaca kondisi imunitas masyarakat.

"Dengan mengetahui rata-rata kadar antibodi masyarakat di suatu tempat, pemerintah daerah bisa membuka atau menutup kawasan wisata di saat pandemi seperti sekarang ini. Kalau rata-rata antibodi bagus itu sudah menjadi bagian dari ketahanan daerah," pungkasnya. (N-1)


 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat