Puluhan Calon Doktor LPDP-Kemenag Terlantar karena Uang Beasiswa Tidak Dikirim
![Puluhan Calon Doktor LPDP-Kemenag 'Terlantar' karena Uang Beasiswa Tidak Dikirim](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/10/84750fb23afc7ee44fa12b3931f66b06.jpg)
SEDIKITNYA 80 mahasiswa penerima beasiswa doktor dari LPDP Kementerian Agama di Australia tidak menerima bantuan dana dari pemerintah sebagaimana mestinya selama sembilan bulan terakhir.
Mereka berupaya mendatangi perwakilan Pemerintah Republik Indonesia yang berada di negara bagian Australia (Canberra, Sydney, Melbourne dan Perth) untuk mengadukan nasibnya.
“Kami benar-benar dalam kondisi sulit dua tahun terakhir ini, pada tahun 2021 agenda riset kami berantakan karena pandemi yang melanda, untuk itu tahun ini kami terpaksa harus kuliah dengan cara part-time, kuliah sambil bekerja, karena pemerintah belum mentransfer biaya hidup, sementara biaya hidup dan akomodasi di Australia melangit karena krisis global. Saya sendiri bekerja sebagai cleaning service untuk bisa membiayai hidup sehari-hari. Untuk tempat tinggal saya pindah-pindah numpang dengan orang Indonesia yang punya rumah di sini”, kata Imam Malik Riduan kepada Media Indonesia, Jumat (28/10).
Pemerintah Indonesia, kata Imam, dalam hal ini Kementerian Agama sebagai pemberi beasiswa belum menstransfer komponen-komponen beasiswa seperti tunjangan hidup bulanan, uang SPP (Tuitition fee).
“Ada sebagian uang SPP yang sudah, tapi itu juga dicicil. Sebagian besar teman-teman di sini belum menerima uang SPP. Ada teman saya yang kampusnya tidak mentolerir tunggakan, dalam waktu dekat akan mengirimkan tembusan ke imigrasi dan visanya terancam dicabut. Itu kan sudah gawat,” ujar Imam.
Kementrian Agama, lanjut Imam, juga belum mentransfer komponen beasiswa lainnya seperti bantuan biaya untuk melakukan riset, biaya keikutsertaan konferensi, biaya tunjangan keluarga dan tunjangan pembelian buku.
Mahasiswa penerima beasiswa Mora 5000 Doktor ini sebelumnya telah berusaha melakukan komunikasi yang baik dengan pihak pengelola dalam hal ini Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama (Diktis) yang kemudian direspon oleh Diktis dengan mengirimkan surat penjelasan kepada pihak kampus bahwa keterlambatan pembayaran SPP kepada universitas di Australia terjadi karena perubahan menejemen pengelola beasiswa.
“Sebagian dari kami ini kan ada yang membawa keluarga. Ada yang dari awal memang sudah membawa keluarganya. Saya melihat ada 20 anak usia bayi sampai 8 tahun itu ikut terluntang lantung. Sampai ada yang anaknya dititipkan, dioper-oper karena orangtuanya harus bekerja. Pernah ada yang nangis (anaknya), karena dia nggak mau dititip sana sini. Sedih sekali andai pemerintah tahu kondisi kami,” ungkap Imam sembari menangis.
“Orang Indonesia di sana kan tahunya kita ini orang elit. Enak-enak di negara orang. Padahal kenyataannya begini. Kita ini tujuannya ke sini untuk belajar. Kita ini PhD, kajian saya terorisme. Orang berharap setelah pulang hasil riset saya wow. Tapi kenyataannya seperti. Teman-teman yang lain ada yang harus bekerja di pabrik, bungkus-bungkusin sayur,” sambungnya.
Kusuma Dewi, Penerima Beasiswa asal Yogyakarta yang saat ini belajar di Western Sydney University menunjukkan sebuah dokumen yang ditanda tangani secara elektronik oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam, bapak Ali Ramdhani. Menurut Uma dokumen tersebut menjelaskan bahwa pengelola beasiswa akan segera membayar tuition fee “no later than 31 October 2022”.
Mahasiswa lainnya juga telah meminta Duta Besar Indonesia menyampaikan pesan mahasiswa kepada Menteri Agama H. Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Aksi ini dilakukan karena mereka merasa keterlambatan proses pencairan sudah tidak wajar, sementara komunikasi dengan para pihak sudah dilakukan puluhan kali, termasuk dengan Kementerian Agama dan LPDP.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Agama, Anna Hasbie mengatakan ia harus meminta klarifikasi lebih lanjut dengan Dirjen Pendidikan Islam untuk dapat mengetahui lebih lanjut duduk persoalannya.
“Saya belum tahu sih, jujur saja. Kemarin sempat dengar isu ini, cuma saya masih belum bisa memberi tanggapan apa pun. Saya coba komunikasikan dulu seperti apa dan sudah sampai mana. Nanti kita akan sampaikan segera kalau sudah ada informasinya,” kata Anna. (H-2)
Terkini Lainnya
KPK Sesalkan Minimnya Dukungan Dana Pemeirntah ke Mahasiswa PTN
Tata Kelola Anggaran Pendidikan Perlu Direformasi
LPDP dan Mitras DUDI Gelar Monev Program Penguatan Ekosistem Kemitraan bersama Tim Konsorsium PTV DIY
Pemerintah Janji Optimalkan Anggaran Pendidikan 20% Demi Jangkau Sekolah Swasta
Cak Imin: Penyaluran Beasiswa LPDP tidak Tepat Sasaran
Pendaftaran Beasiswa Santri 2023 Sudah Dibuka, Ini Jadwal dan Persyaratannya
Akselerasi Ekosistem Ekonomi Sirkular dengan Peta Jalan
Dua Asrama Haji Baru telah Digunakan untuk Debarkasi Jemaah Tahun Ini
Pemetaan Guru Madrasah Acuan Kesesuaian Standar Kompetensi
Jemaah Keluhkan Tidur Kayak "Pindang", Abdul Wachid Sebut Pertimbangan Kuat Bentuk Pansus Haji
Lancarkan Ibadah, Strategi Menag Jemaah Haji tidak Lagi di Mina Jadid
14 Asrama Haji Siap Layani Jemaah yang Pulang
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap