visitaaponce.com

Merokok Hambat Penyembuhan Patah Tulang

Merokok Hambat Penyembuhan Patah Tulang
Sejumlah anak bermain di kawasan tanpa rokok Taman Tongkeng, Bandung, Jawa Barat.(ANTARA/Novrian Arbi)

ADA sejumlah hal yang bisa menghambat penyembuhan kondisi patah tulang atau fraktur, salah satunya merokok. Hal itu diungkapkan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi dari RS Pusat Otak Nasional, Muhammad Adib Khumaidi

"Merokok dapat merusak pembuluh darah dan menurunkan sirkulasi darah," ujar dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi & Traumatologi Indonesia (PABOI) itu dalam sebuah webinar kesehatan, dikutip Selasa (5/4).

Hal yang juga menjadi penghambat penyembuhan fraktur yakni pergerakan tulang yang cedera, kondisi kesehatan karena diabetes, gangguan hormon atau penyakit pembuluh darah, fraktur yang berat, rumit dan terinfeksi, dan usia lanjut.

Baca juga: Empat Dampak Buruk Merokok pada Mata

"Penatalaksanaan kondisi fraktur pada pasien dengan etiologi penyebab ini maka harus ditangani juga hal-hal yang bisa mempengaruhi penyembuhan fraktur ini," kata Adib.

Dalam penyembuhan, ada risiko gangguan yang bisa dipengaruhi lokasi, jenis fraktur, vaskularisasi, fragmen fraktur, imobilitas, adanya infeksi, penyakit metabolik, nutrisi dan obat-obatan.

Adib mengatakan, sekitar 10% fraktur menunjukkan gangguan penyembuhan. Kasus-kasus yang muncul infeksi terjadi paling banyak pada kondisi fraktur tulang tibia terbuka.

Fase penyembuhan fraktur meliputi terbentuknya inflamasi, pembentukan tulang rawan dari sel induk, penggantian tulang rawan menjadi tulang, fase remodelling. Pasien perlu memahami fase ini untuk tahu kapan boleh kembali melakukan mobilisasi.

"Pertanyaan pasien, kapan bisa lepas tongkat, boleh langsung gerak?. Sangat dipengaruhi fase penyembuhan fraktur dan ini juga akan berbeda pada kondisi klinis yakni tertutup atau terbuka, usia. Artinya pasien anak-anak dengan orang dewasa berbeda pada lamanya penyembuhan fraktur," jelas Adib.

Dia menambahkan, penyembuhan fraktur yang melambat bisa menyebabkan morbiditas dan menjadi beban ekonomi karena mengurangi produktivitas pasien serta membuat mereka harus kontrol rutin ke rumah sakit. (Ant/OL-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat