visitaaponce.com

Menkes Mencegah Stroke Lebih Baik dengan Hidup Sehat

Menkes: Mencegah Stroke Lebih Baik dengan Hidup Sehat
Ilustrasi(Pexels)

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan mencegah terjadinya stroke lebih baik dari pada mengobati. "Kita harus mencegah stroke ini bagaimana kita tetap hidup sehat agar mencegah terjadinya stroke. Keluarga dan orang terdekat kita untuk sering hidup sehat yakni mengatur makan dan olahraga teratur," kata Budi dalam Peringatan Hari Stroke Sedunia tahun 2022, Selasa (8/11).

Dirinya menceritakan bahwa stroke sudah sangat akrab dengannya karena almarhum sang ibu juga mengalami stroke hingga akhir hayatnya. Setelah menjadi menteri kesehatan dirinya baru sadar bahwa stroke di Indonesia sangat besar karena dari sisi kematian menduduki nomor 3 dan dari sisi beban pembiayaan juga sudah mencapai Rp2 triliun atau urutan nomor 3 juga.

"Prevalensi orang terkena stroke juga tinggi karena setiap 2,5 dari 1.000 orang memiliki risiko terkena stroke. Dan kalau terkena stroke 15% bisa meninggal dan 65% cacat dan hanya 20% bisa recovery dengan sempurna," ujar Budi.

Kementerian Kesehatan siapkan rumah sakit di kabupaten dan kota harus bisa melayani pasien stroke. Budi mengatakan karena waktu semasa ia menjabat sebagai Direktur Bank Mandiri sempat kesulitan dan menunggu lama untuk mengantar ibu berobat stroke karena harus menunggu rumah sakit rujukan yang menyediakan CT Scan.

"Akibatnya golden hoursnya lewat, saya dengar ibu yang terkena iskemik stroke yang tingkat kematiannya rendah terlambat ditangani sehingga lumpuh bagian kaki dan tangan," katanya.

Dari situ dia mempelajari bahwa rumah sakit kabupaten dan kota di Indonesia tidak lengkap dalam hal fasilitas kesehatan. Ternyata di bawah 200 kabupaten/kota yang memiliki alat CT Scan waktu itu.

Sehingga Kementerian Kesehatan paksakan di 2024 ada 207 kabupaten/kota sudah memiliki Catheterization Laboratory (cathlab) dan diharapkan pada 2027 sebanyak 517 kabupaten/kota memiliki rumah sakit daerah atau pusat yang sudah memiliki Cathlab dan bisa intervensi non bedah untuk stroke.

"Ini juga membutuhkan dokter spesialis, sehingga kita berbicara dengan Kemendikbud-Ristek untuk memperbanyak spesialis yang dibutuhkan dan memberikan layanan dan dasar," pungkasnya. (OL-12)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat