visitaaponce.com

Tiga Peneliti BRIN Terpilih Sebagai Asian Science Diplomat 2021

Tiga Peneliti BRIN Terpilih Sebagai Asian Science Diplomat 2021
Tiga peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terpilih sebagai Asian Science Diplomat 2021.(Dok. BRIN)

Tiga peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terpilih sebagai Asian Science Diplomat 2021. Ketiganya adalah Dr. Edi Kurniawan, Dr. Masteria Yunovilsa Putra, dan Dr. Indri Badria Adilina. Hal ini disampaikan pada acara Announcement of The 2021 Awardees yang diselenggarakan secara daring pada Jumat (1/10) sore.

ASIAN Science Diplomat (ASD) merupakan jaringan ilmuwan muda Asia, khususnya ASEAN yang mengemban tugas dalam mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di regional Asia Tenggara.

"Kami bersyukur bisa terpilih menjadi tiga dari 28 awardees 2021 Asian Science Diplomat dari berbagai negara ASEAN. Para pemenang ini diharapkan dapat bersuara sebagai duta untuk pembangunan dan perkembangan ilmu pengetahuan di negaranya masing-masing," ucap Edi Kurniawan.

Baca juga: Edukasi Masyarakat Harus Ditingkatkan untuk Tekan Penambahan Kasus Kanker Payudara

Dr. Edi Kurniawan, merupakan peneliti pada Pusat Riset Fisika, Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik, BRIN. Pria kelahiran Pemalang, 15 Agustus 1982 ini menyelesaikan Pendidikan doktoralnya di Swinburne University of Technology Australia. Sebagai peneliti, Edi telah menghasilkan berbagai publikasi internasional, dan menjadi pemakalah di berbagai seminar ilmiah. Edi juga tercatat memperoleh tidak kurang dari sepuluh paten dalam 10 tahun terakhir, salah satunya adalah paten terkait system drone pemantau jarak fisik dalam kerumunan.

Selama berkarir sebagai peneliti, Edi mendapatkan penghargaan antara lain Fulbright Research Fellowship (2018), USA-ASEAN Science and Tech. Fellowship (2016), Research Stays for Universisy Academics and Scientists (2015), RMIT Research Fellowship (2015).

Sementara itu, Dr. Masteria Yunovilsa Putra merupakan peneliti bidang bidang Bioteknologi Kesehatan Pusat Penelitian Bioteknologi BRIN. Pria kelahiran Padang 16 November 1984 tersebut telah menekuni senyawa aktif dari biodiversitas laut yang berpotensi menjadi antikanker, antibakteri dan antivirus. Upaya tersebut terus dilakukan untuk menguak potensi senyawa aktif dalam bahan alami menjadi obat.

Doktor lulusan Universitas Marche Polytechic Italia ini sebelumnya didapuk menjadi Koordinator Penelitian Drug Discovery and Development dan Koordinator Kegiatan Uji Klinis Kandidat Immunomodulator dari Herbal untuk Penanganan Covid-19 di LIPI. Selama berkarir sebagai peneliti, Masteria tercatat telah menghasilkan tidak kurang dari 43 Artikel di Jurnal Internasional, 8 conference papers, dan 2 paten.

Sedangkan Dr. Indri Badria Adilina, adalah peneliti di Pusat Riset Kimia BRIN. Perempuan yang menguasai Bahasa Inggris, Jepang, Jerman, dan Perancis tersebut memiliki pengalaman dalam riset di bidang kimia, khususnya green chemistry, katalis, dan biomasa. Indri menyelesaikan Pendidikan doktoralnya di Chiba University, Jepang Tahun 2013.

Sebagai peneliti, Indri banyak menerima penghargaan nasional dan internasional antara lain AONSA Young Research Fellowship (2020), ISIS Impact Awards (2019), L'Oreal-UNESCO for Women in Science National Fellowship (2013), dan Chiba University Environmental Award (2012).

Baca juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi Hingga 4 Meter

Menurut Masteria, setiap negara memerlukan figur ilmuwan yang berperan sebagai role model bagi generasi muda. "Oleh karena itu, pemilihan ASD yang berusia di bawah 45 tahun ini menjadi salah satu langkah untuk mencari potensi ilmuwan di tingkat ASEAN," ujarnya.

Lebih lanjut Indri menyampaikan bahwa jaringan ASD ini juga berfungsi sebagai wadah untuk membina pemahaman yang erat antar ilmuwan di negara-negara ASEAN. "Di Asia Tenggara banyak sekali ilmuwan, khususnya ilmuwan muda yang andal. Untuk itu, diperlukan suatu wadah untuk membangun diskusi yang lebih produktif di antara mereka, untuk bersama-sama mencari solusi dari berbagai permasalahan global yang sedang kita hadapi," kata Indri.

ASD juga menjadi kesempatan bagi para peneliti untuk belajar mengkomunikasikan penelitiannya sehingga dapat dipahami oleh dan sampai kepada para stakeholders dan policy makers. Menurut Indri, tujuan akhirnya adalah para peneliti dapat berkontribusi membuat science-based policy dalam rangka mencari solusi dan permasalahan global.

"ASD Award ini menjadi ajang untuk memilih peneliti-peneliti yang andal di bidang science-nya sekaligus juga memiliki potensi menjadi science diplomat. Kami akan dilatih lebih dalam untuk hal science diplomat, dan bagaimana cara untuk berkontribusi dalam pembuatan science-based policy dengan stakeholders dan policy makers," pungkas Indri. (H-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat