visitaaponce.com

Karya Sastra Bisa Ingatkan Kondisi Kritis Bumi

Karya Sastra Bisa Ingatkan Kondisi Kritis Bumi
Rangkaian acara Indonesia Sejati Festival Bahasa dan Sastra 2022 di studio Metro TV, Jakarta, Senin (31/10).(MI/ADAM DWI)

KEBERADAAN bumi saat ini sudah rusak akibat ulah manusia itu sendiri. Karya sastra bisa digunakan sebagai salah satu wahana untuk mengingatkan manusia akan pentingnya keberlangsungan alam bagi keberlangsungan manusia itu sendiri.

Keterlibatan sastra dalam upaya penyadaran manusia akan arti penting kecintaannya terhadap bumi bukanlah hal yang baru. Sejak dulu nenek moyang bangsa Indonesia telah menjadikan alam sebagai sahabat. Hal ini tecermin dalam pola hidup petuah yang diturunkan kepada generasi penerusnya.

Bagaimana kearifan lokal mengenai alam yang dipercayai nenek moyang kita. Apakah hal tersebut masih relevan dengan kebutuhan saat ini.

Topik inilah yang dijadikan tema dalam Tutur Nusantara, Sastra dan Peradaban Berkelanjutan yang merupakan salah satu kegiatan pada Festival Bahasa dan Sastra 2022 yang diselenggarakan oleh Media Indonesia, kemarin.

Sebagai panelis hadir budayawan Damhuri Muhammad, Anita Astriawati Ningrum (Analis Konservasi Bahasa dan Sastra, Koordinator Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional Pelindungan dan Pemodernan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud-Ristek), dan Erfi Firmansyah (Kaprodi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta).

Baca juga: Pembacaan Puisi Cerminkan Bahasa Persatuan Indonesia Sangat Abadi

Dalam pemaparannya, Damhuri mengatakan karya sastra tidak lepas dari persekutuan manusia dengan alam semesta. Banyak karya sastra di Indonesia sarat menggambarkan kecintaan alam dengan preferensi sastrawan memuji keindahan alam.

"Kalau kita bicara konteks tema dari festival ini menyelamatkan bumi, saya memahaminya adalah karya-karya yang kritis terhadap ideologi pembangunan yang menyebabkan kerusakan bumi atau ekosistemnya," jelasnya.

Ada baiknya, imbuh dia, karya sastra ke depan adalah implementasi etis atau pengalaman baca yang menggerakkan orang untuk kritis terhadap kerusakan bumi.

"Untuk mewujudkan ide-ide seperti itu harus distimulasi dengan tema-tema seperti festival ini. Misalnya, sayembara cerita pendek bertema menyelamatkan bumi sehingga orang terpanggil membangun kesadaran estetis dan kritis dalam topik itu," tegasnya.

Sementara itu, menurut Anita, leluhur bangsa Indonesia memiliki kekayaan karya sastra dan budaya yang menghargai alam dan hidup sampai saat ini. Misalnya, budaya di Jambi yang memuliakan pohon sialang tempat lebah membuat sarang madu.

"Untuk memanen madu, masyarakat di sana mengadakan ritual khusus dengan doa-doa yang menuturkan keharmonisan alam. Mereka tidak akan memanen madu jika belum ada tanda bahwa sarang lebahnya sudah matang," ujarnya. Banyak karya budaya yang mengandung unsur sastra menggambarkan betapa sesungguhnya manusia Indonesia bisa hidup harmonis dengan alam yang harus dirawatnya. (*/H-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat