visitaaponce.com

Kader Muhammadiyah Ibadah Harus karena Ketulusan, bukan Tingginya Suara Azan

Kader Muhammadiyah: Ibadah Harus karena Ketulusan, bukan Tingginya Suara Azan
Sukidi dalam program “Selamat Pagi Indonesia” di Metro TV.(Dok MetroTV)

SURAT  Edaran Menteri Agama RI Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di masjid dan musala menuai kontroversi.

Pengaturan penggunaan pengeras suara yang bertujuan untuk menciptakan ketenteraman, ketertiban, dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat justru dipersepsi berbeda. Beragam penerimaan dan penolakan atas aturan itu pun muncul dari berbagai pihak.

Kader Muhammadiyah, Sukidi, menilai aturan tentang pengeras suara yang dikeluarkan oleh pemerintah itu memberikan arti penting untuk menciptakan kerukunan antarumat beragama. 

Sukidi menyambut baik surat edaran tersebut karena dapat menjadi pintu masuk untuk berpikir tentang Indonesia yang berdiri tegak di atas pilar kebinekaan. 

Demikian pemikiran yang disampaikan Sukidi dalam program “Selamat Pagi Indonesia” di Metro TV, Senin, (28/2).

Menurutnya, penting bagi masyarakat untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan kebinekaan, sebab kemajemukan merupakan berkah Tuhan yang harus disyukuri bersama. 

“Karena itu, kesadaran kebinekaan harus kita wujudkan dalam bentuk tenggang rasa, tepo seliro, dalam kehidupan antarumat beragama,” ungkapnya.

Sukidi menambahkan, aturan pengeras suara tersebut sebenarnya merupakan cara Kementerian Agama untuk memberikan edukasi dan ajakan untuk menghormati orang yang berbeda agama yang tinggal di sekitar masjid, bukan melarang atau membatasi azan. 

Sebab, lanjut Sukidi, setiap warga negara berhak atas kenyamanan dan keteduhan, sehingga mereka yang berbeda agama itu merasa menjadi warga negara yang setara dengan yang lain. Oleh karena itu, menjiwai kesadaran kebinekaan ini sangat penting untuk masyarakat Indonesia yang majemuk. 

Sukidi menilai, azan merupakan satu panggilan suci, mulia, dan sakral, yang memiliki nilai yang sangat indah di hati umat Islam untuk beribadah kepada Allah. Karena itu ia berharap agar umat muslim bergegas datang ke masjid atau musala bukan karena tinggi atau rendahnya suara muazin yang disyiarkan lewat pengeras suara, tetapi murni karena kesadaran untuk beribadah kepada Allah. 

Apalagi, di era digital saat ini, umat Islam dengan mudah dapat mengetahui jadwal masuknya waktu salat, sehingga dapat segera datang ke masjid tanpa harus menunggu mendengar suara azan dari pengeras suara.

“Kesadaran untuk beribadah. Bukan karena panggilan suara azan yang keras atau lirih, tapi karena dorongan internal dalam diri kita. Murni karena nurani," tandasnya.

Ia menguraikan bahwa nurani merupakan ajakan kepada umat Islam untuk menuju jalan kesucian, kebajikan, dan kemuliaan. Karena itu, penting bagi umat muslim untuk datang ke masjid atau musala tanpa harus menunggu lantunan suara azan. 

Karena, bagi Sukidi, ibadah terkait erat dengan nurani yang berhubungan dengan ketulusan, keikhlasan, dan pengharapan akan rida Tuhan.

Karena itu, nilai dari ibadah seorang Muslim bukanlah ditentukan oleh tingginya pengeras suara atau dan mewahnya sebuah bagunan rumah ibadah, tetapi bergantung kepada ketulusan dan keikhlasan dalam beribadah kepada Tuhan yang murni berangkat dari kebutuhan seorang hamba. 

Untuk mencegah munculnya kontroversi, Sukidi menyarankan agar surat edaran dapat disosialisasikan dengan sikap yang santun, arif, dan bijaksana. Menurutnya, penting bagi pejabat publik untuk mengedepankan etika keadaban (the ethics of civility) dalam setiap komunikasi publik, sehingga pesan inti dari surat edaran dapat tersampaikan dengan baik. 

Baginya, komunikasi harus disampaikan dengan keteduhan, kesantunan, dan dengan spirit untuk menghargai the dignity of human being, harkat dan martabat manusia.

“Sampaikan ini dengan cara yang baik, dengan cara yang menurut Quran sesuai dakwah Islam, yakni bil hikmah (dengan cara yang arif), bil mauʻidhatil hasanah (dengan nasihat yang baik), wa jadilhum billati hiya ahsan (dan jikalau ada yang berbeda pendapat, ajak berdialog dengan cara yang baik),”tegasnya.

Itulah tuntunan Alquran yang dapat menjadi pedoman dalam menyosialisasikan peraturan dengan begitu pesan dan nilai utama dari peraturan tersebut dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat. (OL-8)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat