visitaaponce.com

Kaltara Butuh Konsep Pengelolaan Lanskap Terpadu untuk Pembangunan Berkelanjutan

Kaltara Butuh Konsep Pengelolaan Lanskap Terpadu untuk Pembangunan Berkelanjutan
Ilustrasi.Tugu Cinta Damai di Tanjung Selor, ibu kota Kalimantan Utara(wikipedia.org)

SEKRETARIS Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Bambang Hendroyono memaparkan Strategi Menuju Pembangunan Kalimantan Utara Berkelanjutan dalam Seminar Nasional bertemakan “Membangun Kolaborasi Pasca Pandemi Covid-19 Menuju Indonesia Maju” yang dihelat IKA PIMNAS pada Jum’at (12/8) di Tanjung Selor, Kalimantan Utara. Dijelaskan Bambang strateginya dapat dilakukan melalui dua pendekatan, integrated landscape management dan transglogal leadership.

Lanskap diartikan sebagai sistem sosioekologi yang mencakup mosaik ekosistem alami dan buatan, dengan konfigurasi karakteristik topografi, vegetasi, penggunaan lahan, permukiman yang dipengaruhi oleh proses and aktivitas ekologi, sejarah, ekonomi dan budaya dari suatu area. Dalam konsep dasar lanskap dan isu keberlanjutan paling tidak terdapat lima indikator utama, yaitu: udara dan atmosfer yang bersih dan sehat; lahan (land) produktif/subur; air yang bersih dan sehat; laut yang sehat; dan keanekaragaman hayati yang tinggi.

Jika dilihat karakteristik dan kondisi lanskap Kalimantan Utara, kawasan hutannya didomiasi Hutan Produksi 47%, Hutan Lindung 15% dan Hutan Konservasi 18%. Kaltara juga memiliki keragaman Mangrove pada Delta Kayan Sembakung, serta kontribusi PDRB-nya di dukung oleh Sektor Perdagangan dan Pertambangan sebagai Leading Sector. Hal ini merupakan modalitas sekaligus tantangan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Kalimantan Utara

Baca juga: Anomali Cuaca Sebabkan Embun Beku di Lanny Jaya Papua

Baca juga: Kista Fisiologis yang Datang dan Pergi

"Untuk itu, diperlukan konsep pengelolaan lanskap secara terpadu di Kalimantan Utara melalui peningkatan manajemen sumber daya hutan dan peningkatan administrasi dan tata kelola pertanahan," ucap Bambang.

Selain itu, juga dibutuhkan pertumbuhan yang adil dan Inklusif dalam lanskap pedesaan; serta peningkatan koordinasi, komunikasi, dan keterlibatan pemangku kepentingan dan pembangunan berkelanjutan untuk lanskap prioritas Indonesia.

“Berbagai instrumen lingkungan hidup dan kehutanan dapat dikembangkan, diperkuat dan didayagunakan secara terintegrasi untuk dapat mengelola lanskap secara terpadu dan berkelanjutan dalam rangka mewujudkan peradaban ekologis dan visi Indonesia 2045 serta menjawab tantangan isu global & megatren dunia serta kondisi karekteristik lanskap di tingkat tapak,” ungkap Bambang.

Selain manajemen lanskap, yang tak kalah pentingnya menurut Bambang adalah kepemimpinan transglobal. Kepemimpinan Transglobal dalam pengelolaan lanskap terpadu sesuai PUU CK diperlukan untuk mewujudkan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Seorang pemimpin transglobal menurut Bambang memiliki 6 kecerdasan dan 5 karakteristik. Bambang menyebutkan kecerdasan dimaksud adalah kecerdasan kognitif, kecerdasan moral, kecerdasan emosional, kecerdasan budaya, kecerdasan bisnis dan kecerdasan global. Sementara karakteristik yang harus dimiliki seorang pemimpin transglobal, yakni: ketahanan terhadap ketidakpastian, konektivitas tim, fleksibilitas pragmatis, responsivitas perspektif dan orientasi bakat.

Baca jugaSambut HUT RI ke-77 Lewat Seni Mural

“Prinsip-prinsip dasar dalam pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan lanskap terpadu mensinergikan 5 pilar pembangunan berkelanjutan yakni people, planet, prosperity, peace dan partnership,” ucap Bambang.

Secara konkrit Bambang menyampaikan, penerapan Kepimpinan Transglobal dalam Melaksanakan Integrated Landscape Management untuk Mewudjukan Pembangunan Berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilakukan melalui, transformasi kegiatan pertambangan dan migas menjadi kegiatan pertambangan dan migas yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dan lahan-lahan bekas tambang ditransformasi menjadi lahan yang produktif secara ekologi, sosial dan ekonomi.

Selain itu, kawasan hutan dikelola dengan konsep sustainable forest landscape management dan menjadi basis pengembangan ekonomi berbasis jasa lingkungan hidup/Biodiversity Economy, serta Kawasan Industri Tanah Kuning dikembangkan sebagai Kawasan Industri Hijau dan Kawasan Industri Berbasis Biodiversity (Biodiversity-Based Industrial Park) dengan sumber bahan baku dari jasa lingkungan hidup dan sumberdaya hayati yang ada di dalam kawasan hutan; dan terakhir Penerapan Pembangunan rendah Karbon melalui pengembangan Energi Baru dan Terbaharukan antara lain berbasis Energi Air (Hydro) dan Panas Bumi; dan Penerapan Indonesia’s FOLU Net Sink 2030.

“Kecerdasasan Kepemimpinan Transglobal ini dapat didayagunakan dalam Penerapan PUU CK berbasis pengelolaan Lanskap Terpadu (Integrated Landscape Management) untuk mewujudkan Pembangunan Kalimantan Utara yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan bagi terwujudnya Kalimantan Utara yang berubah, maju, dan sejahtera,” pungkas Bambang. (H-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat